Laporan terbaru Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat 573 kasus kekerasan di lembaga pendidikan sepanjang 2024.
Data ini bukan hanya angka, tetapi sebuah alarm keras bahwa sistem pendidikan kita sedang menghadapi krisis serius. Kekerasan di sekolah seolah menjadi fenomena yang terus berulang tanpa solusi tuntas.
Masalah ini bukan sekadar persoalan individu. Kekerasan di sekolah mencakup perundungan, pelecehan seksual, hingga kekerasan fisik yang dilakukan oleh siswa maupun tenaga pendidik.
Laporan JPPI menyoroti lemahnya pengawasan, kurangnya edukasi karakter, dan sistem pengaduan yang tidak efektif sebagai penyebab utamanya. Lebih tragis lagi, banyak korban kekerasan memilih bungkam karena takut dikucilkan atau tidak mendapatkan keadilan.
Namun, apakah kita hanya akan berhenti pada kritik tanpa solusi? Perlu diakui, sekolah tidak hanya bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan akademik, tetapi juga pembentukan karakter.
Sayangnya, pendidikan karakter sering kali hanya menjadi slogan, tanpa implementasi nyata. Guru, yang seharusnya menjadi teladan, sering kali tidak mendapatkan pelatihan memadai untuk menangani konflik atau kekerasan di lingkungan sekolah.
Salah satu kritik utama terhadap sistem pendidikan saat ini adalah absennya ruang aman untuk pelaporan kekerasan. Sistem pengaduan yang ada sering kali dianggap tidak memihak korban, dengan proses birokrasi yang berbelit dan tidak transparan.
Oleh karena itu, salah satu solusi mendesak adalah membangun sistem pelaporan yang anonim, cepat, dan responsif. Dengan demikian, korban dapat merasa aman untuk melapor tanpa takut akan dampak negatif.
Selain itu, reformasi pendidikan harus dimulai dari hulu. Kurikulum harus memasukkan pendidikan karakter yang aplikatif, bukan sekadar teori.
Program seperti simulasi empati, pengelolaan emosi, dan penguatan nilai-nilai moral harus diterapkan sejak dini. Guru juga perlu diberikan pelatihan berkelanjutan untuk mengenali dan menangani kekerasan secara profesional.
Solusi lain adalah melibatkan komunitas lokal dalam pengawasan sekolah. Dewan sekolah, orang tua, dan masyarakat setempat perlu dilibatkan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang sehat.
Transparansi dalam menangani kasus kekerasan juga menjadi kunci untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan.
573 kasus kekerasan di sekolah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi kita semua. Pendidikan bukan sekadar soal akademik, tetapi pembentukan manusia seutuhnya.
Jika tidak segera diatasi, angka ini hanya akan menjadi awal dari krisis yang lebih besar. Bukankah sudah saatnya kita berbuat lebih?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Keunikan Romansa di Lagu Id Like To Watch You Sleeping Karya Sal Priadi
-
Purging atau Alergi? Ini Cara Kenali Breakout Akibat Produk Baru
-
Menteri HAM Pamer Tiga Pacar: Kelebihan atau Kekurangan Seorang Pemimpin?
-
Mengajarkan Trading Saham Sejak Dini: Bekal Masa Depan atau Eksploitasi?
-
2025 Tahun Lahirnya Generasi Beta: Bagaimana Masa Depan Akan Dibentuk?
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Luka-Luka Linimasa, Memahami Kekerasan Berbasis Gender Online
-
Miris! Video Perundungan Sadis di Bogor Viral, Korban Dianiaya Teman Sendiri
-
Memutus Mata Rantai Kekerasan di Lingkungan Pendidikan
-
Jejak Karier Usra Hendra Harahap, Dubes RI untuk Nigeria yang Diduga Terlibat Kekerasan Seksual
-
Profil Usra Hendra Harahap, Dubes RI untuk Nigeria Diduga Lakukan Pelecehan Seksual
Kolom
-
Anak Muda Indonesia, Kenapa Banyak yang Tak Mau Jadi Petani?
-
Membongkar Akar Korupsi: Apa yang Bisa Dipelajari Generasi Baru?
-
Tekun Belajar Tanpa Bimbel, Apakah Bisa Berprestasi?
-
Gaji Freshgraduate: Realita dan Harapan Anak Muda Indonesia
-
Susah Dapat Pekerjaan Sesuai Jurusan Kuliah? Ini Alasan dan Solusinya!
Terkini
-
Ulasan Buku Cerita dari Tanah Sufi: Tidak Boleh Meremehkan Orang Lain
-
3 Pelembab Korea Berbahan Snail Mucin, Bikin Wajah Plumpy dan Awet Muda
-
Lezat dan Lumer! Ini 3 Rekomendasi Tempat Makan Cheesecake Enak di Jogja
-
Trengginas di Piala AFF, Nguyen Xuan Son Bakal Jadi Lawan yang Setara bagi Jay Idzes?
-
Selamat! Rizky Febian dan Mahalini Umumkan Kehamilan Anak Pertama