Tongue tie atau ankiloglosia adalah kondisi bawaan lahir di mana frenulum lingual, yaitu jaringan penghubung antara lidah ke dasar mulut, lebih pendek atau lebih tebal dari umumnya.
Kondisi ini seringkali ditemukan pada bayi dan anak-anak, tetapi juga dapat terjadi pada orang dewasa. Tak hanya itu, kondisi ini bisa menyebabkan kesulitan menyusu, makan, berbicara, dan menelan pada bayi dan anak-anak.
“Dari berbagai kepustakaan, ditemukan bahwa ternyata diagnosis ankiloglosia itu meningkat secara global, baik di Amerika, di Kanada, di Australia, bahkan di Indonesia juga meningkat,” ujar Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Naomi Esthernita F. Dewanto, Sp.A, Subsp.Neo(K), dalam Seminar Media Daring pada Selasa (18/03/2025).
Dalam kasus pada bayi, frenulum lidah yang terlalu pendek atau tebal akan menghambat pergerakan lidah, yang kemudian berdampak pada proses menyusu. Bayi dengan tongue tie mungkin mengalami kesulitan seperti tidak dapat melakukan latch dan suckling dengan benar.
Tongue tie diperkirakan terjadi pada sekitar 4-16 persen bayi, namun hanya 1-4% yang mengalami kesulitan menyusu. Sebagian besar kasus tongue tie bersifat ringan dan tidak berdampak terhadap pemberian ASI maupun tumbuh kembang bayi.
Gejala Tongue Tie
Dr. Naomi menjelaskan bahwa tongue tie hanya dianggap bergejala (ankiloglosia simtomatik) jika terdapat kesulitan menyusu yang tidak dapat diatasi dengan manajemen laktasi yang benar.
Terdapat dua jenis gejala yang dapat mengindikasikan ankiloglosia simtomatik, yaitu gejala subjektif dan objektif. Gejala subjektif merujuk pada keluhan yang dialami oleh ibu.
“Biasanya ibu mengeluhkan bahwa bayi sulit melekat saat menyusu, sehingga puting payudara ibunya terasa nyeri. Bayi sudah menghisap, tetapi pengosongan payudaranya terhambat, tidak bisa pengosongan dengan baik. Sehingga durasi menyusunya menjadi lebih lama. Tetapi bayi nampak tidak puas menyusu,” jelasnya.
Sementara itu, gejala objektif dapat dilihat dari gangguan pada puting, seperti mengalami gepeng atau lecet, pengosongan payudara tidak efektif, dan kenaikan berat badan bayi tidak adekuat.
Dampak Tongue tie
Pada bayi, tongue tie yang bermasalah secara signifikan dapat mengganggu proses menyusu, sehingga menyebabkan kurangnya asupan ASI dan memengaruhi pertumbuhan.
Selain itu, ibu juga bisa mengalami permasalahan seperti pembengkakan payudara, saluran susu tersumbat (clogged ducts), mastitis, dan nyeri puting yang membuat mereka berhenti menyusui lebih cepat dari yang seharusnya.
Dr. Naomi mengungkapkan bahwa tongue tie juga tidak berdampak pada keterlambatan perkembangan bicara (speech delay) pada anak.
“Tentu saja tidak menyebabkan speech delay. Mungkin akan mempengaruhi pengucapan beberapa huruf seperti T, D, S, L, R, dan lainnya, tetapi akan membaik dengan bertambahnya usia. Kemampuan ini bisa teratasi, tapi tidak menyebabkan speech delay,” tambahnya.
Apakah perlu tindakan insisi?
Kesulitan dalam menyusui tidak selalu disebabkan oleh tongue tie. Maka dari itu, tidak semua kasus tongue tie pada bayi memerlukan tindakan insisi seperti frenotomi.
Penting untuk konsultasi ke dokter spesialis untuk diperiksa lebih lanjut dan menentukan prosedur selanjutnya. Jika diperlukan tindakan medis seperti frenotomi, prosedur harus dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
“Ini adalah rekomendasi sejak 2013 dari PP IDAI, bahwa tongue tie atau ankiloglosia yang dapat dijumpai pada bayi, dimana frenulumnya lebih pendek atau tebal, tidak selalu menyebabkan gangguan menyusui dan tidak selalu harus dilakukan insisi. Seandainya harus dilakukan frenotomi pun, harus dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten,” kata dr. Naomi
Penulis: Kayla Riasya Salsabila
Baca Juga
-
Review Novel Rumah untuk Alie, Kisah Keluarga yang Tayang di Layar Lebar
-
AFC U-23: Meski Pot 1 Dihuni 11 Negara, Hanya 5 Saja yang Bisa Satu Grup dengan Indonesia
-
Tampil Fresh Tanpa Potong Pendek! 4 Gaya Rambut Panjang ala Kim Ji Yeon
-
Kreatif! PPG Unila Latih Anak Panti Ar-Ra'uf Syahira Buat Lilin Aromaterapi
-
Sarjana Nganggur: Ketika Gelar Tak Lagi Jadi Golden Ticket di Dunia Kerja
Artikel Terkait
-
Presiden Prabowo Akui Kesalahan Jubir Hal Wajar: Saya Saja Dulu Pernah Salah Jalan Cari WC di Istana
-
Tak Perlu Panik, 7 Cara Menenangkan Bayi Tantrum di Tempat Umum Seperti yang Dilakukan Nikita Willy
-
Apa Itu Tradisi Belah Kelapa? Dilakukan di Mitoni Aaliyah Massaid buat Tebak Jenis Kelamin Bayi
-
Tips Bepergian Jakarta - Bali Dengan Bayi Anti Rewel di Pesawat Ala Jessica Iskandar
-
7 Tanaman Fengshui Pembawa Energi Positif, Rumah Tenang Rezeki Lancar
Health
-
6 Jenis Tanaman yang Dapat Mengatasi Bau Mulut, Ada Apel hingga Kemangi
-
Cognitive Offloading: Ketika Otak Tak Lagi Jadi Tempat Menyimpan Informasi
-
Digital Fatigue dan Mental Overload: Saat Notifikasi Jadi Beban Psikologis
-
5 Tips Atasi Lelah setelah Mudik, Biar Energi Balik Secepatnya!
-
Mengenal Metode Mild Stimulation Dalam Program Bayi Tabung, Harapan Baru Bagi Pasangan
Terkini
-
Review Novel Rumah untuk Alie, Kisah Keluarga yang Tayang di Layar Lebar
-
AFC U-23: Meski Pot 1 Dihuni 11 Negara, Hanya 5 Saja yang Bisa Satu Grup dengan Indonesia
-
Tampil Fresh Tanpa Potong Pendek! 4 Gaya Rambut Panjang ala Kim Ji Yeon
-
Kreatif! PPG Unila Latih Anak Panti Ar-Ra'uf Syahira Buat Lilin Aromaterapi
-
Sarjana Nganggur: Ketika Gelar Tak Lagi Jadi Golden Ticket di Dunia Kerja