Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Aryasena Mahesa Putra
Pemain Wayang Orang Sriwedari (Dok. Pribadi/Aryasena Mahesa Putra)

Indonesia merupakan negara dengan segudang seni dan tradisi yang tersebar di berbagai daerah. Tidak bisa dipungkiri bahwa kesenian tradisional saat ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat khususnya di kalangan anak muda. Salah satu contoh kesenian tradisional yang mulai ditinggalkan penggemarnya yaitu wayang orang. Sebagai contoh Wayang Orang Sriwedari yang berada di Kota Surakarta ini sudah ada sejak 112 tahun yang lalu. Meski pernah mengalami masa kejayaan, kini wayang orang sriwedari mengalami banyak tantangan khususnya mempertahankan eksistensinya di zaman modern ini.

Globalisasi dan modernisasi merupakan suatu hal yang dianggap penting oleh masyarakat, sesuatu yang berbau tradisional bahkan menjadi terlupakan oleh anak muda saat ini. Masuknya budaya asing juga sangat berpengaruh terhadap keberadaan budaya asli Indonesia, budaya luar negeri yang masuk jauh lebih digemari oleh kalangan anak muda.

Wayang Orang Sriwedari pada masa kejayaannya merupakan sebuah tontonan yang dinanti-nanti oleh penggemarnya, bukan hanya masyarakat Indonesia saja melainkan penonton dari masyarakat Cina pun terbilang cukup banyak yang menantikan. Namun Wayang Orang Sriwedari yang sempat mengalami masa kejayaannya dan menjadi sebuah tontonan yang paling menarik pada tahun 1980-an.

Penggemar saat ini mulai surut karena usia penggemar setia wayang orang sudah mulai tua bahkan banyak yang sudah meninggal. Seiring dengan pesatnya pembangunan sebagai sebuah upaya perbaikan akses dan standar kehidupan manusia, sehingga membawa dampak terhadap pandangan penonton yang tadinya menganggap wayang orang adalah pertunjukan yang menarik menjadi suatu sudut pandang bahwa wayang orang hanya seni tradisional yang sudah lapuk dan tertinggal zaman.

Berbagai inovasi wayang orang sriwedari untuk mempertahankan eksistensinya sudah dilakukan Adanya strategi adaptasi yang dilakukan membuat terjadinya kondisi-kondisi yang mendukung hingga akhirnya Wayang Orang Sriwedari pun tetap ada hingga kini. Dalam upaya mempertahankan eksistensinya, dukungan pemerintah merupakan hal yang paling berpengaruh. Dukungan pemerintah berupa fasilitas seperti, renovasi gedung, pakaian, dan tata rias. Pemerintah juga terus berupaya untuk memperjuangkan kesejahteraan  pemain wayang orang sriwedari sebagai pelestari wayang orang dengan memberi peluang sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Strategi yang lain adalah bentuk inovasi dan mengembangkan kreativitas dari segi pengolahan cerita yang sudah lebih modern. Cerita wayang orang yang diadaptasi dari zaman dahulu namun diberikan tambahan sesuai dengan perkembangan zaman agar dapat menarik perhatian penggemar anak muda. Namun bukan berarti merubah secara keseluruhan, tetapi tetap terdapat acuan yang sesuai dengan cerita wayang orang dan ada beberapa bagian yang dikemas lebih modern seperti menyelipkan humor-humor terbaru, memperbanyak adegan perang dan tarian. Wayang Orang Sriwedari ini memiliki nilai adiluhung yang berarti adalah suatu yang besar dan agung, Wayang Orang tidak hanya memiliki fungsi sebagai tontonan namun juga sebagai tatanan dan tuntunan.

Dengan inovasi-inovasi baru yang dilakukan tentunya kita semua berharap bahwa Wayang Orang Sriwedari tetap dijadikan sebagai tontonan yang menarik di semua kalangan. Seniman dan seniwati Wayang Orang Sriwedari dalam regenerasinya saat ini juga banyak yang masih berusia muda.

Hal ini tentunya membawa pengaruh positif dalam mempertahankan eksistensinya. Mempertahankan eksistensi bukanlah hal yang mudah, perlu adanya dukungan yang menyatu dari berbagai pihak seperti seniman dan seniwati itu sendiri, pemerintah, dan apresiasi masyarakat. Saat ini bukan hanya  orang tua saja yang menyaksikan pertunjukan Wayang Orang Sriwedari, melainkan generasi muda juga turut menjadi bagian dari barisan penonton di Gedung Wayang Orang Sriwedari.

Oleh karena itu, saat ini kesenian Wayang Orang Sriwedari telah mencapai eksistensinya kembali setelah sempat mengalami keterpurukan dan ditinggalkan oleh masyarakat penggemarnya. Hal ini didukung karena adanya kondisi-kondisi tertentu untuk membuat masyarakat ada seperti kondisi budaya, kondisi sosial, dan kondisi material. Kondisi budaya yang terjadi yaitu nilai adiluhung pada Wayang Orang Sriwedari, kondisi sosialnya yaitu apresiasi masyarakat, dukungan pemerintah, inovasi dan kreativitas, dan kondisi material yaitu sarana prasarana berupa pakaian dan alat rias yang ada di Gedung Wayang Orang Sriwedari, serta pelaku kesenian Wayang Orang Sriwedari sendiri.

Aryasena Mahesa Putra

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi, Universitas Sebelas Maret

Aryasena Mahesa Putra