Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Almira Diva Sanya
Ilustrasi kopi (Pixabay/Christoph)

Sebagai negara agraris, tak mengherankan apabila masyarakat Indonesia rata-rata bekerja pada sektor pertanian. Pasalnya, Indonesia dikenal memiliki kekayaan alam berlimpah, khususnya di sektor perkebunan kopi. Sebab, Indonesia terletak di daerah tropis, di sekitar garis khatulistiwa.

Menurut BPS, sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sebab, kontribusi pertanian pada PDB atau Produk Domestik Bruto terbilang besar, yaitu mencapai angka 12,72 persen pada 2019. Selain itu, potensi perkebunan yang merupakan sub sektor dari pertanian memiliki kontribusi sebesar 3,27 persen pada total PDB, serta 25,71 persen pada sektor pertanian untuk tahun 2019.

Di era kekinian, kopi menjadi tumbuhan yang digemari banyak kalangan, terutama anak muda. Dapat dilihat dari coffee shop atau kafe kopi yang bertebaran saat ini. Kopi bukan lagi dikonsumsi oleh satu kalangan saja, sebut saja bapak-bapak, tetapi menjadi daya tarik bagi anak muda zaman. Terlebih untuk kopi-kopi yang dikemas lebih kekinian.

Dengan mengetahui potensi yang sangat besar di dalam negeri, tentu kopi dapat dijadikan salah satu langkah dalam memajukan perekonomian bangsa. Tidak hanya petani kopi, banyak aspek lain yang dapat berkontribusi mengembangkan kopi di Indonesia. Dengan begitu, kopi punya harapan untuk dapat ditingkatkan dalam hal produktivitas.

BPS sebagai penyedia data statistik Indonesia, setiap tahun melakukan pengumpulan data perkebunan yang terdapat di statistik holtikultura, termasuk tanaman kopi. Kopi masuk dalam tanaman perkebunan yang datanya selalu dikumpulkan BPS. Terdapat beberapa poin penting yang bisa dilihat dari meningkatkan produktivitas tanaman kopi.

Luas Area Tanaman Kopi

Menurut data BPS, terjadi peningkatan luas area tanaman kopi perkebunan rakyat dari tahun 2017 ke 2018. Pada 2017 sebesar 1210,7 ribu hektar. Sementara 2018 sebesar 121,7. Akan tetapi, di tahun 2019 hingga 2020 terjadi sedikit  penurunan yaitu sebesar 200 hektar. 

Selain itu, luas area kopi untuk perkebunan besar di wilayah Indonesia dari tahun ke tahun semakin menurun. Kemudian dapat dilihat bahwa kontribusi terbesar pada perkebunan kopi terletak pada perkebunan rakyat. Penurunan dari luas area ini dapat terjadi, salah satunya karena peralihan fungsi lahan untuk sektor lain selain kopi. 

Produksi Tanaman Kopi

Menurut data BPS, dari tahun 2016 ke 2017 terjadi peningkatan. Namun di tahun 2018-2020, produksi total kopi dapat dilihat tidak terjadi penurunan ataupun peningkatan yang signifikan. 

Harga Produsen Kopi Kering

Menurut data BPS, pada 2020 harga produsen kopi kering tertinggi terdapat pada bulan Maret, yakni sebesar Rp 2.111.312/100kg. Sementara itu, harga produsen kopi terendah terdapat pada bulan Desember, sebesar Rp 1.984.090/100 kg. Rata-rata pada tahun 2020, harga produsen kopi sebesar Rp2.040.353 / 100 kg

Ekspor Tanaman Kopi

Menurut data BPS, jumlah ekspor berat benih tanaman kopi dapat dikatakan tidak stabil. Pada 2016 sebesar 412370,3 ton, kemudian terjadi penurunan yang signifikan di tahun 2018 yaitu sebesar 277411,2 ton. Lalu terjadi peningkatan di tahun 2019 dan 2020. Pada 2020, jumlah ekspor sebesar 375555,9 ton. 

Disadur dari kumparan, tren konsumsi kopi di Indonesia dari situs investor.id meningkat drastis, berdasarkan data Organisasi Kopi Dunia (International Cofee Organization/ICO). Tingkat konsumsi kopi naik sebesar 44%  dari tahun 2008-2019

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa luas area tanaman kopi perkebunan rakyat yang terus meningkat. Akan tetapi, produksi kopi di Indonesia masih dapat dikatakan belum maksimal. Padahal tingkat konsumsi kopi di Indonesia meningkat sangat tinggi. Dalam 5 tahun belakang ekspor kopi Indonesia masih belum bisa meningkat dengan signifikan. Bagaimana cara mengatasi hal ini?

Tantangan ke Depan

Tentu kopi di masa sekarang telah menjadi kebutuhan konsumsi serta gaya hidup banyak orang. Tidak hanya untuk konsumsi, kopi juga banyak diolah sebagai produk kecantikan. Dengan meningkatnya konsumsi, tentu menjadi peluang bagi pemerintah dan masyarakat sendiri untuk melakukan peningkatan produktivitas terhadap kopi. 

Disadur dari ekonomi.bisnis, ada beberapa tantangan yang dijabarkan oleh Kementrian pertanian dalam penganganan produktivitas kopi, yaitu kondisi umur tanaman, tanaman kopi yang belum terstandarisasi, pemeliharaan dan pengelolaan tanaman yang belum intensif, serta sumber daya manusia dan kelembagaan petani yang masih lemah.

Oleh karena itu, masyarakat serta pemerintah sebaiknya melakukan penyuluhan kepada petani kopi untuk mendapatkan ilmu yang baik dalam membudidayakan kopi. Selain itu, pemilihan bibit dan benih menjadi hal penting diperhatikan dalam meningkatkan produksi kopi.

Pemerintah sebaiknya mulai melakukan peningkatan ekspor kopi. Tidak hanya itu, perlu pula dilakukan promosi kepada investor tentang prospek kopi di masa depan yang akan terus berkembang, dari aspek pertumbuhan konsumsi yang terus meningkat, sehingga ini bisa menjadi ladang usaha untuk perusahaan besar melakukan penanaman kopi.

Tentu hal ini akan berdampak pada peningkatan lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan begitu, kopi dapat dijadikan salah satu aspek untuk meningkatkan perekonomian bangsa.

Dalam hal kemajuan teknologi, pemerintah dapat memantau aktivitas cuaca melalui GPS atau menggunakan metode remote sensing, untuk melihat kondisi lahan serta cuaca, agar dapat melakukan antisipasi atau kebijakan yang bisa disarankan kepada pelaksana lapangan. Dengan cara itu, penanaman kopi bisa lebih produktif.

Almira Diva Sanya

Baca Juga