Pesatnya perkembangan dan perubahan zaman memengaruhi nilai-nilai budaya di Indonesia. Budaya yang diperoleh secara turun-temurun dan dilestarikan kini mulai tergerus oleh tekanan modernisasi. Salah satu kekayaan budaya yang paling terdampak modernisasi ini adalah arsitektur tradisional. Tidak dapat dipungkiri bahwa kini gejala terancam punahnya arsitektur tradisional di negeri ini sangat terlihat. Arsitektur tradisional mulai terlupakan di antara megahnya bangunan modern. Arsitektur modern yang mulai menguasai dan berkembang pesat mampu menggeser kedudukan arsitektur tradisional di setiap daerah, salah satunya ialah arsitektur tradisional di Bali.
Gaya arsitektur modern di Bali berkembang dengan sangat pesat, mengakibatkan arsitektur tradisional Bali yang berkonsep Asta Kosala-Kosali pada bangunan hunian mulai terhempas dan tergantikan. Tidak hanya di Bali, hampir semua bangunan di zaman sekarang dibuat secara ekonomis, praktis, atau dapat dikatakan lebih memilih bangunan yang dapat selesai dalam waktu yang singkat. Sehingga, arsitektur bangunan Bali pun sudah tidak mencerminkan Bali. Kalaupun harus bercirikan Bali akan terlihat ornamen hias di beberapa sudut bangunan yang terkesan dipaksakan. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI), Ketut Rana, menyatakan bahwa arsitek yang berasal dari luar Bali datang memberi sentuhan, setelah itu lahirlah jenis bangunan dengan bentuk yang asing. Gaya arsitektur Bali pada masa ini semakin jauh dari jati diri dan semangat lokalitas, porsi bangunan yang berarsitektur tradisional Bali terus berkurang.
Arsitektur dengan konsep modern mulai menguasai dan menjadi faktor ancaman utama punahnya arsitektur tradisional pada bangunan hunian di Bali. Sebagaimana juga yang disampaikan oleh Gelebet, seorang pakar arsitektur tradisional Bali dalam bukunya yang berjudul “Arsitektur Tradisional Daerah Bali”, menyatakan bahwa arsitektur tradisional telah tergeser oleh bentuk-bentuk bangunan kini yang sering dipandang modern. Namun, konsep modern ini sebenarnya juga menjadi titik balik sebagai salah satu faktor utama yang dapat mencegah punahnya arsitektur tradisional pada bangunan hunian di Bali, di mana perpaduan antara konsep modern dengan tradisional dapat mencegah sekaligus menjadi kekayaan baru gaya arsitektur di Indonesia. Lantas, apa saja perpaduan konsep modern dengan tradisional pada bangunan hunian di Bali?
Penggunaan Material dan Perpaduan Warna
Perpaduan konsep modern dan tradisional pada rumah hunian di Bali dapat dimulai dari penggunaan material. Penggunaan material tradisional Bali menjunjung konsep harmoni dengan alam sehingga material yang digunakan umumnya adalah material alami seperti dinding yang menggunakan material batu palimanan atau batu andesit dan kayu sebagai struktur utama seperti kolom dan atap yang menggunakan kombinasi kayu dengan bambu serta pintu pagar. Material-material tersebut dapat dipadukan dengan penggunaan material modern seperti material besi dan bentuk-bentuk sederhana yang akan memperlihatkan konsep modern pada bangunan. Perpaduan ini akan menciptakan keseimbangan dan tentunya estetika pada bangunan hunian, yang tentunya akan turut berpengaruh bagi kehidupan pemilik hunian.
Mengingat bahwa sebagian besar material pada bangunan hunian Bali, yaitu kayu, batu, dan besi, tentunya akan memunculkan banyak kombinasi warna. Perpaduan warna antara material alami dengan material modern akan menciptakan serta menentukan suasana dari bangunan hunian.
Angkul - Angkul dan Pintu Pagar
Angkul - angkul adalah sebutan untuk pintu masuk khas bangunan hunian Bali, yang terbuat dari material batu palimanan dan menggunakan pintu kayu, serta dilengkapi dengan dua buah ornamen hias yaitu lampu berornamen Bali sebagai penambah estetika bangunan. Konsep modern dapat dipadukan melalui kesederhanaan bentuk pada angkul - angkul.
Walaupun pagar adalah komponen terluar dari bangunan yang menjadi sentuhan terakhir bangunan, pagar juga menjadi salah satu aspek penting dan berpengaruh dalam menciptakan estetika suatu bangunan. Konsep modern dapat dimunculkan dengan penggunaan material besi dengan bentuk minimalis atau kesederhanaan bentuk yang dipadukan dengan material tradisional Bali, yaitu material alami kayu dan batu.
