Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Ridho Hardisk
Ilustrasi Penggunaan Tiktok. (pexels.com/cottonbro studio)

Tiktok sudah menjadi media sosial yang menjadi dominan digunakan oleh masyarakat. Pengguna Tiktok terbesar kedua di dunia ada di Indonesia. Bahkan Tiktok juga sudah bisa menyaingi e-commerce seperti Lazada, Shopee dan Bukalapak. Ini bisa terjadi karena fitur live commerce yang disukai banyak orang dan sangat membantu para UMKM di Indonesia. Baru-baru ini Tiktok ingin meluncurkan Project S dan sudah diterapkan di negara Inggris.

Project S memiliki sistem kerja yang di mana mereka mengumpulkan data produk yang laris manis di suatu negara untuk dijual di negara mereka sendiri, yaitu China. Kemudian, produk itu akan dijualkan kembali ke negara tujuan dengan ditampung ke fitur belanja baru di Tiktok Shop yang bernama Trendy BeatSemua produk tadi akan dipromosikan melalui Trendy Beat agar bisa memasuki pangsa pasar internasional yang lebih luas. 

Tapi, ini justru bisa berpotensi menurunkan eksistensi UMKM lokal di Indonesia karena seolah-olah mereka ingin produk asal negara platformnya diungguli melebihi produk di negara tempat project S diluncurkan. Itu bisa terjadi jika seandainya masuk ke Indonesia. Sedangkan ekonomi di Indonesia sebagian besar didobrak oleh para UMKM lokal.

Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan harus bergerak cepat dalam mengatur Peraturan menteri perdagangan Nomor 50/2020 tentang Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Elektronik (PPMSE). Tentunya ini sebagai upaya pencegahan untuk melindungi UMKM dari ancaman yang potensial dari project S ini. Pada pembahasan kali ini, ada 3 alasan yang penting untuk diketahui agar project bisa dicegah masuk ke Indonesia. Mari simak pembahasannya.

Mendominasi produk china untuk menguasai pasar

Ilustrasi tingkat yang mendominasi pasar. (pexels.com/AlphaTradeZone)

Perusahaan induk dari Tiktok di China, yaitu Bytedance bekerja sama dengan Tiktok sebagai anak perusahaan untuk mempromosikan produk mereka melalui project S. Artinya produk mereka akan masuk ke Trendy Beat yang mana itu akan dibawa oleh algoritma Tiktok yang selama ini kita tahu mudah viral.

Sangat muda mereka mengatur konten baru yang viral hingga sampai pada FYP masing-masing pengguna. Lama kelamaan, produknya bisa trending hingga mendominasi pangsa pasar. Dari sejak awal berdiri saja, Tiktok sudah mengambil pangsa pasar melebihi social media. 

Tiktok mengambil pasar e-commerce yang dikenal sekarang adalah social commerce. Inilah yang membuat raksasa media sosial ini memiliki jangkauan dan kekuatan yang besar di negara mana pun yang mereka dapat kuasai. Jadi, saya berpikir itu project S ini akan lebih mudah untuk mencapai ambisi mereka jika masuk ke Indonesia.

Algoritma Tiktok yang berpotensi menghambat eksistensi produk UMKM

Ilustrasi algoritma media sosial. (pexels.com/cottonbro studio)

Dengan algoritama Tiktok yang tidak ada siapapun yang tahu polanya seperti apa, mereka bisa mengatur sendiri algoritma yang menguntungkan bagi produk asal China yang mereka miliki. Jika mereka sudah dapat menjual produk yang populer dari negara lain di negara China, mereka bisa menjual lagi ke Indonesia dengan harga yang lebih murah.

Algoritma bisa membantu produk-produk itu eksis melalui fitur Trendy Beat. Artinya produk lokal UMKM akan terancam dari segi eksistensi karena mereka akan memperlihatkan seolah-olah konsumen harus melirik produknya mereka di Trendy Beat. 

Sekarang ada 2 brand kosmetik asal China yang trending berkat kekuatan dari algoritma Tiktok sendiri, yaitu Skintific dan Originote. 2 merek ini bisa berjaya lagi ketika project S ini masuk ke Indonesia dan bisa mengancam eksistensi produk kosmetik lokal tanah air.

BACA JUGA: Tercatat sebagai Pengemis Terkaya di Dunia, Orang Ini Dapat 13.72 Miliar dari Hasil Mengemis

Algoritma bisa mereka atur dengan mudah karena memang itu adalah kendali mereka. Jadi, bisa dikatakan itu kejam dan bisa dibilang adanya kecurangan dalam berjualan. Seolah-olah produk mereka yang hanya terekspos dalam project S.

Konsumen Indonesia bisa teralihkan dari produk lokal

Ilustrasi konsumen yang membeli produk. (pexels.com/cottonbro studio)

Masyarakat Indonesia sudah dikenal dengan konsumen yang konsumtif. Terutama dalam hal kuliner yang sudah tidak bisa dipungkiri bahwa memang konsumsi lebih banyak. Dengan adanya project S, konsumen Indonesia lebih mudah dialihkan ke produk-produk populer yang dibawakan oleh Trendy Beat.

Tiktok sudah berhasil memahami perilaku konsumen Indonesia yang pada akhirnya membuat mereka mendapat kuasa pangsa pasar yang tinggi di Indonesia. Ketika konsumen Indonesia sudah banyak melirik produk China, maka tentunya UMKM lokal akan kehilangan pasarnya.

Saya harap pemerintah bisa serius menanggapi hal ini karena yang menjadi taruhannya adalah nyawa UMKM Indonesia. Indonesia adalah negara hukum, maka seharusnya Kementerian Perdagangan bisa lebih bijak mengambil keputusan demi kesejahteraan UMKM di Indonesia.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Ridho Hardisk