Pandemi COVID-19 telah kita lewati bersama kurang lebih selama 2 tahun lamanya hingga saat ini. Pandemi mendorong pemerintah mengambil tindakan sebagai upaya menekan melonjaknya kasus positif COVID-19. Seiring berjalannya waktu, banyak kebijakan baru yang diberlakukan. Kebijakan-kebijakan tersebut membawa banyak perubahan yang kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari perubahan dibidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, transportasi, dan banyak lagi.
Beragam upaya dilakukan dengan harapan masyarakat dapat bekerja sama mematuhi aturan yang ada. Contohnya, pemerintah terus mengampanyekan 3M kepada masyarakat, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun. Tak lupa upaya lockdown yang dilakukan oleh mancanegara, Indonesia juga menerapkan lockdown tetapi dengan penerapan sistemberbeda yang menyesuaikan dengan keadaan Indonesia.
Yaitu diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada semester I-2020 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat pada awal Juli 2021 sampai sekarang Hal ini menunjukan betapa sigapnya pemerintah Indonesia dalam upaya menanggapi pandemi COVID-19.
Dengan adanya kebijakan tersebut, menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat baik dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi ataupun pendidikan di kehidupan sehari-hari. Mulai dari kurangnya intensitas aktivitas jual-beli yang terjadi di lapangan, dan diterapkannya sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau yang biasa disebut daring.
Semua hal itu memberikan dampak kesulitan masing-masing bagi berbagai pihak. Karena berkurangnya intensitas aktivitas jual-beli di lapangan menyebabkan pedagang kaki lima, UMKM, dan usaha lainnya sulit untuk mengejar target penjualan perharinya.
Hal itumengakibatkan menurunnya pendapatan yang diterima sehingga kemampuan membayar gaji karyawan semakin terhimpit. Tak pelak, terjadilah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang bisa dikatakan cuku banyak.
Penerapan daring pun memberikan kesulitan tersendiri pada tenaga didik maupun pelajar. Terbatasnya sarana dan prasarana yang didapat menimbulkan keresahan bagi pelajar, karena tidak maksimalnya pemahaman materi yang telah disampaikan. Begitu juga bagi tenaga kependidikan, mereka berpikir keras bagaimana sistem pembelajaran jarak jauh ini dapat memberikan hasil yang optimal.
Selain menurunnya angka kasus positif COVID-19 yang merupakan dampak positif dari kebijakan pemerintah, ada juga efek negatif lainnya yang terjadi dan menyebabkan tekanan bagi masyarakat.
Dapat kita temukan tekanan yang dirasakan masyarakat melalui banyak berita. Berita yang sangat menarik empati dan simpati dari semua khalayak akan bagaimana tekanan yang dirasakan di masa pandemi. Hal ini menunjukan salah satu alasan mengapa kemudian angka kebahagiaan Indonesia yang tercatat di World Happiness Report (WHR) berada di peringkat ke–84 dan tertinggal oleh banyak negara di atasnya.
Oleh karena itu, ini merupakan permasalahan baru yang patut untuk diperhatikan. Karena perlu digarisbawahi bahwa dampak dari sebuah tekanan bukanlah hal yang sepele. Perlu diketahui tekanan yang dirasakan oleh seseorang dapat mempengaruhi kesehatan mental hingga depresi yang juga dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Bahkan dapat menimbulkan masalah karena cara mengatasi stres dilakukan dengan cara yang salah.
Kesehatan Mental
Kesehatan mental seringkali dinomor duakan setelah kesehatan fisik. Kesehatan mental dianggap hanya hal biasa yang tidak memberikan dampak besar dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Faktanya kesehatan mental sangatlah memiliki andil besar dalam kesehatan pribadi seseorang, yang bahkan dapat mempengaruhi kesehatan fisik.
Dengan begitu, sangat jelas bahwa kesehatan mental pun memberikan dampak besar dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Namun, kurangnya edukasi mengenai kesehatan mental di lingkungan masyarakat, membuat seringkali orang yang memiliki kondisi kesehatan mental yang kurang baik malah menjadi olokan. Hal itulah yang menyebabkan banyak orang menyalurkan stres nya dengan cara yang salah.
Media sosial seringkali menjadi salah satu tempat untuk menyalurkan stres. Media sosial juga menjadi tempat untuk ajang berbisnis, berbagi ide kreatif, dan bersosialisasi. Banyak orang yang berbagi kesehariannya di story Instagram, berbagi foto di feeds Instagram, menyampaikan opini di Twitter, sampai menunjukkan bakatnya di Tiktok.
