Suara riuh memenuhi ruang kelas di salah satu SMA di Yogyakarta pada siang hari tepatnya di tengah jam istirahat. Sorakan dengan suara nyaring diiringi tepukan tangan yang menandakan kekaguman terhadap apa yang dilihat. Layar handphone yang menampilkan sejumlah orang menari dan diiringi musik dengan lirik bahasa asing. Bahkan, suara riuh pada kala itu mengalahkan suara hujan yang sedang turun menyapa bumi. Memunculkan rasa penasaran bagi siapa saja yang mendengarkan keriuhan siang itu, termasuk aku.
Mencoba mengintip sedikit dari celah kecil kerumunan guna mengobati rasa penasaranku kala itu. Memandangi sekelompok lelaki yang sedang berjoget sangat lincah dan suara yang sangat apik untuk didengar. “EXO” satu kata yang kudengar saat aku bertanya kepada salah satu temanku kala itu. Siapa? Apa itu EXO? Bahasa apa yang mereka gunakan untuk menyanyi?, beberapa pertanyaan muncul di kepalaku.
Pertanyaan yang membawaku untuk menyelami lebih jauh, mengenal budaya dan mengenal bahasa dari negara mereka. Hingga saat inipun, aku masih mencoba mengenal dan mempelajari budaya mereka, khususnya Bahasa yang sering mereka sebut dengan Hangeul.
Korea selatan merupakan negara di Asia yang memiliki banyak sekali budaya salah satunya budaya K-Pop. K-Pop atau yang sering dikenal dengan industri musik di Korea Selatan tersebut mampu memikat hati masyarakat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Wajah rupawan, bertalenta, dan pribadi yang baik mampu membius siapapun hanya dengan sekali melihatnya. Menciptakan rasa penasaran untuk terus mencari informasi sehingga menimbulkan rasa cinta yang besar terhadap karya mereka.
Bagi sebagian besar pecinta K-Pop, mereka menganggap K-Pop sebagai salah satu alternatif penghilang rasa stress, lelah, bahkan depresi. Salah satunya adalah aku. Dua tahun mengenal K-Pop semenjak munculnya rasa penasaranku waktu itu, membawaku ke dunia baru yang belum pernah aku temui. Ketertarikan itulah yang membawa banyak sekali perubahan dalam hidupku.
Motivasi untuk terus bermimpi dan berjuang demi mimpi yang aku ciptakan persis seperti yang idolaku lakukan. Pantang menyerah, idolaku selalu mengajarkan bagaimana untuk tetap bangkit walau kau telah diinjak oleh kuatnya keadaan yang tidak berpihak. Lagu mereka yang selalu berputar seperti bola di kepalaku, lagu yang memiliki seribu makna untuk tetap bertahan di pahitnya kehidupan. K-Pop tak hanya sebagai hiburan untukku, tetapi juga sebagai guru terbaik yang aku punya.
Dulu, aku tidak tahu menahu apa itu mimpi dan bagaimana caraku mewujudkannya. Tentang sesuatu yang ingin kuraih, terasa masih abu-abu sebelum aku mengenal orang-orang hebat yang berani bermimpi setinggi langit. Mereka yang bahkan rela mengorbankan masa kecil mereka demi menjadi seorang trainee dan berhasil debut menjadi artis K-Pop.
Setelah mengenal K-Pop, satu persatu impianku terwujud akibat dari kerja kerasku. Nilai yang memuaskan hingga masuk ke salah satu perguruan favorit di Yogyakarta tidak lepas dari pengaruh K-Pop. K-Pop membuatku candu untuk terus mempelajarinya hingga aku belajar Bahasa yang mereka sebut Bahasa Hangeul. Membuat kalimat-kalimat penyemangat menggunakan Bahasa Hangeul merupakan kesenangan tersendiri untukku. Sepatah duapatah kata yang aku ciptakan di atas Hangeul membuatku semakin jatuh ke dalam budaya K-Pop atau sering disebut K-Pop Wave.
Banyak orang yang tidak sepemikiran denganku, banyak orang yang menggangap menyukai K-Pop adalah hal yang sia-sia, tidak berguna. Mereka mencaci tanpa mencari informasi lebih dalam soal K-Pop dan budayanya. Plastik, kata yang sering mereka lontarkan ketika pertama kali mendengar kata K-Pop.
Aku memang menyukai budaya dari Korea Selatan tersebut, tetapi tidak lantas membuatku melupakan identitasku sebagai warga negara Indonesia. Tidak juga membuatku lupa tentang kewajibanku sebagai orang yang beragama islam. Tetapi, orang tidak berakhlak sering membuatku seolah-olah aku melakukan kejahatan padahal aku hanya menggagumi tidak memuja. Aku hanya mempelajari budaya mereka, tidak untuk melupakan budaya dari negaraku sendiri. Menghargai memang sangat mudah untuk diucapkan tetapi menghargai sangat susah untuk dilakukan bagi sebagian orang.
Baca Juga
Artikel Terkait
Kolom
-
Gadget di Tangan, Keluarga di Angan: Paradoks Kemajuan Teknologi
-
Tradisi Rewang: Tumbuhkan Sikap Gotong Royong di Era Gempuran Egosentris
-
Tersesat di Dunia Maya: Literasi Digital yang Masih Jadi PR Besar
-
Tolak PPN 12% Viral di X, Apakah Seruan Praktik Frugal Living Efektif?
-
Refleksi kasus 'Sadbor': Mengapa Influencer Rentan Promosikan Judi Online?
Terkini
-
Review Film Heretic, Hugh Grant Jadi Penguji Keyakinan dan Agama
-
3 Rekomendasi Two Way Cake Lokal dengan Banyak Pilihan Shade, Anti-Bingung!
-
4 Daily OOTD Simpel nan Modis ala Chae Soo-bin untuk Inspirasi Harianmu!
-
Inspiratif! Ulasan Buku Antologi Puisi 'Kita Hanya Sesingkat Kata Rindu'
-
3 Peel Off Mask yang Mengandung Collagen, Bikin Wajah Glowing dan Awet Muda