Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Yulianto Amsalis
Ilustrasi Kuliah Online (Pixabay)

Revolusi industri 4.0 merupakan suatu era terjadinya perubahan diberbagai bidang lewat perpaduan teknologi secara besar-besaran. Perubahan tersebut tentu saja juga berdampak pada dunia pendidikan. Pembelajaran daring dapat dijadikkan sebuah solusi ketika terjadi bencana alam. Seperti yang terjadi saat ini ketika pemerintah menerapkan kebijakan social distancing. Pemerintah mengganti pembelajaran dengan sistem pembelajaran daring melalui sebuah aplikasi. Pembelajaran daring berbeda dengan pembelajaran konvensional ,ini bisa terlihat dari media pembelajaran. Pada saat ini media yang digunakan untuk proses belajar adalah WhatsApp, Zoom dan Googlemeet, sedangkan pada pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang menggabungkan satu atau lebih metode pembelajaran dan guru mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. 

Perkuliahan online merupakan salah satu bentuk pemanfaatan internet yang dapat meninggkatkan peran mahasiswa dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa syarat dalam melakukan pembelajaran online yakni,  mindset positif dosen dan mahasiwa, desain sistem proses belajar, proses evaluasi  dan mekanisme feedback yang dilakukan oleh penyelenggara. Di tengah pandemi banyak masyarakat yang mengalami kekurangan disisi lain mereka harus di hadapkan pada pendidikan yang mahal. 

Pembelajaran daring ini memberikan banyak dampak banyak sekali, salah satunya beban tugas semakin banyak karena dalam proses belajar pengajar hanya memberikan materi digrup dan mahasiswa menyelasaikan tugas secara mandiri. Jika hal ini dilakukan terus menerus maka akan memunculkan dampak yang buruk yakni meningkatnya depresi. Pada saat melakukan pembejaran daring, mahasiswa tidak melakukan interaksi secara langsung, selain itu tidak adanya pendamping sebagai percontohan bagi mahasiwa membuat sikap empati dan rasa empati tidak muncul. Konsep Pualo Freire tentang manusia yang terbebaskan, pendidikan harus bisa membesakan manusia dari kebodohan. Hal ini  dimaksudkan bahwa apa  yang disampaikan pada kaum tertindas tidak sekedar menjadi hiburan , dan juga bukan untuk terus menerus menentang kekuatan yang obyektif. 

Bagi freire, program-program pendidikan progresif seperti pendidikan orang dewasa,  restrukturasi kurikulum, partispasi masyarakat, dan seperangkat kebijakan demokratis sekolah harus dikerjakan. Salah satu konsep yang menarik adalah pandangannya tentang  bahwa pendidikan selalu marupakan tindakan politis. Pendidikan selalu melibatkan hubungan sosial dan melibatkan pilihan-pilihan politik. Yang jelas tatkala pendidikan selalu melibatkan hubungan yang erat dengan sosial maka pendidikan akan memberikan pengaruh terhadap perubahan sosial yang ada. Ketika masyarakat tetap dalam keadaan miskin mereka  menjadi budak  para penguasa dan tidak  berbuat apa-apa kecuali menerima saja perlakuan dan penganiayaan tersebut disebut pendidikan magis. Atau dengan kata lain konsep pendidikan magis adalah konsep pendidikan ketika masyarakat menganggap bahwa nasib yang menimpa dirinya adalah takdir yang sudah diatur oleh sang pencipta.

Pendidikan daring bukan menjadi solusi yang terbaik untuk menciptakan pendidikan yang memebebaksan hal ini karena mahasiwa tidak diberikan ruang untuk berdemokrasi dalam proses belajar. Dalam kelas daring hubungan sosial tidak akan tercipta karena adanya ruang yang berbeda. Selain itu, tidak adanya partisipasi dalam kelas juga menimbulkan pendidikan semakin menindas. Pendidikan yang menindas dalam konteks ini adalah mahasiswa dituntut untuk selau menyelasaikan tugas dengan mengesampingkan proses hubungan sosial. Ketika hal ini dilakukan terus menerus maka tidak akan muncul perubahan sosial yang ada.  Pada kasus mahasiwa baru yang masuk dalam perkuliahan tentunya tidak akan bisa membantu banyak dalam hal hubungan sosial. Hubungan sosal yang dilakukan hanyalah hubungan sosial semu yang muncul hanya ada suatu kebutuhan untuk menyelasiakn tugas. Hubungan sosial yang terjalin lewat media pembelajaran sepetrti WhatsApp, Zoom, Google meet,dll tidak akan mampu memunculkan perubahan sosial yang ada karean dalam kelas daring tidak melibatkan partisipasi. 

