Siapa, sih, yang nggak tahu Iwan Fals? Seorang penyanyi, musisi, pencipta lagu, dan kritikus yang telah menjadi salah satu legenda di Indonesia. Lagu-lagu Iwan Fals banyak yang sukses dan ngehits pada masanya.
Lagu Iwan Fals berjudul ‘Puing’ merupakan salah satu lagu yang banyak penyita perhatian Masyarakat. Lagu tersebut dirilis pada tahun 1989 dalam album MataDewa.
Lagu Puing menggunakan diksi yang menyiratkan tentang betapa perang itu identik dengan kehancuran. Secara fisik, perang telah menghancurkan gedung-gedung, jalan raya, dan alam. Secara nonfisik, perang telah menghancurkan kedamaian, kebahagiaan, harapan, dan terutama rasa kemanusiaan.
Di awal, Iwan Fals membuka lagu ‘Puing’ dengan liriknya yang berbunyi, “Perang perang lagi”. Hal itu jelas menunjukkan bahwa perang merupakan masalah sosial yang terus terjadi dari waktu ke waktu, seakan tidak pernah berhenti berulang.
Seperti yang kita ketahui, sejak zaman nabi hingga zaman nazi, selalu saja ada perang. Bahkan, baik zaman sekarang maupun zaman yang akan datang, dunia tidak akan pernah lepas dari bayang-bayang perang.
Dari waktu ke waktu perang semakin menghawatirkan. Kecanggihan teknologi telah mendorong penggunaan senjata-senjata yang semakin mematikan. Strategi perang pun dari waktu ke waktu terus berkembang.
Lalu apa yang terjadi? Kita akan menyaksikan berita ini hari, yaitu berita jerit pengungsi. Perang membuat warga sipil menjadi korban yang paling dirugikan.
Di bait kedua, Iwan Fals juga mengungkapkan betapa perang ternyata sia-sia belaka. Di sana kita melihat tulang-belulang/serdadu boneka yang malang berserakan tumbang di medan perang.
Dalam hal tersebut, dapat kita ketahui bahwa aktor-aktor perang itu hanya boneka yang malang saja. Mereka diperalat oleh pihak tertentu untuk menuntaskan kepentingan-kepentingan tertentu.
Kenyataan tersebut tentu membuat geram, sehingga pada baris sebelumnya Iwan Fals menggunakan diksi anjing dengan berani. Dalam konteks ini, diksi tersebut bisa disikapi sebagai kata yang multiarti (sesuai dengan kontes).
Nah, sedangkan dalam budaya Indonesia itu sendiri, kata anjing dapat bermakna makian.
Meski pada bait tersebut diksi anjing tampil sebagai subjek yang menjadi saksi kesia-siaan perang, sebenarnya diksi tersebut juga bisa dimaknai sebagai makian yang sengaja disamarkan.
Sebenarnya, makian tersebut merupakan bentuk kemarahan yang terpendam. Jadi, secara implisit dapat disimpulkan bahwa perang merupakan masalah sosial yang harus dikutuk. Bahkan, anjing pun berdecak keras dan beringas dalam menyikapinya.
Baca Juga
-
Pilihan Hidup Sendiri: Ketika Anak Muda Memutuskan Tidak Menikah, Salahkah?
-
Anak Muda dan Traveling: Melarikan Diri atau Mencari Jati Diri?
-
Ulasan Lagu Piwales Tresno NDX AKA: Saat Janji Manis Berujung Cidro
-
Menggali Tradisi Sosial dengan Dinamika Tak Terduga Melalui Arisan
-
Fenomena Lampu Kuning: Ritual Keberanian atau Kebodohan?
Artikel Terkait
-
SHINee Love Like Oxygen: Sakitnya Kehabisan Napas Karena Cinta
-
Lirik Lagu Petrikor Hifdzi Khoir: Kisah Cinta dari PDKT Hingga Pelaminan
-
Lirik Lagu Nresnani dan Artinya, Kolaborasi Dinda Teratu dan Delva Irawan
-
Link Send The Song XYZ Bahasa Indonesia: Bikin Pesanmu Lebih Romantis dengan Lagu!
-
Lagu ENHYPEN 'No Doubt': Pengen Cepet Pulang Kantor buat Ketemu Si Dia
Entertainment
-
3 Rekomendasi Film Kolaborasi Memukau Ryan Gosling dan Emma Stone
-
3 Drama Thailand yang Dibintangi Hana Lewis, Terbaru Ada Love and Scandal
-
SHINee Love Like Oxygen: Sakitnya Kehabisan Napas Karena Cinta
-
3 Rekomendasi Film Angelina Jolie Bergenre Fantasi
-
4 Film yang Dibintangi Vikrant Massey di Tahun 2024, Terbaru Ada The Sabarmati Report
Terkini
-
Teka-teki Eliano Reijnders Dicoret STY dari Skuad, Ini Kata Erick Thohir
-
Pilihan Hidup Sendiri: Ketika Anak Muda Memutuskan Tidak Menikah, Salahkah?
-
Kesbangpol dan PD IPARI Karanganyar Gelar Pembinaan Kerukunan Umat Beragama untuk Meningkatkan Toleransi dan Harmoni
-
Rekor Pertemuan Timnas Indonesia vs Arab Saudi, Garuda Belum Pernah Menang?
-
Hikayat Sarjana di Mana-mana