Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | M. Fuad S. T.
Philippe Troussier (kanan) bersalaman dengan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (thethaovanhoa.vn)

Nasib tragis harus dialami oleh pelatih Timnas Vietnam, Philippe Troussier. Pasca pertarungan melawan Timnas Indonesia di My Dinh Stadium pada Selasa (26/3/2024), pelatih berkebangsaan Prancis tersebut harus mengakhiri kebersamaannya bersama Pasukan Naga Emas.

Menyadur laman Suara.com (27/3/2024), menyusul rangkaian hasil buruk yang didapatkan oleh Troussier selama menangani Timnas Vietnam, Induk Sepak Bola Vietnam, VFF pada akhirnya memutuskan tali kontrak kerja sama antara mereka dengan pria berusia 69 tahun tersebut. Sebuah akhir yang sangat tak mengenakkan, mengingat akhir dari kebersamaan Troussier dan Timnas Vietnam tersebut adalah sebuah pemecatan.

Sejatinya, di dunia kepelatihan internasional, nama seorang Philippe Troussier bukanlah nama sembarangan. Sebelum berlabuh bersama Timnas Vietnam pada tahun 2023 lalu, Troussier pernah menangani tim-tim kelas dunia seperti Pantai Gading, Nigeria, Afrika Selatan, Jepang, Qatar, hingga Maroko.

Salah satu fase kepelatihan Troussier yang paling diingat oleh khalayak pencinta sepak bola dunia adalah, ketika pria berjuluk "Penyihir Putih" tersebut menangani Timnas Jepang di rentang masa 1998 hingga 2002.

Troussier yang mendampingi Timnas Jepang di gelaran Piala Dunia Korea Selatan-Jepang pada tahun 2002 lalu, sukses membuat sejarah dengan membawa Samurai Blue untuk kali pertama lolos ke fase 16 besar gelaran.

Menyadur laman transfermarkt.com, dalam tiga laga babak penyisihan grup, Troussier sukses membawa anak asuhnya mengalahkan Rusia dan Tunisia, serta menahan imbang Belgia untuk kemudian membawa mereka melaju ke fase gugur untuk kali pertama.

Namun sayangnya, di balik gemerlap karir kepelatihan Philippe Troussier, terdapat sebuah noda besar bernama Timnas Indonesia. Sepanjang sejarah kepelatihan yang dijalaninya, Troussier tak pernah sekalipun mampu mengalahkan Timnas Indonesia, di ajang manapun dia menemuinya.

Di Piala Asia 2004 China saat menangani Qatar, kemudian di Sea Games 2023 di Kamboja, putaran final Piala Asia 2003 di Qatar, serta dua kali pertandingan di babak Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Troussier selalu saja menelan kekalahan ketika bersua Pasukan Merah Putih.

Mungkin dalam sepanjang hidupnya, Troussier yang pernah begitu berjaya dengan menghempaskan tim-tim besar sekelas Rusia, Tunisia, Polandia, Ukraina dan deretan tim mapan dunia, akan disesaki dengan sebuah rasa penasaran.

Rasa penasaran mengapa dirinya selalu saja jadi pecundang saat bersua dengan Timnas Indonesia, sebuah negara yang kualitas persepakbolaannya jauh berada di bawah tim-tim dunia yang pernah dikalahkannya dulu.

M. Fuad S. T.