Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Christian Evan Chandra
THR Lebaran (Unsplash/Mufid Majnun)

Penerapan Tarif Efektif Rata-Rata (TER) dalam pemotongan pajak karyawan banyak membuat tunjangan hari raya (THR) bersih yang dibawa pulang berkurang cukup signifikan. Hal ini suka tidak suka mengurangi daya beli masyarakat untuk jajan mengingat tingginya biaya pulang kampung dan kebutuhan dana berbagi "amplop" kepada sanak keluarga. Ketika THR ini juga digunakan untuk membayar kebutuhan yang tak tercukupi oleh pendapatan bulanan, mereka yang cenderung terdampak menurunnya THR bersih ini adalah pedagang kecil terkait makanan dan minuman.

Dalam pembelajaran ekonomi, boleh dibilang dagangan kaki lima tergolong barang inferior bagi sebagian orang setelah menerima THR karena memilih barang yang kelasnya lebih tinggi. Bagi mereka dengan keadaan finansial yang tergolong sensitif terhadap penurunan THR bersih, barang lebih mewah dan dagangan kaki lima sama-sama dihindari untuk berhemat.

Di daerah sekitar saya, penjualan pedagang di segmen ini menurun sejak pembagian THR. Brand besar yang bergabung dengan layanan ojek online tak lagi mendanai diskon tambahan untuk memaksimalkan pendapatan, pedagang kecil ini tetap bertahan agar ada yang mau membeli online.

Menghidupkan ojek online dan pedagang makanan Nusantara

Jajanan pasar (Unsplash/Aldrin Rachman Pradana)

THRYoursay tidak besar jika pun berhasil didapat. Akan tetapi, andai aku dipilih, uangnya akan kuberikan untuk memenuhi keinginan ibu yang tergolong sederhana. Ya, ibu ingin menambah pendapatan para pedagang kecil ini. Khususnya bagi mereka yang terus rajin berdagang selama libur Lebaran, mereka rela mengorbankan waktu terbaik bersilaturahmi demi membantu memenuhi kebutuhan makan dan minum warga yang tetap tinggal di Jakarta, bisa pulang kampung kemudian atau malah tidak pulang sama sekali.

Penghasilan driver ojek online yang tetap rajin bekerja di masa libur Lebaran juga menjadi perhatian ibu sehingga ibu lebih memilih membeli makanan dengan bantuan mereka. Apalagi jika pedagang tersebut menjual cemilan tradisional khas Nusantara, produk tersebut sangat pas dengan selera kami sehingga punya kemungkinan lebih besar untuk dipilih.

Jika masih ada sisanya, sisa tersebut akan digunakan untuk menyalurkan hobi baru ibu. Dulu semasa kecil, sesekali saya membeli mainan mobil-mobilan untuk menemani waktu luang. Ibu saya sering marah karena mobilnya digerakkan sampai menubruk tembok, merusak cat mobil mainan dan cat dinding sekaligus. Seiring pertambahan usia dan perkembangan teknologi, saya tidak lagi bermain mobil-mobilan fisik dan ibu merindukan kebiasaan lama itu. Meskipun tujuan utamanya kini bukan untuk didorong dan dibelokkan, ibu mulai mengoleksi mobil-mobilan berukuran mini untuk penghias rumah. Berbagai merek, tipe, sampai warna mobil jadi incarannya.

Mengoleksi mobil mainan dagangan penjual online

Mobil mainan (Unsplash/Karen Vardazayan)

Mobil-mobilan ibu bukanlah produk dari brand yang lebih mahal sekelas Tomica. Jika ada pilihan lebih murah dijual di toko online, dengan senang hati akan dibelinya. Selama menawarkan produk yang menarik dengan harga yang bersaing, pelaku usaha perorangan pun bisa mendapatkan tambahan penghasilannya dengan menjual produk kepada ibu.

Sekian cerita sederhana dari saya andai mendapatkan #THRYoursay di Lebaran kali ini. THR tersebut kami niatkan untuk menikmati cemilan Nusantara dan membeli mobil mainan kesukaan kami. Produk tersebut sebisa mungkin kami beli dari pedagang kecil di Tanah Air dan diantarkan oleh ojek online serta tenaga kurir untuk menambah pendapatan mereka.

Christian Evan Chandra