Selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan signifikan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Namun, satu hal yang selalu menjadi sorotan adalah perlunya kepemimpinan yang responsif dan adaptif. Mengapa ini penting? Karena dunia terus berubah, dan kita harus mampu mengikuti arus tersebut. Dari isu ketahanan infrastruktur hingga kesejahteraan kesehatan, semua aspek ini menuntut pemimpin yang dapat mengambil langkah cepat dan tepat.
Ketika berbicara tentang infrastruktur, siapa yang tidak ingat momen-momen di mana jalanan rusak parah setelah hujan deras? Kadang terlintas di benak, “Apa jalan ini mau jadi kolam renang?” Di era digital ini, kita membutuhkan infrastruktur yang tidak hanya fisik, tetapi juga digital.
Jokowi telah berupaya mengembangkan jaringan internet di berbagai daerah, namun masih banyak pelosok yang terpinggirkan. Harapan saya untuk kepemimpinan Prabowo mendatang adalah agar pemerataan akses internet dan infrastruktur transportasi menjadi prioritas utama. Masyarakat di daerah terpencil tidak boleh merasa terasing di dunia yang semakin modern ini.
Selanjutnya, mari kita bicarakan kesehatan. Pandemi COVID-19 mengingatkan kita betapa pentingnya sistem kesehatan yang responsif. Terkadang, saya merasa kita lebih banyak berurusan dengan aplikasi kesehatan ketimbang dengan teman-teman sendiri! Namun, akses terhadap layanan kesehatan yang memadai masih menjadi tantangan. Di bawah kepemimpinan yang akan datang, penting untuk memastikan bahwa layanan kesehatan tidak hanya untuk yang kaya, tetapi untuk semua orang. Akses ke rumah sakit dan obat-obatan harus menjadi hak, bukan privilese.
Pendidikan juga tidak kalah penting. Masa depan bangsa tergantung pada generasi muda, namun bagaimana mereka bisa belajar dengan baik jika sekolah-sekolah tidak memadai? Metode pembelajaran yang inovatif memerlukan pemerintah untuk terus mengadaptasi kurikulum sesuai kebutuhan zaman. Selama pandemi, kita merasakan betapa sulitnya belajar online, terutama bagi murid yang tidak memiliki akses internet. Prabowo perlu melanjutkan upaya untuk menciptakan pendidikan yang inklusif, di mana setiap anak, di mana pun mereka berada, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar.
Dalam konteks hubungan internasional, kita tidak bisa melupakan peran penting Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia berhasil memainkan peran aktif di berbagai forum global, termasuk dalam menangani isu-isu seperti perubahan iklim dan keamanan regional.
Prestasi Retno dalam memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara tetangga dan anggota G20 adalah contoh nyata kepemimpinan yang responsif. Harapan saya adalah agar kepemimpinan Prabowo mendatang dapat melanjutkan dan meningkatkan diplomasi yang telah dibangun, memastikan bahwa suara Indonesia tetap terdengar di kancah internasional.
Dalam konteks kepemimpinan, responsif bukan berarti berlarian tanpa arah. Pemimpin yang baik tahu kapan harus bertindak dan kapan harus mendengarkan. Mengumpulkan pendapat dari masyarakat, terutama mereka yang berada di garis depan, adalah kunci. Kita sering mendengar suara-suara dari pemimpin, tetapi kurang mendengar suara rakyat. Saatnya mengubah paradigma ini dan menjadikan partisipasi publik sebagai bagian integral dari proses pengambilan keputusan.
Aspek keberlanjutan juga sering kita abaikan. Kepemimpinan yang adaptif harus memperhatikan dampak jangka panjang dari setiap keputusan. Saat memperbaiki infrastruktur atau meningkatkan layanan kesehatan, kita harus mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. Kita tidak ingin mewariskan planet yang lebih buruk kepada generasi mendatang.
Oleh karena itu, harapan saya untuk kepemimpinan mendatang, baik di bawah Prabowo atau pemimpin lainnya, adalah kebijakan yang tidak hanya reaktif tetapi juga proaktif. Kita memerlukan pemimpin yang dapat melihat jauh ke depan dan menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasi tantangan yang akan datang. Masyarakat kita beragam, dan setiap lapisan memiliki kebutuhan yang berbeda. Kita butuh pemimpin yang memahami bahwa untuk membangun masa depan yang lebih baik, semua suara harus didengar dan dihargai.
Mari kita sambut era kepemimpinan yang tidak hanya responsif, tetapi juga adaptif. Dengan pendekatan yang inklusif dan keberlanjutan yang terjaga, Indonesia dapat melangkah lebih jauh dan lebih baik. Jika kita semua bersatu dan berkomitmen, bukan tidak mungkin kita bisa menciptakan masa depan yang gemilang bagi seluruh rakyat. Siap untuk beraksi? Ayo, kita buktikan!
Baca Juga
-
Menelisik Jejak Ki Hadjar Dewantara di Era Kontroversial Bidang Pendidikan
-
Ki Hadjar Dewantara dalam Revitalisasi Kurikulum yang Relevan
-
Menghidupkan Semangat Ki Hadjar Dewantara dalam Politik Pendidikan Era AI
-
Meneropong Kehidupan Pendidikan di Era AI dan Kehilangan Nilai Literasi
-
Menyelami Filosofi Ki Hadjar Dewantara di Era Pendidikan Deep Learning
Artikel Terkait
-
Zulhas Tegaskan PAN Dukung Prabowo Capres 2029: Kalau Cawapres Kita Bicarakan Lagi
-
Alumni UGM Speak Up, Mudah Bagi Kampus Buktikan Keaslian Ijazah Jokowi: Ada Surat Khusus
-
Akui Partainya Banyak Kekurangan, Zulhas Ungkit Pesan Prabowo di Acara Halal Bihalal PAN: Apaan Tuh?
-
Ungkap Gelar Jokowi Berubah-Ubah, Profesor LIPI: Saya Terkaget-kaget dan Bengong!
-
Jokowi Merasa Difitnah soal Ijazah, Rocky Gerung: Mana Ada Fitnah Antara Warga dan Kepala Negara?
Kolom
-
Kartini di Antara Teks dan Tafsir: Membaca Ulang Emansipasi Lewat Tiga Buku
-
Refleksi Taman Siswa: Sekolah sebagai Arena Perjuangan Pendidikan Nasional
-
Kartini dan Gagasan tentang Perjuangan Emansipasi Perempuan
-
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Laba Menyusut: Suara Hati Pengusaha Indonesia
-
Mengulik Pacaran dalam Kacamata Sains dan Ilmu Budaya
Terkini
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Lebih Siap untuk Menjadi Juara Dibandingkan Tim Tuan Rumah!
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Ulasan Novel Monster Minister: Romansa di Kementerian yang Tak Berujung
-
Ulasan Novel The Confidante Plot: Diantara Manipulasi dan Ketulusan
-
Taemin Buka Suara Soal Rumor Kencan dengan Noze, Minta Fans Tetap Percaya