Kamu pasti sudah familiar dengan budaya patriaki yang sering disebut akhir-akhir ini, perkara pria yang diletakkan sebagai otoritas tertinggi dalam organisasi sosial.
Namun, pernahkah kamu mendengar budaya matriaki?
Budaya matriarki merupakan sistem sosial dan politik di mana perempuan memegang peran dominan dalam keluarga dan masyarakat. Hal ini berbeda dengan budaya patriarki yang umum terjadi di banyak negara di seluruh dunia.
Meskipun budaya matriarki masih ada di beberapa tempat di dunia seperti pada suku Mosuo di China dan Minangkabau di Indonesia, kebanyakan masyarakat masih mengalami budaya patriarki.
Kelemahan budaya matriarki terletak pada adanya tekanan sosial yang besar pada perempuan untuk memimpin dan mengambil keputusan di dalam keluarga dan masyarakat. Hal ini dapat memperberat beban tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh perempuan, yang dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik.
Selain itu, budaya matriarki dapat memicu persaingan di antara perempuan dalam memperebutkan kekuasaan dan status, yang dapat memecah-belah solidaritas dan kerjasama di dalam keluarga dan masyarakat.
Namun, keunggulan budaya matriarki adalah kesetaraan gender yang lebih terwujud dan adanya pengakuan atas kekuatan dan kemampuan perempuan.
Budaya matriarki juga memungkinkan perempuan untuk memiliki otonomi dalam mengambil keputusan dan mengatur hidupnya. Dalam beberapa budaya matriarki, perempuan juga diberi kebebasan untuk memilih pasangan dan mempertahankan hak miliknya dalam pernikahan.
Budaya matriarki juga terbukti dapat memperkuat sistem sosial dan ekonomi. Contohnya, suku Minangkabau di Indonesia memiliki sistem kekerabatan yang kuat dan menerapkan hukum adat yang memungkinkan perempuan untuk mewarisi tanah dan harta keluarga. Hal ini memungkinkan perempuan untuk memiliki kekuatan ekonomi dan memperkuat sistem keuangan keluarga.
Dalam membangun budaya yang lebih inklusif, kita perlu memahami kelemahan dan keunggulan dari budaya yang ada di sekitar kita. Budaya matriarki memiliki kelemahan dan keunggulan yang perlu dipertimbangkan dalam merancang sistem sosial dan politik yang lebih adil dan berkelanjutan.
Referensi:
Evans, J., & Rowley, M. J. (2019). Matriarchal societies: Studies on indigenous cultures across the globe. Routledge.
Baca Juga
-
Kuliah di Luar Negeri Tanpa Ribet Syarat Prestasi? Cek 6 Beasiswa Ini!
-
Jangan Sembarangan! Pikirkan 5 Hal Ini sebelum Pasang Veneer Gigi
-
6 Beasiswa Tanpa Surat Rekomendasi, Studi di Luar Negeri Makin Mudah
-
Belajar dari Banyaknya Perceraian, Ini 6 Fase yang Terjadi pada Pernikahan
-
Tertarik Kuliah di Luar Negeri Tanpa TOEFL/IELTS? Simak 5 Beasiswa Ini!
Artikel Terkait
-
Pendidikan Febby Rastanty, Dipuji Cewek Alpha Sejati yang Tak Berisik Kayak Artis Sebelah
-
Refleksi Kehidupan Perempuan dalam Kumpulan Cerita Pendek 'Mimi Lemon'
-
Mengenal Pafi Sukamara: Warisan Budaya yang Menginspirasi Generasi Muda
-
Mengenal 3 Bahan Tekstil Kain Batik
-
Wamen Stella: Inovasi Tak Kenal Gender, Pria dan Wanita Setara
Kolom
-
Menggali Xenoglosofilia: Apa yang Membuat Kita Tertarik pada Bahasa Asing?
-
Apatis atau Aktif? Menguak Peran Pemilih Muda dalam Pilkada
-
Mengupas Tantangan dan Indikator Awal Kredibilitas Pemimpin di Hari Pertama
-
Mempelajari Efektivitas Template Braille pada Pesta Demokrasi
-
Transparansi Menjaga Demokrasi di Balik Layar Pemilu, Wacana atau Nyata?
Terkini
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat
-
Alfan Suaib Dapat Panggilan TC Timnas Indonesia, Paul Munster Beri Dukungan
-
Berbau Seksual, Lirik Lagu Tick Tack English Ver. Karya ILLIT Dikecam Penggemar
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan