Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Ahmad Dermawan
Ilustrasi bingung (Pixabay/Sammy-Sander)

Saya yakin, kalian pernah melihat kata “fasilitas” yang tertulis di pamflet suatu acara. Entah pamfletnya nemu di grup WhatsApp, atau secara tak sengaja melihat story temannya. Setelah titik dua dari kata “fasilitas”, di sampingnya atau di bawahnya, mayoritas tertulis “sertifikat” dan “ilmu yang bermanfaat” kadang ada selingan kata “ilmu dan relasi”. 

Sekilas, ketika dibaca memang tampak cemerlang. Sudah bakal dapat sertifikat, ilmu, bermanfaat pula.

Tapi eh tapi, saya bingung. Kenapa kudu pakai kata fasilitas, ya? Sebab, dengan menggunakan kata “fasilitas”, menurut saya, pilihan katanya jadi kurang pas. Kalau pakai kata “Benefit” (keuntungan), lebih padu kayaknya. Tapi, kita bahas dari kata “fasilitas” terlebih dahulu. 

Apa itu fasilitas? 

Dalam KBBI V, fasilitas memiliki arti sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi; kemudahan. Pemahamannya, kalau ada kata fasilitas, maka di sana suatu barang yang fungsinya demi kemudahan–untuk umum. Contoh, fasilitas umum: jalannya terpasang lampu penerangan jalan. 

Nah, sekarang, ngomongin pamflet acaranya yang tertulis kata fasilitas. Maka jelas, jika fasilitas acaranya adalah sertifikat dan ilmu, jadinya ya kurang masuk akal, kalau dipikir-pikir. 

Sebab, fasilitas itu adalah sarana. Apa itu sarana? Segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Jadi, fasilitas itu seharusnya bukan sertifikat dan ilmu, ya~

Tetapi, fasilitas ya tempat acaranya. Misalkan, fasilitas: tempat duduk audiennya kursi empuk bukan kursi plastik. Ruangannya ber-AC. Adanya mic dan sound system sebagai pendukung agar audien lebih cermat mendengarkan penyampaian materi yang narasumber sampaikan. Hadirin diberi makanan atau cemilan agar tidak ngantuk, dan fasilitas lainnya agar acara itu terlaksana dengan baik wal nyaman. 

Artinya apa? Jika fasilitasnya adalah sertifikat, maka sebelum acara dimulai dan agar nanti berlangsung dengan lancar, maka kita semacam perlu diberikan sertifikat terlebih dahulu. Sayangnya, dari pengalaman pribadi, sertifikat itu diberikan setelah acara selesai. 

Lalu, ilmu yang bermanfaat. Sebelum acara dimulai, kita seakan wajib membawa bekal ilmu yang bermanfaat untuk disampaikan ke semua hadirin, agar acaranya berjalan sesuai harapan tanpa halangan. Kesannya, kita seakan mau menyampaikan hal-hal penting saja lewat mic juga macam pemantik terhadap sesama hadirin. 

Nah, itulah yang saya maksud fasilitas: sertifikat dan ilmu, maknanya jadi kurang pas. Atau, memang sangat tidak pas? Eh, nggak usah kesindir gitu, lha. 

Kenapa kata “fasilitas” banyak digunakan dalam pamflet acara?

Lalu, jika sudah begitu, kenapa masih banyak pamflet acara yang pembuatnya tanpa sungkan untuk menaruh kata “fasilitas”? 

Saya sendiri nggak tahu pasti alasan dan penyebab utamanya bagaimana dan apa kok bisa terjadi. Tapi, kalau boleh memprediksi, ya karena hasil ikut-ikutan dari pamflet yang satu ke yang lainnya. Oleh karena itu, semakin banyak orang menggunakan kata “fasilitas” karena dinilai baik-baik saja. 

Padahal, jika ditinjau makna persatuan dari kata “fasilitas” ke “sertifikat” dan “ilmu” mendapat pengertian yang kurang pas ketika dipahami lebih dalam. Seperti, sedalam-dalamnya lautan asmara, lebih dalam lagi cintaku padamu….preeetttt.

Lalu, kata apa yang pas? 

Biasanya, di pamflet acara, hanya ada dua kata yang sering digunakan. Jika bukan “Fasilitas” maka “Benefit”. Pandangan pribadi, maka lebih pas memasukkan kata “benefit” aja.

Sebab, kata “benefit” berarti keuntungan atau manfaat yang didapat dari sesuatu. Sesuatu di sini, bukan dari perusahaan. Tapi acara. Maka, pas-nya menggunakan kata “benefit”, karena ketika selesai acara kita akan mendapatkan keuntungan berupa sertifikat, ilmu, relasi, senyum manis panitia dan jodoh bila beruntung. Begitu~

Jika misalkan pembaca yang ganteng-cantik ini punya pandangan lain, atau tetap bersikeras mendukung peletakan kata “fasilitas” dibanding “benefit” dalam pamflet acara, ya monggo. Tulisan ini akan saya akhiri dengan kalimat “mendahului kritikan Anda, saya ucapkan banyak terima gaji, eh terima kasih.”

Ahmad Dermawan