Pada periode Balai Pustaka, sastra Indonesia sangat identik dengan genre roman. Sebagai tema utama, romansa dalam novel-novel itu akan berdampingan dengan subtema sosial dan budaya. Hal tersebut dapat kita jumpai pada novel berjudul Kasih Tak Terlarai karya Soeman Hasiboean atau Soeman HS. Hadir dengan kisah romansa dan pergolakan keluarga, novel ini tampil dengan gaya cerita yang sedikit berbeda dari kebanyakan novel di periode yang sama.
Novel Kasih Tak Sampai bercerita tentang Taram, anak sulung dari tiga bersaudara di keluarganya. Dalam hidupnya, hanya dua kali Taram mendapat pujian dari orang tua, pertama pujian dari ayahnya karena Taram cocok memakai kacamata hitam berkat hidung mancungnya dan kedua adalah saat Taram mengikuti suara azan. Perbedaan kasih sayang kedua saudaranya kepada dua saudaranya itu disebabkan oleh satu hal yang menjadi rahasia keluarga.
Di sisi lain, ada seorang gadis cantik bernama Sitti Nurhaida. Gadis yang kerap disapa Nurhaida ini merupakan kembang desa dan selalu menjadi idaman banyak lelaki. Namun, setiap lamaran yang datang untuk meminangnya, akan ditolak karena tidak ada yang cocok di hati Nurhaida dan keluarga.
Tanpa ada yang tahu, dua sejoli itu ternyata saling menyukai. Hingga tiba suatu hari, Taram mengantarkan lamaran pada Nurhaida. Sayang seribu sayang, lamarannya pun ditolak keluarga Nurhaida lantaran latar belakang Taram adalah anak angkat yang dibawa dari tanah Singapura. Itulah rahasia yang disimpan rapat keluarga Taram.
Akan tetapi, kekuatan cinta Taram dan Nurhaida membuat keduanya nekat pergi dari kampung dan berlayar ke Singapura. Di sana, mereka lantas menikah dan membangun kehidupan yang baru. Makin lama makin jaya pula keluarga mereka. Hingga akhirnya kabar keberadaan dua orang ini diketahui ayah Nuhaida.
Masih belum merestui pernikahan sang anak, ayah Nurhaida lantas bersekongkol dengan orang dari kampung untuk membujuk Nuhaida pulang. Sekembalinya ke kampung halaman, Nuhaida lantas menerima pinangan dari saudagar Arab yang kaya. Tak terduga, saudagar kaya itu rupanya adalah Taram yang menyamar jadi Syekh Wahab.
Sepanjang cerita, sentuhan budaya Melayu Sumatra masih terasa cukup kental. Inilah yang menjadi ciri utama sastra periode Balai Pustaka yang dekat dengan budaya Melayu. Meski begitu, gaya bahasa, susunan kalimat, dan pilihan diksi yang digunakan lebih mudah dipahami.
Dari segi konflik, novel ini masih berkutat pada urusan romansa. Dibandingkan mengangkat isu pergolakan adat istiadat, seperti pada novel Salah Pilih karya Nur St. Iskandar atau Sitti Nurbaya karya Marah Roesli, novel ini lebih menonjolkan konflik asmara dan restu orang tua. Meski masih ada sentuhan kebudayaan dan adat istiadat, misalnya soal bibit, bebet, dan bobot calon mantu, tetapi puncak konfliknya justru ada pada upaya ayah Nurhaida untuk memisahkan anaknya dengan sang suami.
Upaya inilah yang menjadi intrik utama novel. Untuk membawa Nurhaida pulang, sang ayah memanfaatkan orang yang berkunjung ke Singapura untuk memengaruhi Nurhaida tanpa sepengetahuan Taram. Usaha ini berhasil karena Nurhaida lantas meninggalkan tanah Singapura dan memilih pisah dari suaminya.
Keluarga Nurhaida terpandang, menolak calon suami dari latar belakang yang berbeda. Di sisi yang sama, anak perempuan tampaknya masih sulit memosisikan dirinya sebagai pihak yang berhak untuk mementukan masa depannya sendiri, lantaran pada masa itu perempuan adalah kelas kedua di masyarakat. Secara tidak langsung, novel ini mencerminkan bahwa hidup anak perempuan sangat bergantung dengan keputusan keluarga.
Meski isu yang diangkat sangat menarik, alur di novel ini terkesan ditulis dengan singkat. Mungkin karena jumlah halaman yang tidak terlalu banyak, jalan ceritanya dibuat tidak bertele-tele. Padahal penulis masih bisa menguraikan alur agar cerita lebih detail. Meskipun begitu, novel ini bisa jadi referensi bacaan sastra klasik Indonesia.
Identitas buku
Judul: Kasih Tak Terlarai
Penulis: Soeman HS.
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun terbit: Cetakan pertama, 1930
Tebal buku: 80 halaman
Baca Juga
-
Ulasan Buku Daddy Has a Secret: Rahasia Ayah Pengidap Skizofrenia
-
Ulasan Buku Granny Loves to Dance: Saat Nenek Tercinta Terkena Alzheimer
-
Ulasan Novel Cinta Lama: Ketika Mantan Saling Berbincang tentang Masa Lalu
-
Refleksi Hari Anak Nasional: Ironi Pernikahan Dini yang Masih Diwajarkan
-
Ulasan Novel Kokokan Mencari Arumbawangi: Suara Perempuan untuk Lingkungan
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Kenangan Manis Takkan Pernah Habis: Mengenang Hewan Kesayangan
-
Ulasan Novel Jepang Colorless Tsukuru Tazaki and His Years of Pilgrimage
-
Menguliti Luka dan Obsesi dalam Novel False Idol Karya Shooastrif
-
Ulasan Buku Sun & Ssukgat: Self-Care ala Korea yang Mudah untuk Ditiru
-
Ulasan Buku 5 Dosa dalam Mengelola Keuangan: Hindari Ini Biar Nggak Boncos
Terkini
-
Kuda King Argentin Raih Gelar Triple Crown di Laga Indonesia Derby 2025
-
Sadar Diri, Max Verstappen Yakin Tak Bisa Lawan McLaren untuk Juara Dunia
-
4 Gaya Smart Casual Hijab ala Melody Laksani yang Cocok untuk Ngantor
-
Tak Perlu Gentar, Ini 3 Alasan Timnas Indonesia Bisa Juarai Piala AFF U-23 2025
-
Ambisius! Bos Aprilia Yakin Bisa Kalahkan Marc Marquez di Paruh Kedua Musim