Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Raysazahra A.M
Cover novel Girl Who Loved Tom Gordon (StephenKing.com)

Lionsgate tampaknya belum puas menjelajahi dunia horor ciptaan Stephen King. Setelah The Long Walk dijadwalkan tayang musim gugur ini, studio besar tersebut kini tengah mempersiapkan adaptasi dari novel psikologis horor The Girl Who Loved Tom Gordon.

Menyadur laporan dari The Hollywood Reporter pada Senin (28/7/2025), Lionsgate telah resmi memperoleh hak adaptasi novel tersebut dan menunjuk JT Mollner sebagai penulis sekaligus sutradara.

The Girl Who Loved Tom Gordon akan menjadi proyek kedua JT Mollner yang diadaptasi dari novel karya Stephen King.

Sebelumnya, ia menulis naskah untuk film The Long Walk produksi Lionsgate yang disutradarai oleh Francis Lawrence dan tayang di bioskop pada September mendatang.

JT adalah sineas yang kami yakini punya masa depan yang sangat menjanjikan. Lewat karya-karyanya, ia selalu berhasil menciptakan karakter—terutama karakter anak muda—yang begitu kuat, emosional, dan mampu menyentuh hati hingga terasa hidup di layar. Dan itulah juga yang dilakukan Stephen King lewat tulisan-tulisannya.” tutur Presiden Lionsgate Motion Picture Group, Erin Westerman.

JT Mollner juga menyampaikan pernyataan secara langsung di platform X, “Sudah jadi impian saya sejak lama untuk mengerjakan proyek ini. Ini adalah buku favorit ibu saya, dan menurut saya ini salah satu karya Stephen King yang paling membumi, kuat, dan mudah diadaptasi. Untuk Lionsgate, Vertigo, dan tentu saja [Stephen King]… thankee sai. Suatu kehormatan.

The Girl Who Loved Tom Gordon pertama kali diterbitkan pada 1999 oleh Scribner. Ceritanya seperti dongeng kelam yang lebih seram dari kisah-kisah Grimm, tapi sekaligus menyuguhkan ambisi seorang anak perempuan yang terus berjuang di tengah rasa takut.

Liburan akhir pekan yang seharusnya jadi petualangan berubah menjadi mimpi buruk bagi Trisha McFarland, bocah sembilan tahun yang diajak mendaki jalur Appalachian Trail sejauh enam mil di perbatasan Maine dan New Hampshire, bersama sang kakak Pete dan ibu mereka yang baru bercerai.

Gara-gara ingin menghindari pertengkaran orang dewasa yang tiada henti, Trisha nekat memisahkan diri dan mencoba jalan pintas yang justru menyesatkannya ke tengah hutan yang semakin dalam, penuh bahaya dan teror, terutama saat malam tiba.

Trisha tak punya apa-apa selain akalnya untuk bertahan. Tak ada alat bantu navigasi, hanya keberanian, akal cerdik, dan keyakinan yang terus ia genggam meski rasa takut semakin mencengkeram.

Hiburan satu-satunya hanyalah suara siaran pertandingan Boston Red Sox dari Walkman kesayangannya, serta suara khas sang pitcher nomor tiga puluh enam, Tom Gordon.

Tapi saat sinyal mulai menghilang, Trisha mulai berhalusinasi jika Tom Gordon benar-benar hadir di sampingnya.

Sosok yang seolah jadi kunci untuk melawan ‘sesuatu’ yang mengintai di dalam hutan yang hanya bisa dikenali dari jejak binatang yang terkoyak dan pepohonan yang rusak mengerikan.

Hollywood sendiri sudah lama mencoba mengangkat novel ini ke layar lebar. Sebelumnya, George A. Romero sempat terlibat dalam pengembangannya, disusul Lynne Ramsay. Namun, kedua proyek tersebut gagal terealisasi.

Tahun 2025 sejauh ini menjadi momen besar bagi adaptasi karya Stephen King. Sudah ada tiga proyek yang dirilis hingga saat ini. Dua di antaranya—The Monkey garapan Oz Perkins dan The Life of Chuck karya Mike Flanagan—telah lebih dulu tayang di bioskop.

Sementara proyek ketiga berupa serial The Institute yang kini sedang menayangkan episode-episodenya di MGM+ dengan total delapan episode untuk season perdananya.

Proyek berikutnya yang akan dirilis ialah The Long Walk, adaptasi dari novel rilisan 1979 karya Stephen King yang ditulis dengan nama pena Richard Bachman.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Raysazahra A.M