Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Lena Weni
Bottom of the Water (Viu)

Satu lagi film Korea yang mesti diulas, apalagi kalau bukan Bottom of the Water, yakni film Korea bergenre horor yang rilis perdana pada 9 November 2023.

Film ini disutradarai oleh Lim Ji Hoon dan dibintangi oleh Park Sun Hye, Park Ran, hingga Yoon Yi Reh. 

Adapun kisahnya bercerita tentang teror roh pendendam yang akan menenggelamkan siapapun yang mendekati waduk.

Suatu hari seorang dukun wanita melakukan ritual pengusiran setan di sana.

Di saat prosesi dilangsungkan, putrinya yang datang ke prosesi diam-diam dirasuki oleh roh jahat tersebut.

Karenanya, putri si dukun wanita tidak bisa menjalani kehidupan normal seperti biasa.

Berbagai upaya untuk melepaskan putrinya dari jeratan roh jahat pun selalu gagal membuahkan hasil.

Puncaknya, roh jahat tersebut berhasil merenggut kesadaran putri si dukun dan menenggelamkannya di waduk. 

Singkat cerita, setelah tragedi nahas itu, sang dukun kehilangan kewarasannya, sedangkan putri sulungnya menjadi target selanjutnya oleh roh penunggu waduk. 

Ulasan Film Bottom of the Water

Bottom of the Water (2023) mengingatkan saya pada film horor Korea yang pernah saya saksikan sebelumya, yakni Devil in The Lake (2022) garapan sutradara Se-woong Tak.

Pasalnya, kedua film tersebut sama-sama berkisah tentang teror hantu air dan legenda yang menyertainya. 

Tapi meski mengusung tema cerita yang sama, keduanya memiliki keunikan dan kelebihannya masing-masing.

Jadi bisa dibilang, Bottom of the Water berhasil menghadirkan "penyegaran" yang membuatnya jadi tidak dibayang-bayangi oleh film pendahulunya, khususnya Devil in The Lake

Kelebihan dari Bottom of the Water, yakni kemampuannya untuk membangun suasana suram penuh ketegangan dengan penggunaan elemen air sebagai medium utama untuk menebar atmosfer horor di sepanjang cerita. 

Film ini juga berhasil memadukan unsur horor supranatural dengan tema keluarga, sehingga kengerian yang dihadirkan di film ini turut diimbangi dengan nuansa sentimental yang terbangun dari rasa kasih sayang diwujudkan oleh sederet karakter di dalamnya.

Penataan audio dan visualnya pun mengangumkan. Suara gemercik air dan latar musik yang mencekam bersanding dengan kesuraman yang tervisual pada akhirnya mampu menambah intensitas kengerian dan emosional pada setiap adegan. 

Sayangnya, tidak bisa pula dipungkiri bahwa alur cerita yang dibawakan terasa kurang terjalin dengan baik, tidak dikembangkan mendalam sehingga menyisakan banyak pertanyaan tanpa jawaban yang memadai.

Hal yang paling disesalkan narasi penyelesaian kisah kurang dalam, terkesan diburu-buru selesai sehingga eksekusi akhir terasa kurang memuaskan. 

Namun meski memiliki kekurangan di beberapa lini, film ini patut diapresiasi atas upayanya untuk menggabungkan unsur mistis dengan cerita keluarga yang tragis.

Jadi, jika kamu menyukai film horor yang atmosferik dengan sentuhan budaya, maka film ini buat kamu, ya! 

Lena Weni