Sepatu hasil kolaborasi Nike dengan G-Dragon berukuran 270 mm (42) terjual harga ratusan juta. Melansir wikitree, pada tanggal 1 Februari lalu, seri Peaceminusone X Nike Air Force 1 Low Para-Noise F&F edisi terbatas ditemukan dijual seharga 40 juta won atau setara Rp 485 juta di situs perdagangan sepatu sneaker.
Seri Peaceminusone X Air Force 1 Para-Noise atau yang dikenal sebagai "GD Force" sendiri merupakan seri sepatu Nike Air Force 1 yang cukup populer, tidak hanya di Korea tetapi juga di luar negeri. Baru-baru ini, sepatu tersebut bahkan menjadi perbincangan hangat setelah dikenakan oleh pesepak bola Kylian Mbappé dan Erling Haaland.
Sementara itu, Peaceminusone X Nike Air Force 1 Low Para-Noise F&F (Family & Friends) adalah seri terbatas yang diberi penomoran khusus dan diproduksi hanya untuk para rekan dan kerabat terdekat G-Dragon. Karena itu, sepatu ini seharusnya sangat sulit atau bahkan tidak mungkin ditemukan di toko resale.
Namun, peristiwa ini bukanlah yang pertama. Pada tahun 2022 lalu, sepasang sepatu bekas "GD Force" berseri F&F dengan ukuran 280 mm (43,5) juga dijual seharga 33 juta won (Rp400 juta) di aplikasi perdagangan barang bekas mewah. Dalam kasus lainnya, sepatu tersebut dijual seharga 35 juta won (Rp424,3 juta) di situs lainnya.
BACA JUGA: Peggy Melati Sukma Lepas Status Janda, Sosok Suaminya Punya Profesi Tak Kaleng-kaleng
G-Dragon sendiri pertama kali mengungkapkan Peaceminusone X Nike Air Force 1 Low Para-Noise F&F di Instagram pribadinya pada 3 November 2019. Sementara itu, sepatu ini mulai dijual kembali sekitar Juli 2022. Dengan begitu, teman dekat G-Dragon yang telah menjual sepatu itu pasti telah menyimpan sepatu tersebut selama 3 hingga 4 tahun.
Karena produk tersebut hanya dibagikan dengan teman-teman dekat G-Dragon, netizen berspekulasi bahwa identitas penjual dapat ditemukan di dustbag, tag, atau kotak dari sepatu itu karena alamat media sosial teman-teman GD yang menerima sepatu-sepatu tersebut diperkirakan tertulis di sana.
Beberapa netizen pun mengaku kaget melihat sepatu kets tersebut dijual kembali. Kebanyakan dari mereka menyayangkan keputusan sang penjual karena itu adalah hadiah yang berharga dari G-Dragon dan berkomentar seperti, "Mereka melepaskan persahabatan demi 40 juta won," dan "Itu adalah kerugian 40 juta won (bagi teman GD)."
Bagaimana pendapatmu soal penjualan sepatu edisi terbatas G-Dragon yang kemungkinan dilakukan oleh teman dekatnya sendiri? Tuliskan komentarmu di bawah, ya!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Setelah Jadi Barista Paruh Waktu, Kini Kim Sae Ron Bekerja sebagai Florist?
-
Tak Terima Bayaran Dari Baeksang Awards, Pengakuan Lee Je Hoon Auto Viral
-
Masih di Bawah Umur, Penobatan Haerin NewJeans Jadi Duta Dior Tuai Kritikan
-
Comeback Tim Doldam Dinantikan, Drama Korea Dr. Romantic 3 Raih Rating Fenomenal!
-
Dianggap Berisik, Lokasi Syuting Drama Park Eun Bin Dilempari Batu Bata
Artikel Terkait
-
Jokowi Beli Sepatu Kets Corak Tenun Khas Bali, Menteri Basuki Tak Mau Kalah
-
Momen Jokowi Kunjungi Sentra Tenun Jembrana Beli Sepatu Kets: Kayak Anak 17 Tahun
-
Mayang Dibelikan Sepatu Rp8 Juta oleh Doddy Sudrajat, Publik Kesal: Yang Beneran Kaya Ga Bakal Pamer
-
Warga Subang Keluhkan Kemacetan di Jalan Kapten Hanafiah, Diduga Penyebabnya Karena Ini
-
5 Hal yang Harus Diperhatikan saat Membuka Usaha Distro
Entertainment
-
5 Drachin Tayang Juli 2025, Ada Drama Reuni Zhao Jinmai dan Zhang Linghe
-
Jelang Syuting, Guy Ritchie Mundur dari Posisi Sutradara Film Road House 2
-
4 Rekomendasi Film Indonesia Garapan Yandy Laurens, Yakin Skip?
-
Matilda Lutz Unjuk Aksi Brutal di Film Red Sonja, Intip Trailer Perdananya
-
Film Kelima Live Action Kingdom Dikonfirmasi, Siap Tayang Musim Panas 2026
Terkini
-
Ulasan Novel The Castle Karya Kafka: Potret Dingin Birokrasi yang Membungkam
-
Gaet Lucas Gama, Persik Kediri Komitmen Perbaiki Kesalahan di Musim Kemarin
-
Gak Perlu Cemas Lagi! 4 Rekomendasi Pelembap Aman untuk Skin Barrier Bumil dan Busui
-
Review Film Fox Hunt: Kisah Nyata Penipuan 17,4 Miliar yang Penuh Aksi!
-
BPJS Kesehatan Pangkas 21 Layanan: Efisiensi Anggaran atau Eliminasi Hak Rakyat?