Aku nggak pernah mengira akan begitu terjebak dalam film yang temanya terasa Amerika banget. Namun dalam Film Sovereign, debut dari Sutradara Christian Swegal, berhasil bikin terpaku sejak menit pertama. Ini nggak cuma kisah tentang keluarga disfungsional, tapi juga tentang betapa rapuhnya kepercayaan, bagaimana ideologi bisa ditularkan bak penyakit, dan bagaimana anak tumbuh di tengah pusaran amarah yang bukan miliknya.
Diproduksi Firebrand Films dan Swegal Studios, Film Sovereign menggabungkan drama keluarga, kritik sosial-politik, dan ketegangan psikologis dalam satu paket yang tenang, tapi bikin mikir.
Film ini dibintangi bintang-bintang ternama, lho. Di antaranya:
- Nick Offerman sebagai Jerry Kane
- Jacob Tremblay sebagai putranya, Joe Kane
- Dennis Quaid sebagai Detektif John Bouchart, Thomas Mann sebagai Adam Bouchart
- Martha Plimpton dan Nancy Travis dalam peran pendukung
- Dan masih banyak bintang pendukung lainnya
Aktor dan aktris yang terlibat terbilang kece-kece, tapi bagaimana dengan detail kisahnya? Sini merapat dan kepoin bareng, ya!
Sekilas tentang Film Sovereign
Film Sovereign tayang perdna di Tribeca Film Festival pada 8 Juni 2025, serta berdasarkan kasus nyata di Arkansas.
Kisahnya dibuka dengan panggilan 911 yang mengabarkan penembakan terhadap petugas polisi di siang bolong. Pelakunya hilang, motifnya belum jelas.
Dari sana, kita dibawa mundur ke kehidupan sehari-hari Joe, remaja pemalu yang tinggal bersama ayahnya, Jerry, di rumah rusak di pedesaan Arkansas.
Joe baru saja menerima surat pengusiran. Bank sudah mencoba bernegosiasi, tapi Jerry menolak semua bentuk kompromi. Dia percaya dengan nggak mengakui otoritas negara, maka negara nggak punya kuasa atasnya.
Di siang hari, Jerry memberi ceramah pada orang-orang frustrasi terkait melawan sistem. Di malam hari, dia mengisi siaran radio tentang cara-cara menentang hukum. Semua dilakukan atas nama kedaulatan individu.
Namun di balik retorika dan ketegasan itu, Jerry menyimpan ketakutan yang menular. Dan Joe pun merasakannya sampai bertanya-tanya, apakah dunia luar memang musuh, atau justru ayahnya yang menahannya dalam penjara nggak kasat mata?
Review Film Sovereign
Dari awal aku tahu ini bukan kisah ‘bapak bijak’ atau ‘anak durhaka’. Ini kisah dua orang yang sama-sama terluka, tapi menyikapinya dengan cara berbeda. Jerry, dengan kemarahannya pada sistem. Joe, dengan keinginannya untuk bisa hidup normal.
Aku langsung bisa terhubung dengan Joe. Jacob Tremblay membawakan karakter ini dengan ketenangan yang nyaris menyakitkan. Dia bicara sedikit, tapi matanya terlihat berkata banyak. Di tengah dunia yang gaduh dengan ideologi dan kebencian, Joe cuma ingin jadi remaja biasa, yang mungkin ingin punya teman, jatuh cinta, dan yang paling sederhana ialah punya pilihan sendiri.
Offerman sebagai Jerry juga nggak kalah dalam performa aktingnya. Dia tuh lebih terkenal lewat peran-peran komedi, tapi di sini dia menjelma jadi sosok yang begitu kompleks; keras kepala, karismatik, tapi juga terluka. Dia tuh nggak memerankan ‘monster’, tapi juga bukan sebagai korban. Karakter lebih menjurus pada seseorang yang menolak kenyataan, dan dengan sengaja menyeret anaknya ke dalam dunia yang dia bangun dari paranoia dan trauma.
Aku sampai mengernyit saat Jerry bilang ke anaknya, “Mereka menyebutmu jenius.” Ya, karena aku paham, di balik pujian itu, ada upaya mengubah Joe jadi cerminan dirinya sendiri.
Film ini juga memperkenalkan pasangan ayah-anak lain: John dan Adam Bouchart (diperankan Dennis Quaid dan Thomas Mann). John adalah polisi senior, keras dan dingin, yang membesarkan Adam dalam maskulinitas disipliner. Ada adegan latihan polisi yang bikin aku bergidik: Adam diajari bagaimana mencekik orang. Sengeri itu deh.
Di sini aku melihat kontras yang menarik. Baik Jerry maupun John adalah ayah yang membentuk anak-anak mereka berdasarkan nilai kekuasaan. Sayangnya memang, Film Sovereign nggak menawarkan solusi maupun konklusi yang bagus.
Bahkan subplot John-Adam terasa kurang tergarap. Aku berharap mereka mendapat waktu layar lebih banyak, karena potensi eksplorasi relasi mereka sama menariknya dengan Jerry-Joe.
Sebagai debut panjang Sutradara Christian Swegal, ini termasuk film yang matang. Dia berani mengangkat isu kompleks, menampilkan karakter abu-abu, dan membiarkan penonton tenggelam dalam dilema moral tanpa pegangan. Adapun rating pribadi, yakni 3,7/5.
Baca Juga
-
Review Series Too Much: Cinta yang Berantakan, Lucu, dan Penuh Luka
-
Review Film Black Dog: Lang dan Anjing Hitamnya di Tepian Gurun Gobi
-
Review Film On Becoming a Guinea Fowl: Rahasia dalam Tiap Luka dan Diamnya
-
Review Film The Seed of the Sacred Fig: Saat Rezim Tumbuh di Dalam Rumah
-
Review Film Girls Will be Girls: Cinta, Ibu, dan Anak yang Tumbuh dari Luka
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Pernikahan Arwah: Horor Tionghoa dengan Plot Menegangkan!
-
Review Series Too Much: Cinta yang Berantakan, Lucu, dan Penuh Luka
-
Review Anime Jibaku Shounen Hanako-kun, Misteri Tujuh Mitos di Sekolah
-
Ulasan Buku Becoming: Kisah Inspiratif Perjalanan Hidup Michelle Obama
-
Ulasan Novel Envy: Misteri, Ambisi, dan Luka di Balik Naskah yang Terbuang
Terkini
-
Gabung Bali United, Jens Raven Dipastikan Hadapi Dua Tantangan Sekaligus
-
Dramatis! Port FC Juarai Piala Presiden 2025 usai Bungkam Oxford United 2-1
-
Betah di Persija Jakarta, Van Basty Sousa Soroti Kualitas Mauricio Souza
-
BRI Super League: Wiliam Marcilio Harap Persib Awali Kompetisi dengan Baik
-
4 OOTD Keren ala Kang You Seok Buat yang Suka Gaya Low Effort Tapi Stylish!