Hal-hal tersebut merupakan contoh positif dalam menyalurkan stres melalui media sosial. Namun, tidak sedikit juga yang menyalahgunakan media sosial, oknum-oknum tertentu menggunakan media sosial untuk memberi komentar negatif, mengolok orang lain menggunakan akun palsu.
Menurut oknum-oknum tersebut, melakukan hal-hal negatif seperti itu tidaklah melanggar aturan dan norma dengan pembelaan diri bahwa media sosial merupakan hak pribadi masing-masing. Mereka mengklaim media sosial memberi kebebasan dalam beropini dan bereskpresi. Mereka tidak berpikir apa dampak yang akan muncul atas tingkahnya. Mereka hanya berpikir itu merupakan salah satu cara menyalurkan stres. Inilah yang disebut penyaluran stres dengan cara yang negatif.
Dampak dari hal tersebut sangatlah serius. Korban dari perilaku tersebut dapat merasakan banyak hal. Mulai dari terpancingnya emosi, sampai menyalahkan diri sendiri atau yang biasa disebut self blaming.
Self blaming merupakan salah satu kekerasan emosional yang patut diperhatikan. Karena jika dilakukan terus-menerus, akan menyebabkan kekerasan emosional lainnya muncul dan kesehatan mental pun kian memburuk, sehingga sangat mungkin terjadinya depresi. Hal-hal seperti inilah yang turut memprihatinkan di masa pandemi ini. Banyak orang yang menggunakan orang lain sebagai bahan hiburan semata untuk mengurangi tekanan yang ada.
Sebagai masyarakat Indonesia yang cerdas, kita tidak boleh terlarut dalam keterpurukan dan tekanan pada masa pandemi, agar tidak terjerumus melakukan hal-hal negatif nan merugikan. Oleh karena itu, mari bangkit dan mencari solusi atas tekanan yang dirasakan ini. Salah satunya kita dapat fokus meningkatkan kualitas diri. Dalam meningkatkan kualitas diri, secara tidak langsung menuntut kita untuk tetap produktif di masa pandemi.
Banyak kegiatan produktif yang dapat kita lakukan. Seperti mengikuti webinar, volunteer, magang, kursus atau pelatihan kerja, hingga bekerja sebagai freelancer. Banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari kegiatan-kegiatan produktif tersebut.
Dengan mengikuti webinar, banyak materi dan pengalaman yang dapat diambil dan menjadi pelajaran dari apa yang disampaikan oleh pembicara. Dari volunteer dan magang, kita dapat mencoba banyak pengalaman baru dan menambah relasi. Begitu juga dengan kursus atau pelatihan kerja.
Tak lupa mengambil pekerjaan sebagai freelancer, kita akan mendapatkan banyak manfaat mulai dari pendapatan yang dihasilkan keringat sendiri dan pengalaman kerja. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan produktif tersebut, selain dapat mengisi waktu kosong, kita juga dapat menambah skill baru.
Maka dapat kita lihat, betapa berpengaruhnya tekanan pada masa pandemi ini pada kesehatan mental. Karena tekanan yang dirasakan tiap individu dapat mempengaruhi pula keputusannya dalam melakukan sesuatu.
Dengan begitu, kita tahu pentingnya kesehatan mental seseorang di masa pandemi maupun masa yang akan datang dalam menjalani kehidupan sehari-hari, agar dapat memberikan kinerja yang optimal serta menjadi individu yang berkompeten di setiap pekerjaan.
(Mahasiswa Akuntansi FEB UPN Veteran Jakarta)
Baca Juga
Artikel Terkait
Kolom
-
Evaluasi Program MBG: Transparansi, Kualitas, dan Keselamatan Anak
-
Good Intention, Bad Impact: Saat Kasih Sayang Orang Tua Justru Menyakitkan
-
Jumlah Pengangguran Tinggi, Benarkah Gen Z Cenderung Pilih-Pilih Pekerjaan?
-
Strategi Karier ala Gen Z: Portfolio Karier atau Sinyal Tidak Komit?
-
Dia Bukan Ibu: Ketika Komunikasi Keluarga Jadi Horror
Terkini
-
Nasib Tragis Luffy di Elbaf: Spekulasi Panas Kalangan Penggemar One Piece
-
Bumi Watu Obong Jadi Wajah Budaya Gunungkidul di Malam Puncak Mataf Unisa
-
Divonis 9 Tahun, Vadel Badjideh Tetap Ngeyel dan Tolak Mengaku Bersalah
-
Gak Perlu Panik! Ini Cara Mudah Nabung Buat Pernikahan Meski Gaji Pas-pasan
-
Ramalan Kiamat di Uganda: Ratusan Warga Tinggalkan Rumah dan Masuk Hutan