Eksterior dan Interior
Eksterior bangunan hunian dalam arsitektur modern sangat beragam dan sebagian besar dipengaruhi oleh gaya arsitektur Barat. Gaya arsitektur Barat ini lebih menunjukkan kesan minimalis dengan warna-warna yang umumnya monokrom. Bertolak belakang dengan gaya arsitektur tradisional Bali yang sangat menunjukkan kekhasan budaya Bali dengan warna dari material alaminya serta ornamen hias seperti ukiran atau patung. Sedangkan kini sebagian besar bangunan hunian di Bali mulai menggunakan gaya arsitektur modern. Namun, dengan perpaduan antara dua konsep ini, arsitektur bangunan hunian pasti akan lebih indah dan menarik. Kesan minimalis yang tetap menunjukkan arsitektur tradisional Bali akan memperkaya gaya arsitektur di Bali dan pastinya mencegah kepunahan arsitektur tradisional pada bangunan hunian di Bali.
Perpaduan antara konsep modern dan tradisional ini juga dapat diterapkan pada elemen dekorasi di bagian fasad atau sisi luar bangunan hunian seperti tumbuhan atau tanaman. Jenis tanaman yang digunakan adalah jenis tanaman tradisional Bali yang merupakan tanaman tropis sesuai dengan iklim di Bali yang termasuk sebagai daerah tropis, seperti Meranti Bali hingga Pohon Bunga Kamboja. Penataan tanaman dapat diatur dengan konsep modern yang teratur dan tetap memberi kesan modern.
Interior bangunan hunian dapat menggunakan interior dengan konsep modern yang dipadukan dengan interior tradisional Bali seperti furniture bermaterial kayu dengan ukiran-ukiran ataupun patung-patung. Penataannya juga dapat disesuaikan antara konsep modern dan tradisional.
Bangunan hunian di Bali dengan perpaduan gaya arsitektur berkonsep modern dengan tradisional dapat diterapkan pada banyak aspek bangunan, seperti yang sudah disebutkan di atas, yaitu bentuk bangunan minimalis yang mengacu pada desain arsitektur dengan konsep modern, material bangunan yang menggunakan material alami khas Bali, bentuk pintu yaitu angkul-angkul yang merupakan pintu tradisional Bali, serta eksterior maupun interior yang menggunakan beraneka ragam ornamen hias pada beberapa sisi atau bagian bangunan, seperti penggunaan tanaman tropis yang menciptakan suasana Bali yang khas pada fasad maupun bagian dalam bangunan hunian.
Desain arsitektur berkonsep modern di Bali tetap mempertahankan filosofi pada beberapa aspeknya, tetapi mengedepankan kesederhanaan atau kepraktisan bentuk yang tetap meningkatkan nilai estetika pada bangunan hunian. Sehingga mampu menciptakan sebuah desain yang efisien dengan mempertahankan gaya arsitektur tradisional Bali dan nilai lokalitas Bali. Perpaduan antara konsep modern dengan tradisional ini bukan hanya menjadi titik balik sebagai pencegahan punahnya arsitektur tradisional bangunan hunian di Bali, yang kini mulai tergerus dengan arsitektur modern yang dipengaruhi oleh gaya arsitektur Barat, tetapi juga menambah kekayaan gaya arsitektur yang ada di Indonesia.
Artikel Terkait
-
Soroti Penerbitan Sertifikat, Kapolda Bali Beberkan Tantangan 'Sikat' Mafia Tanah
-
Berangsur Normal, Jumlah Penumpang di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali Meningkat
-
Dinas Sosial Bogor 'Biarin' Korban Bencana, Pegawai Jalan-jalan ke Bali Pakai Anggaran Rp900 Juta?
-
3 Rekomendasi Tempat Melukat di Bali untuk Ketenangan Batin
-
Apa Plus Minus Kuliah di Bali? Tak Hanya Bisa Belajar sambil Wisata, Ini Alasan Orang-orang Tak Pilih Pulau Dewata
Kolom
-
Pilihan Hidup Sendiri: Ketika Anak Muda Memutuskan Tidak Menikah, Salahkah?
-
Hikayat Sarjana di Mana-mana
-
Jebakan Maskulinitas di Balik Tren Video Laki-laki Tidak Bercerita
-
Membedah Batasan Antara Kebebasan Berpendapat dan Ujaran Kebencian
-
Sadbor sebagai Duta Anti Judi Online: Paradoks Makna Pemberian Gelar
Terkini
-
Ulasan Buku Pencurian Terbesar Abad Ini, Puisi dengan Perspektif Tak Biasa
-
4 Rekomendasi Film yang Dibintangi Finn Wittrock, Terbaru Ada Don't Move
-
Review Novel 'Perkumpulan Anak Luar Nikah', Ketika Pemalsuan Data Diri Terungkap
-
Ulasan Buku 7 Kebiasaan Orang yang Nyebelin Banget Karya Henry Manampiring
-
Puji Kepribadian Eliano Reijnders, Manajer Timnas Indonesia Katakan Hal Ini