Hayuning Ratri Hapsari | Natasya Regina
Epy Kusnandar [Instagram/epy_kusnandar_official]
Natasya Regina

Dunia hiburan Indonesia sedang berduka. Kepergian Epy Kusnandar pada Rabu, 3 Desember 2025, bukan hanya meninggalkan kekosongan di industri film dan sinetron, tetapi juga menyisakan luka bagi banyak hati yang mencintai sosok legendaris ini.

Aktor yang lekat dengan karakter Kang Mus itu berpulang dengan meninggalkan jejak mendalam bagi keluarga dan jutaan penggemarnya.

Di tengah suasana duka, publik kembali teringat pada sebuah percakapan lama antara Epy dan sang istri, Karina Ranau, yang sempat terekam kamera dalam salah satu wawancara media.

Kini, ketika sang aktor sudah tiada, dialog tersebut terasa seperti firasat sekaligus pesan terakhir yang ditinggalkan Epy sebelum mengembuskan napas terakhirnya.

Perdebatan Soal Lokasi Pemakaman: Jakarta atau Garut?

Salah satu poin yang menjadi fokus dalam percakapan itu adalah wasiat Epy mengenai lokasi peristirahatan terakhirnya.

Dengan mantap, Epy menyatakan keinginannya untuk dimakamkan di kampung halamannya, Garut, Jawa Barat.

Namun keinginan ini sempat memicu diskusi kecil dengan Karina. Sebagai istri yang setiap hari mendampingi perjuangan kesehatan Epy, Karina lebih memikirkan sisi praktis dan tantangan yang mungkin timbul jika pemakaman dilakukan di luar kota.

Dalam potongan wawancara yang kembali viral, Karina mencoba memberi masukan dengan nada lembut, namun tegas.

Dikutip dari Suara.com, ia berkata: “Kan kamu bilang kalau kamu meninggalkan minta makaminnya di Garut. Ngapain ke Garut, jauh banget, nyusahin orang, udah di Jakarta aja.”

Alasan itu berangkat dari kekhawatirannya akan jarak perjalanan, kondisi Epy saat itu, hingga berbagai persiapan yang harus dilakukan jika jenazah dibawa jauh ke Garut.

Jawaban Tegas Epy: Wasiat Tak Bisa Dinegosiasi

Mendengar sang istri memberi pertimbangan, Epy menyampaikan respons yang memperlihatkan sisi dirinya yang jarang terekspos, seseorang yang sangat memegang prinsip dan memiliki kerinduan mendalam pada kampung halaman serta sosok ibunda.

Dengan nada serius, ia menjawab, “Kamu itu istri saya, bukan manajer saya lagi. Jangan nego-nego segala. Ini nggak bisa dinego.”

Kalimat itu bukan hanya menegaskan bahwa ia ingin wasiatnya ditepati, tetapi juga menjadi penanda bahwa bagi Epy, pemakaman bukan sekadar urusan lokasi—melainkan perjalanan pulang ke tanah kelahiran yang menyimpan kenangan masa kecil dan kasih seorang ibu.

Kekhawatiran Karina: Transportasi hingga Biaya

Meski memahami permintaan suaminya, Karina tetap berupaya menjelaskan kondisi nyata yang menyebabkan ia sempat berat memenuhi keinginan tersebut.

Ia menyampaikan alasan terkait biaya, jarak, hingga proses administrasi yang tak sedikit: “Ke Garut kan jauh, belum sewa ambulans, belum ini itu.”

Sebagai pendamping hidup, wajar jika Karina memikirkan semua kemungkinan yang dapat memberatkan keluarga atau kerabat yang harus ikut mengurus prosesi pemakaman.

Pengakuan Menyentuh: Permintaan Terakhir Epy

Bagian paling mengharukan dari percakapan itu datang ketika Epy mengungkap alasan terdalam mengapa ia ingin kembali ke Garut.

Di balik ketegasannya, ternyata tersimpan perasaan bersalah karena merasa telah banyak merepotkan istrinya selama sakit.

Dengan suara yang menyiratkan ketulusan dan kepasrahan, Epy mengatakan, “Ini permintaan terakhir saya. Selama ini saya ngerepotin kamu. Dan kalau kamu merasa repot saya dimakamin di kampung halaman saya, berdampingan sama ibu saya. Itu permintaan terakhir saya. Setelah itu kamu nggak nengok saya nggak apa-apa.”

Ucapan itu kini menjadi kenangan paling membekas bagi Karina, keluarga, dan seluruh masyarakat yang selama puluhan tahun menyaksikan perjalanan karier Epy Kusnandar.

Kepergian sang aktor semakin terasa berat ketika mengingat betapa dalam cinta dan kerendahan hati yang ia tunjukkan dalam percakapan terakhirnya, sebuah pesan sederhana namun sarat makna tentang pulang, keluarga, dan restu seorang ibu.