M. Reza Sulaiman
Ilustrasi makanan cepat saji, makanan ultra proses. (Shutterstock)

Di era yang serba instan ini, makanan cepat saji dan camilan dalam kemasan selalu jadi “penyelamat” di tengah kesibukan. Tapi, di balik rasa gurih dan kepraktisannya itu, tersimpan ancaman yang tidak bisa dianggap remeh.

Sebuah studi internasional terbaru mengungkap fakta yang mengejutkan: konsumsi makanan ultra-proses (ultra-processed food atau UPF) dapat meningkatkan risiko kematian dini. Artinya, setiap gigitan burger beku, tegukan minuman bersoda, atau lembaran roti industri bukan hanya soal kalori, tetapi bisa jadi soal umur panjangmu.

Bukan Cuma Isapan Jempol, Ini Datanya

Berdasarkan laporan The Guardian, rupanya setiap peningkatan konsumsi UPF sebanyak 10% dari total asupan kalori harian, dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian sekitar 3%.

Data ini berasal dari gabungan data survei diet dan kematian dari delapan negara, di antaranya termasuk Amerika Serikat, Inggris, Brazil, dan Kanada.

Hasilnya menunjukkan bahwa di beberapa negara, kematian dini yang disebabkan oleh konsumsi UPF jumlahnya cukup tinggi:

  • Sekitar 17.781 kematian per tahun terjadi di Inggris.
  • Di Amerika Serikat, sekitar 124.107 kematian tahunan dihubungkan dengan konsumsi makanan ultra-processed.
  • Secara keseluruhan, di Inggris, diperkirakan sekitar 13,8% dari total kematian dini dapat dikaitkan dengan pola makan yang banyak mengandung UPF.

Apa Sih yang Bikin Makanan Ini Begitu Berbahaya?

Bahaya dari makanan UPF tidak hanya terletak pada kandungan lemak jenuh, garam, dan gula yang tinggi. Tetapi juga pada bahan tambahan seperti pemanis buatan, perisa, emulsifier, zat warna, dan berbagai teknik pemrosesan industri yang mengubah struktur asli makanan.

Bahan-bahan "asing" inilah yang dapat berdampak negatif pada sistem metabolisme, memicu peradangan, dan merusak keseimbangan bakteri baik di dalam usus (microbiome).

Bukan Lagi Soal Gula dan Lemak, tapi Prosesnya

Data yang ada ini menjadi peringatan penting yang perlu kita waspadai. Kita harus sadar bahwa ini bukan cuma soal apa yang kita makan, tetapi seberapa besar porsi makanan ultra-processed dalam menu harian kita.

Jika dulu kita hanya fokus menghindari gula dan lemak berlebih, sekarang kita perlu lebih kritis terhadap apa yang kita konsumsi, terutama pada produk makanan yang sudah melalui banyak proses industri.

Cara 'Detoks' dari Makanan Ultra-Proses

Kamu bisa memulai langkah-langkah praktis ini untuk mengurangi konsumsi UPF:

Kurangi Makanan 'Instan': Mulai ganti makanan instan, snack kemasan, minuman bersoda, roti pabrikan, serta olahan makanan beku dengan alternatif yang lebih sehat, seperti sayur, buah, biji-bijian, dan protein alami.

Baca Label Produk: Semakin panjang daftar bahan kimia yang tidak kamu kenal, semakin besar kemungkinan produk tersebut melalui proses industri yang panjang.

Masak Lebih Sering: Dengan memasak sendiri, kamu bisa mengontrol bahan, porsi, serta menurunkan ketergantungan pada produk siap saji.

Lakukan Secara Bertahap: Jangan merasa harus berubah drastis dalam semalam. Mulai dengan mengurangi 10% konsumsi UPF dan tingkatkan konsumsi makanan alami dalam dietmu.

Makanan ultra-processed memang menggoda karena praktis, murah, dan lezat. Namun, data ini menjadi pengingat bahwa kemudahan seringkali datang dengan harga yang mahal, bahkan nyawa.

Penulis: Flovian Aiko