Self reward adalah bentuk mengapresiasi diri sendiri yang biasanya dilakukan guna memberi hadiah, entah dalam bentuk barang ataupun perbuatan. Namun yang pastinya self reward mengarahkan pada tindakan positif agar diri bisa lebih semangat.
Pemberian self reward pada diri sendiri tentunya banyak macam yang dapat dilakukan, ada yang biasa berbelanja ataupun pergi healing, ada pula yang menuangkannya dalam explorasi hobi seperti menulis. Saya sendiri biasa melakukan self reward lebih banyak dengan menulis.
Bagi saya menulis adalah hobi yang membuat saya senang saat melakukannya, melalui menulis saya bisa menuangkan kegelisahan dan pikiran. Di samping itu menulis adalah kebudayaan yang para pendahulu sudah melakukannya dan memang perlu dirawat sebagai bentuk literasi.
Manfaat menulis tentu ada banyak, selain meningkatkan skill pribadi terlebih bisa juga memberi pengetahuan kepada orang lain. Ketika orang lain bisa terpengaruh dengan tulisan yang kita tuangkan berarti tulisan pun tidak sia-sia kita lakukan.
Bagi saya menulis adalah bentuk self reward paling sederhana, selain karena memang sudah menjadi hobi, cara itu juga tentunya tidak mengeluarkan biaya. Daripada menghamburkan uang untuk kesenangan sementara, lebih baik melakukan aktivitas menulis karena cara itu pula bisa menuangkan pikiran secara penuh. Di samping itu, menulis bagian dari self love karena melalui menulis dapat melatih kita bisa berpikir kritis dan berpikir yang terbuka.
Melalui menulis, berarti kita sudah berusaha untuk bisa merawat literasi, apalagi kalau ditelisik literasi kita masih sangat rendah. Terlebih dari itu menulis adalah cara terbaik saya menuangkan pikiran dan kegelisahan yang tentunya lebih plong untuk melakukanya. Yang pastinya setelah saya berhasil menyelesaikan tulisan, saya mampu merasakan kepuasan tersendiri dan sering kali mengapresiasi diri sendiri meskipun hanya kata-kata dalam hati.
Lagi-lagi pemberian self reward dalam bentuk menulis tentunya hanya terasa ringan bagi mereka yang memang hobi menulis, karena menulis bisa dibilang gampang-gampang susah. Namun yang jelas menulis salah satu bentuk menghargai kebudayaan, selain itu nantinya bisa menjadi arsip untuk diri sendiri yang bisa digunakan bagi generasi. Contohnya saja banyak orang terdahulu dengan kita belajar dengannya melalui arsip hari ini dalam bentuk tulisan seperti buku dan artikel.
Baca Juga
-
Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Perlunya Akses Pendidikan Merata
-
Hari Raya Idul Fitri, Memaknai Lebaran dalam Kebersamaan dan Keberagaman
-
Lebaran dan Media Sosial, Medium Silaturahmi di Era Digital
-
Ketupat Lebaran: Ikon Kuliner yang Tak Lekang oleh Waktu
-
Dari Ruang Kelas ke Panggung Politik: Peran Taman Siswa dalam Membentuk Identitas Bangsa
Artikel Terkait
-
Jadi Penulis Itu Pilihan, Bukan Pelarian
-
Jessica Iskandar Curhat Soal Kehidupannya Sambil Menangis : Aku Capek Banget
-
Belajar dari Tabiat Tom Lembong di Sidang, Intip Manfaat Menulis Menurut Ahli
-
Hukum Curhat di Kuburan, Momen Angelina Sondakh Ziarah ke Makam Adjie Massaid Tuai Perbincangan
-
Ogah Bikin Mobil Curhat Gagasan Ridwan Kamil, Pramono Anung: Curhatnya di Taman Saja
Kolom
-
Benarkah 'Kerja Apa Aja yang Penting Halal' Tak Lagi Relevan?
-
Ngopi Sekarang Bukan Lagi Soal Rasa, Tapi Gaya?
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
Komitmen Relawan Mahasiswa, Sekadar Formalitas atau Pilihan Hati?
-
Menelisik Jejak Ki Hadjar Dewantara di Era Kontroversial Bidang Pendidikan
Terkini
-
Snow White Dilarang Tayang di Lebanon Imbas Negara Asal Gal Gadot
-
AFF Bentuk Tim ASEAN All Stars, Perlukah Para Pemain Timnas Indonesia Turut Serta?
-
4 Ide OOTD Youthful ala Jiwoo Hearts2Hearts, Sederhana tapi Tetap Memikat!
-
Blak-blakan! Sandy Walsh Ngaku Beruntung Bela Timnas Indonesia Sejak Awal
-
Hanya Satu Pemain yang Masuk Tim ASEAN All Stars, Pendukung Timnas Indonesia Siap Kecewa