Hayuning Ratri Hapsari | Natasya Regina
Yura Yunita (Instagram/yurayunita)
Natasya Regina

Siapa sangka, di balik citranya yang lembut dan suara khas penuh emosi, penyanyi Yura Yunita ternyata pernah mengalami pengalaman ekstrem yang tak banyak diketahui publik.

Sebelum dikenal sebagai salah satu musisi papan atas Indonesia, pelantun Tutur Batin itu pernah menjalani tugas jurnalistik yang membawanya ke salah satu tempat paling angker di Tanah Air, Lapas Nusakambangan.

Awal Cerita: Tugas Kuliah yang Tak Biasa

Yura Yunita.[Instagram/ yurayunita]

Dalam sebuah konferensi pers di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Selasa (4/10/2025), Yura menceritakan bahwa pengalaman itu terjadi ketika dirinya masih menempuh pendidikan di bangku kuliah.

Saat itu, ia tengah mengambil mata kuliah jurnalistik dan mendapat tugas untuk melakukan liputan lapangan. Namun, alih-alih memilih topik ringan, Yura justru nekat memilih lokasi liputan di Nusakambangan, pulau yang dikenal sebagai tempat tahanan dengan tingkat keamanan tertinggi di Indonesia.

“Aku tuh pernah jadi jurnalis. Aku bikin liputan ke Nusakambangan,” ungkap Yura, dikutip dari Suara.com.

Masuk ke Penjara Kelas Berat

Keberanian Yura tak berhenti di situ. Ia bahkan diizinkan masuk ke salah satu blok penjara paling ketat, tempat narapidana dengan kasus berat dikurung. Selama hampir tiga jam, Yura mewawancarai sejumlah narapidana dengan pengawalan ketat dari petugas.

“Aku ke penjara paling ujung, penjara kesembilan, penjara paling berat,” ujar Yura.

“Aku mewawancarai narapidana pembunuhan dan narkotika, kurang lebih wawancaranya dilakukan selama tiga jam, dijaga oleh banyak petugas,” lanjutnya.

Meski berusaha profesional, Yura tak menampik bahwa suasana di balik jeruji besi itu sempat membuatnya gugup. Aura tegang bercampur rasa penasaran membuat pengalaman tersebut membekas dalam ingatannya hingga kini.

Pelajaran Berharga dari Balik Jeruji Besi

Yura mengaku bahwa liputan itu menjadi salah satu momen paling berkesan dalam hidupnya. Selain menantang, pengalaman tersebut membuka matanya terhadap kehidupan lain di luar dunia musik yang ia geluti sekarang. Ia belajar memahami sisi kemanusiaan para narapidana dan mendengarkan kisah mereka dari sudut pandang yang lebih dalam.

“Itu adalah tugas mata kuliah jurnalistik waktu aku kuliah. Dan aku bangga sekali akan perjalanan itu,” tutur Yura.

Meski tak semua cerita bisa ia bagikan kepada publik, Yura mengatakan banyak kisah yang justru menginspirasi dirinya secara pribadi.

“Banyak cerita yang enggak bisa aku ceritakan, tapi banyak juga cerita menarik dan inspiratif dari teman-teman narasumber,” sambungnya.

Rasa Hormat untuk Jurnalis

Usai mengalami langsung kerasnya dunia liputan lapangan, Yura menaruh rasa hormat yang besar kepada para jurnalis. Ia kini memahami betapa sulitnya mencari, menggali, dan menyajikan sebuah berita dengan risiko besar di lapangan.

“Pas ngobrol dari hati ke hati, wow, menarik sekali,” ucapnya.

“Jadi aku selalu bangga sama teman-teman jurnalis yang terus berjuang, karena menurut aku pekerjaan jurnalistik itu challenging dan sangat membanggakan,” tutup Yura.

Melalui kisah ini, Yura membuktikan bahwa perjalanan menuju kedewasaan dan empati bisa datang dari pengalaman yang tak biasa, bahkan dari balik tembok tebal penjara Nusakambangan.