Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day, sebuah momentum penting untuk merefleksikan perjuangan panjang para pekerja dalam memperjuangkan hak, keadilan, dan kondisi kerja yang layak. Di tengah riuhnya aksi dan orasi, ada cara lain yang tak kalah bermakna untuk memperingatinya, yakni melalui kisah-kisah yang dihidupkan di layar kaca.
Film-film berikut ini bukan sekadar hiburan, kita diajak menyelami kehidupan mereka yang sehari-hari berada di balik mesin pabrik, meja kasir, ladang luas, atau ruang kerja yang mungkin tak pernah kita pikirkan sebelumnya.
Melalui narasi yang kuat dan karakter-karakter yang dekat dengan realitas, film-film ini menyuarakan harapan yang tumbuh dari ruang kerja yang keras. Di momen May Day ini, berikut empat film pilihan yang bisa jadi bahan renungan, sekaligus pengingat bahwa perjuangan buruh masih dan akan selalu relevan.
1. Norma Rae (1979)
Di tengah bisingnya mesin-mesin pabrik tekstil di kota kecil Henleyville, Norma Rae adalah seorang pekerja yang sehari-harinya bergulat dengan kelelahan, ketidakadilan, dan beban hidup sebagai ibu tunggal.
Namun, segalanya berubah saat ia bertemu dengan Reuben, seorang aktivis serikat pekerja dari New York. Perlahan, Norma mulai sadar akan eksploitasi yang selama ini diterimanya dan keberanian itu tumbuh di tengah tekanan dari tempat kerja, masyarakat, bahkan keluarganya sendiri.
Dengan satu kata sederhana, UNION, yang ia angkat tinggi di atas kepala, Norma menyulut kesadaran kolektif yang selama ini terpendam di antara rekan-rekan seburuhnya.
2. Bread and Roses (2023)
Los Angeles bukan hanya kota impian, tapi juga tempat mimpi-mimpi sering kali tumbuh dari lorong-lorong sunyi gedung pencakar langit.
Maya, seorang imigran gelap asal Meksiko, menemukan pekerjaan sebagai petugas kebersihan berkat bantuan kakaknya, Rosa. Namun di balik upah rendah dan perlakuan semena-mena, Maya bertemu Sam, seorang aktivis serikat yang membakar semangat perjuangannya.
Ketika suara hati dan kebutuhan hidup bertabrakan, hubungan Maya dan Rosa pun diuji. 'Bread and Roses' menghadirkan potret perjuangan kelas yang intim dan manusiawi, menggambarkan bahwa dalam pekerjaan yang sering tak terlihat, ada harga yang harus dibayar demi martabat dan keadilan.
3. Made in Dagenham (2010)
Di Inggris tahun 1968, sebuah pabrik mobil raksasa jadi saksi bisu gerakan perempuan pekerja yang menolak tunduk pada ketimpangan.
Rita O’Grady, seorang ibu dan buruh jahit di pabrik Ford, mendapati bahwa ketidaksetaraan upah berbasis gender bukan sekadar persoalan lokal, melainkan cermin dari ketidakadilan struktural yang meluas.
Dengan keberanian yang tumbuh perlahan, Rita memimpin rekan-rekannya dalam mogok kerja yang menggemparkan, memperjuangkan hak yang selama ini dianggap wajar, yakni upah setara untuk kerja setara.
Film ini adalah pengingat bahwa perjuangan buruh juga menyentuh isu kesetaraan gender dan bagaimana satu suara bisa memicu perubahan besar.
4. 12 Years a Slave (2013)
Lebih dari sekadar film sejarah, '12 Years a Slave' adalah pengisahan pedih tentang kerja paksa yang dijustifikasi sistem perbudakan.
Solomon Northup, seorang pria kulit hitam yang lahir bebas, diculik dan dijual ke Selatan yang brutal, jauh dari keluarganya. Dalam dua belas tahun penuh penderitaan, kerja kerasnya di ladang kapas dan tebu tak pernah dibayar, sementara tubuh dan jiwanya terus dicoba untuk dihancurkan.
5. Roma (2018)
Di tengah gemuruh sosial dan politik Meksiko tahun 1970-an, Roma menyuguhkan potret intim tentang perempuan bernama Cleo, seorang pekerja rumah tangga dari etnis Mixtec yang bekerja untuk keluarga kelas menengah di Mexico City.
Ketika sang majikan, Sofía, ditinggal suami tanpa kejelasan, Cleo juga harus menghadapi kenyataan bahwa ia tengah mengandung. Meski berada di posisi tak berdaya secara sosial dan ekonomi, Cleo tetap merawat keluarga itu dengan penuh cinta.
Melalui liburan singkat bersama sang majikan dan anak-anak, ia menemukan kembali sedikit ruang untuk bernapas, meski luka dalam dirinya tetap membekas.
Nah, itu tadi kelima film yang bukan sekadar hiburan, tapi cermin dari realitas keras yang dihadapi para pekerja di berbagai belahan dunia. Di momen peringatan May Day, semoga kisah-kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya solidaritas, keberanian, dan suara yang tak boleh dibungkam dalam perjuangan hak-hak buruh.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
5 Inspirasi OOTD Hijab ala Febby Putri untuk Tampil Anggun di Segala Momen
-
4 Toner dengan Lemongrass, Solusi Alami Kontrol Minyak Berlebih di Wajah
-
4 Rekomendasi Toner Mengandung Olive untuk Kulit Lembap dan Bebas Kerutan
-
4 Toner Sunflower Kaya Vitamin E untuk Kulit Lembap dan Cerah Alami
-
4 Toner Mengandung Rosemary untuk Redakan Iritasi & Kontrol Minyak Berlebih
Artikel Terkait
-
May Day Bareng Buruh di Monas, Prabowo Mendadak Iri dengan Letkol Teddy: Yang Presiden Gue Nih!
-
Bukan Sekadar Libur: Hari Buruh dan Renungan tentang Makna Menjadi Manusia
-
Soal Tuntutan Buruh di May Day 2025, Jubir Prabowo: Kami Tak Ingin Main di Ujung saat Sudah PHK
-
Tegaskan Gelaran May Day di Monas Tak Langgar Aturan, Mensesneg: Perizinannya Kami Bantu
-
Geruduk DPR saat May Day: Buruh Perempuan Ungkap Solusi Palsu Pemerintah, Begini Katanya!
Entertainment
-
Sabrina Carpenter, Justin Bieber, Karol G Jadi Headliners Coachella 2026
-
Anime A Gatherers Adventure in Isekai: Petualangan Seru Pencari Material
-
Sinopsis Drama China Encounter with You, Tayang Ulang di iQIYI
-
Sindiran Halus? Kerabat Unggah Ini saat Isu Perceraian Tasya Farasya Mencuat!
-
Penjualan Tiket Konsernya Bermasalah, Ariana Grande Bantu Cari Solusi
Terkini
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Ronde Keempat Babak Kualifikasi Piala Dunia 2026 dan Isyarat Kecurangan Tim Tuan Rumah
-
Sukses Lancar Rezeki: Nama Penuh Doa, Lirik Humor dan Musik yang Mendobrak!
-
8+4+5 Program Ekonomi 2025: Strategi Baru Pemerintah Pulihkan Perekonomian
-
Fenomena Auroreg di Malang, Aurora Finlandia dengan Kearifan Lokal?