Pernah nggak kamu dapat pertanyaan seperti, "buat apa sih suka Korea-Korea begitu?"
Banyaknya budaya Korea yang semakin menyebar terkhususnya di kalangan remaja Indonesia membuktikan besarnya ketertarikan warga Indonesia pada budaya asing. Nah tau nggak, apa faktor yang mempengaruhi adanya ketertarikan pada budaya Korea? Mari kita bahas!
Korean Wave merupakan istilah yang merujuk pada gelombang tersebarnya budaya Korea secara global. Lalu siapa sih, di zaman saat ini yang tidak mengenal K-pop, K-drama, ataupun budaya Korea yang lain? Apalagi dengan adanya teknologi yang membuat budaya Korea semakin meluas terutama saat pandemi yang dimana semua orang benar-benar memanfaatkan teknologi sebagai kebutuhan hidup manusia. Sehingga tersebarnya Korean Wave ini tidak hanya kepada kalangan remaja, tetapi juga kepada anak-anak bahkan lansia.
Tentu saja, aku-lah salah satunya. Berawal dari mengenal budaya musik pop Korea Selatan, dan tidak terpikirkan sebelumnya bagaimana pemerintah dan perusahaan (agensi) hiburan mengemas dengan apiknya dunia hiburan dengan mencampurkan budaya barat tanpa menghilangkan unsur budaya mereka sendiri. Hal inilah yang membuatku untuk menarik diri sendiri mengenal budaya Korea lebih dalam.
Sayangnya, tidak sedikit orang Indonesia yang masih menutup diri untuk mengetahui keragaman budaya asing. Terbukti dengan banyaknya orang yang masih menyebar kata-kata kebencian kepada seseorang yang menyukai ataupun mempelajari budaya Korea, dengan alasan jika kita menyukai budaya luar maka kita tidak mencintai budaya tanah air. Justru pola pikir seperti inilah yang akan menjadikan salah satu faktor semakin terbelakangnya Indonesia.
Padahal jika kita mau membuka diri, kita bisa mempelajari dan menerapkannya untuk pelestarian budaya Indonesia. Contoh salah satunya yakni Bangtan Sonyoendan atau yang biasa kita kenal dengan BTS yang selalu memasukkan pengalaman pribadi mereka ke dalam musiknya. Sehingga lirik-lirik lagu BTS pun terkesan relate dengan kehidupan remaja saat ini. Terlebih mereka juga sering membahas isu-isu sosial, seperti standar pendidikan, sindiran politik, ataupun motivasi hidup. Dengan demikian, kita bisa mengkreasikan pula budaya Indonesia dengan memberi unsur motivasi kehidupan atau hal positif lain sebagai strategi menarik lebih banyak orang, sehingga budaya Indonesia tidak hanya dikenal oleh negara sendiri melainkan juga dikenal negara lain.
Selain itu, kita bisa belajar dari media berita Korea yang lebih memfokuskan perkembangan baik Korea terutama di bidang kebudayaannya. Begitu pula dengan acara hiburan Korea, seperti variety show, serial drama, serta lainnya yang diproduksi secara kreatif sehingga banyak acara hiburan yang sangat bervariasi.
Selain bidang hiburan, banyak sekali budaya Korea yang bisa dipelajari lebih dalam untuk mengembangkan pribadi yang jauh lebih baik. Budaya Ppali-Ppali, atau yang dalam bahasa Indonesia dapat disebut dengan budaya cepat-cepat. Gaya hidup yang telah mendarah daging di kalangan masyarakat Korea Selatan yang menjadikan Korea Selatan berkembang pesat dalam waktu singkat. Mereka berusaha untuk melakukan setiap pekerjaan dengan sangat cepat sehingga banyak hal yang bisa dilakukan dalam 24 jam. Hal ini juga yang menjadikan warga Korea Selatan sebagai warga yang disiplin waktu. Hingga kedisiplinan ini juga yang mengarah ke keketatan tingkat pendidikan Korea Selatan.
Bahkan saat awal percobaan untuk mengikuti budaya Ppali-Ppali, aku sangat tidak menyangka bahwa budaya ini dapat mempengaruhi kecepatan otak yang mampu menangkap materi lebih cepat.
Nah, sekarang tidak ada yang bisa mengatakan bahwa mencintai budaya luar tidak ada gunanya, bukan?
Karena beberapa budaya baik inilah, aku tertarik membawa diri sendiri dan orang-orang sekitar untuk mempelajari budaya Korea. Saya juga sangat berharap lebih banyak orang Indonesia yang tidak hanya menyukai budaya luar melainkan juga mampu membawa hal positif dari budaya tersebut untuk dikembangkan, baik untuk diri sendiri maupun untuk negara Indonesia.
Baca Juga
Artikel Terkait
Kolom
-
Representasi Perempuan di Layar Kaca: Antara Stereotip dan Realitas
-
Buku Anak Jadi Solusi Segar ketika Reading Slump Menyerang
-
Pemain Sepak Bola Nyambi Jadi Abdi Negara, Bukti Persepakbolaan Indonesia Belum Menjanjikan?
-
Ojek Online: Mesin Uang Platform, Beban Ganda Mitra dan Konsumen
-
Book-Bosomed: Membawa Buku ke Mana-Mana Bukan soal Pamer
Terkini
-
Tayang 2027, Vin Diesel Ingin Paul Walker 'Muncul' di Fast and Furious 11
-
Momen Langka, Liga Indonesia All Star Diminta All Out Lawan Oxford United
-
Infinix Hot 60i Resmi Rilis, HP Rp 1 Jutaan Bawa Memori Lega dan Chipset Helio G81 Ultimate
-
Indonesia Sudah Otomatis, Bagaimana Perhitungan Rasio Kelolosan Tim-Tim ASEAN ke AFC U-17?
-
Dihuni 15 Pemain Kaliber Timnas Senior, Gerald Vanenburg Wajib Bawa Kembali Piala AFF U-23