"The Creator" adalah sebuah film fiksi ilmiah yang menggabungkan elemen-elemen dari beberapa film terkenal seperti "Terminator," "Blade Runner," dan "Star Wars."
Ceritanya berlatar di tahun 2070, di mana manusia membuat kesalahan besar dengan membiarkan kecerdasan buatan (AI) mengendalikan sistem pertahanan mereka. Akibatnya, terjadi ledakan nuklir yang menghancurkan sebagian besar kota Los Angeles, menciptakan suasana yang mirip dengan film "Terminator."
Setelah bencana ini, AI dilarang di Amerika Serikat, tetapi di "Asia Baru," manusia hidup bersama dengan robot humanoid dan "simulan," yang hampir identik dengan manusia.
Selama periode ini, Perang Dunia Ketiga dideklarasikan, meskipun para politisi AS bersikeras bahwa mereka tidak berperang dengan seluruh populasi Asia Baru, melainkan hanya dengan bagian mekanisnya.
Ketika militer Amerika mendengar kabar bahwa seorang arsitek AI misterius bernama Nirmata telah mengembangkan senjata yang bisa mengakhiri perang, mereka mengirim dua perwira berpengalaman, diperankan oleh Allison Janney dan Ralph Ineson, untuk mengirimkan prajurit Joshua, yang diperankan oleh John David Washington, untuk menghancurkannya.
Namun, misi ini tidak semudah yang terlihat. Salah satu rintangan utama adalah bahwa senjata tersebut adalah seorang simulan yang tampak seperti seorang gadis kecil yang tidak bersalah.
Yang lainnya adalah kemungkinan senjata ini mengetahui keberadaan istri Joshua yang telah lama hilang, diperankan oleh Gemma Chan. Joshua harus memutuskan antara melindungi simulan ini atau menonaktifkannya, sementara hubungan mereka menjadi semakin rumit.
"The Creator" adalah film thriller yang penuh aksi. Joshua harus berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, dari desa pedesaan hingga kota Blade Runner yang penuh dengan kekacauan.
Dalam perjalanan yang penuh dengan pertempuran, aksi heroik, dan pesawat luar angkasa yang besar, film ini mempertahankan ketegangan sepanjang cerita tanpa banyak adegan penjelasan yang tidak perlu.
Salah satu hal yang membuat "The Creator" unik adalah keseimbangannya antara aksi blockbuster dan naturalisme perang yang suram.
Meskipun film ini memiliki adegan aksi yang mengesankan dengan senjata laser dan teknologi futuristik, ia juga memiliki visual yang gelap dan kotor, dengan ketegangan brutal yang memuncak ketika karakter-karakter ditembak.
Film ini tidak menggunakan efek khusus yang berlebihan atau kekuatan super, yang membuatnya terasa lebih realistis.
John David Washington berhasil membawakan peran protagonis dengan karisma yang mirip ayahnya, Denzel Washington. Dia juga mampu mengekspresikan kerentanannya sebagai manusia biasa dalam situasi yang tidak biasa.
Madeleine Yuna Voyles, yang memerankan simulan, juga tampil meyakinkan dalam peran yang berubah dari manusia yang dingin menjadi manusia yang memiliki emosi.
Edwards dan penulis naskahnya, Chris Weitz, berhasil menjaga keseimbangan antara aksi dan konflik tanpa menjatuhkan ke dalam klise atau komedi yang tidak sesuai konteks.
Sisi visual film ini juga patut diacungi jempol. Sebagian besar adegan diambil di lokasi yang mengesankan seperti pegunungan hijau, ladang, dan pulau-pulau di Thailand. Ini memberikan perasaan bahwa pertempuran sebenarnya terjadi di tempat yang nyata, dan CGI futuristik digunakan dengan mulus untuk menciptakan dunia yang mendalam.
Meskipun ada elemen futuristik yang mengagumkan, Edwards tetap mematuhi hukum fisika yang membuat pengalaman lebih meyakinkan.
Namun, tidak ada yang sempurna, dan "The Creator" memiliki beberapa kekurangan. Terutama, babak terakhir film ini terasa agak terburu-buru dan kurang memadai dibandingkan dengan babak-babak sebelumnya.
Beberapa aspek teknologi yang ditampilkan di tahun 2070 tampak kurang canggih dibandingkan dengan teknologi saat ini, yang bisa membuat pengalaman sedikit tidak konsisten. Selain itu, plot tentang simulan yang menyerupai anak-anak tampaknya agak klise dan kurang eksploratif.
Namun, meskipun ada kekurangan, "The Creator" adalah sebuah film fiksi ilmiah yang ambisius dan imersif. Jika kamu menyukai film-film dengan petualangan besar, visi masa depan yang mendalam, dan karakter-karakter yang kompleks, maka film karya Gareth Edwards ini akan cocok denganmu.
Film ini menghadirkan visi masa depan yang unik dan menggabungkan aksi epik dengan pertanyaan etis yang mendalam, menciptakan pengalaman yang patut dilihat.
Baca Juga
-
Kisah Manis Pahit Persahabatan dan Cinta Remaja dalam Novel Broken Hearts
-
Jejak Kreatif Futsal dalam Mengubah Wajah Gaya Hidup Generasi Muda
-
Futsal sebagai Medium Terapi Jiwa: Mengubah Emosi Menjadi Kekuatan Positif
-
Mengurai Cinta yang Tak Terucap Lewat Ulasan Buku 'Maafkan Kami Ya Nak'
-
Mengapa Futsal Jadi Olahraga Paling Menguras Tenaga? Ini Fakta Ilmiahnya!
Artikel Terkait
-
Lee Je Hoon Jalani Operasi, Park Eun Bin Jadi MC Tunggal Pembukaan BIFF 2023
-
Jalani Operasi Darurat, Aktor Lee Je Hoon Batal Jadi MC di BIFF 2023
-
Puncaki Box Office, Dr. Cheon and Lost Talisman Tayang di Indonesia Oktober
-
5 Film dan Series Yoriko Angeline yang Bergenre Religi, Bertabur Hikmah!
-
Kabar Terbaru Pemain Petualangan Sherina Pertama, 2 Aktor Telah Meninggal Dunia
Entertainment
-
Sinopsis Film Horor Getih Ireng: Teror Santet yang Bikin Merinding!
-
Comeback, Liu Te Dikabarkan Bintangi Mini Drama Promise You The Stars
-
Kenal 2 Minggu, Anisa Bahar Langsung Dinikahi Brondong 19 Tahun Lebih Muda
-
Baby Bump Go Public! Steffi Zamora dan Nino Fernandez Umumkan Kehamilan Pertama
-
Rayakan Anniversary ke-10, Film Assassination Classroom Terbaru Diumumkan
Terkini
-
Kualifikasi AFC U-23 dan 2 Kaki Timnas Indonesia yang Berdiri Saling Menjauhkan
-
Anchor Bikin Candu: Posisi Idaman dalam Futsal
-
Liburan ala Gen Z di Jogja: 6 Spot Hits yang Wajib Masuk Itinerary
-
Pembongkaran Parkiran Abu Bakar Ali: Antara Penataan Malioboro dan Nasib Masyarakat
-
Centil Bukan Genit: Gaya Ekspresi Diri Perempuan di Tren My Centil Era