Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Lena Weni
Poster Film Tunnel (Viu)

Tunnel, film Korea rilisan tahun 2016, garapan penulis sekaligus sutradara Kim Sung Hoon. Film ini berkisah tentang Jung Soo, seorang marketing mobil yang ketika menempuh perjalanan pulang dengan membawa kue ulang tahun putrinya, mendadak terjebak dalam reruntuhan sebab terowongan yang dilewatinya ambruk tiba-tiba. 

Bermodalkan ponsel, dua botol air minum, juga kue ulang tahun yang ia bawa, Jung Soo mencoba meminta pertolongan dari luar, juga bertahap hidup di segala macam kemungkinan terburuk yang mengancam jiwa.

Ulasan Film Tunnel

Tunnel berhasil menyuguhkan kisah survival yang saya rasa tidak akan mudah menguap begitu saja di ingatan penontonnya. Bagi saya kekuatan dari film ini terletak pada perwatakan dan kemampuan akting para pemeran, kedua elemen tersebut bersumbangsi besar dalam membimbing penontonnya menuju emosi atau suasana hati yang selaras dengan atmosfer film ini. 

Tak bisa dipungkiri, hal yang menimpa karakter protagonis kita kali ini pada dasarnya sudah berhasil membuat kita bersimpati padanya. Namun, bukan itu poin terpentingnya, melainkan perwatakan. Kali ini kita diperkenalkan dengan tokoh protagonis yang di tengah situasi hidup dan mati pun masih memikirkan nasib orang lain. 

Perwatakan yang demikian membuat saya selaku penonton tak hanya merasakan simpati, tapi juga terikat emosi dengan karakter protagonis dalam film ini. Jadi, bisa dibilang isu kemanusiaan diwujudkan dengan begitu menyentuh lewat karakter protagonis kita, Jung Soo, juga para regu penyelamat yang tak kenal lelah. 

Makna cinta dan keluarga pun disampaikan dengan sederhana namun terasa dalam menyentuh nurani saya. Adegan di mana istri Jung Soo ragu menyantap makanan sebab memikirkan nasib suaminya yang tak punya makanan di bawah sana adalah potret sederhana dari cinta. Yang lebih menyentil lagi, ketika semua orang merasa riang mengisi perutnya dengan makanan yang terhidang, istri Jung Soo menjadi satu-satunya orang yang nampak ragu menikmati hidangan. 

Pada akhirnya, itu semacam pesan bahwa hanya keluargalah yang mempedulikan kita sampai akhir. Sindiran-sindiran untuk para pejabat yang hobi pencitraan, petugas publik yang tak kompeten, sampai media massa yang hanya peduli pada berita pun ditampilkan dengan cara yang halus tapi menusuk. 

BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE

Lena Weni