Pendidikan magis terjadi ketika mahasiwa tidak bisa berbuat apa-apa terhadap situasi saat ini sehingga mereka menerima begitu saja pada kondisi yang menyulitkan. Pendidikan telah menjadi investasi masa depan bagi masyarakat sehingga meskipun biaya mahal maka masyarakat akan menerima begitu saja. Konsep freire selanjutnya tentang kesadaran naif yang menggangap bahwa masyarakat sudah paham dan menegerti tentang  segala carut marut disekitarnya, tapi mereka tidak berbuat apa apa, bahkan apatis. Persoalan tersebut dibiarkan begitu saja tanpa adanya kepedulian untuk keluar dari persoalan tersebut bahkan menikmati walaupun mereka sadar akan menyebarkan benih benih kesusahan dan tidak ada upaya sama sekali untuk keluar dari persoalan tersebut.

Pendidikan daring lahir dari adanya pandemic yang tak kunjung selesai. Masyarakat menyadari bahwa kelas daring telah menimbulkan banyak masalah, jika kita berbicara pada lingkup sekolahan sudah banyak anak dan orang tua yang mulai kebingungan akan sistem ini. Orang tau murid dituntut untuk mendampingi anak belajar tidak jarang juga ikut membantu tugas anak. Pekerjaan orang tau dirumah semakin bertambah dengan adanya kelas daring dan membuat anak tidak bisa mandiri. Mereka menyadari akan situasi saat ini sehingga memilih tidak mempedulikan kelas daring seperti ini. Persoalan ini dibiarkan begitu saja sampai menunggau kebijakan pemerintah yang baru untuk membuka pembejaran tatap muka. Pada situasi saat ini mahasiswa juga mengalami masalah yang sama yakni tidak bisa berbuat apa-apa terhadap carut marutnya pendidikan daring, dalam pemikiran mereka yang paling penting adalah menyelasaiakn tugas.Untuk berfikir keluar dari situasi saat ini pun merekan tidak akan ada waktu.

Untuk mengatasi masalah ini pendidikan kritis hadir untuk membangkitkan kesadaran masyarakat untuk peduli dan kritis terhadap segala persoalan yang terjadi dalam lingkungan mereka sebut saja misalnya masalah kemiskinan maupun penindasan yang dilakukan oleh penguasa. Caranya melalui sebuah pembangunan berfikir yang mampu memecahkan persoalan-persoalan yang ada dalam dirinya yang selanjutnya  dibenturkan dengan realitas dan bagaimana kosntruksi masyarkat yang sedang membentuk mereka. Dalam pendidikan kritis yang menjadi tujuan akhir adalah masyarkat dapat memiliki pandangan yang peka  terhadap segala bentuk tindakan dari pihak penguasa atas pihak yang  dominan yang akan menjadikan mereka sebagai pihak tertindas dan ditindas. Jika kita melihat konsep ini tentunya pendidikan daring tidak akan mampu memberikan kesadaran masyarakat untuk berfikir kritis. Terlalu banyak celah dalam pendidikan daring sehingga tujuan pendidikan yang sebenarnya tidak akan tercapai. Sudah hampir satu tahun pendidikan daring berjalan sehingga perlunya evaluasi dan restrukturasi kurikulum yang ada. Pendidikan daring yang selama ini dilakukan hanya akan membunuh kepekaan sosial yang ada sehingga akan memunculkan sikap apatis terhadap situasi yang ada. Pendidikan yang selama ini kita lakukan sebenarnya juga sudah kuno dimana peserta didik hanya dianggap botol kosong. Situasi ini juga terjadi dalam kampus sehingga masih banyak mahasiswa untuk tidak berani berfikir mandiri.

Yulianto Amsalis

Tag

Baca Juga