Makan dengan tangan mungkin terdengar kuno bagi sebagian orang, tetapi tradisi ini memiliki makna yang lebih mendalam daripada sekadar cara makan. Saya sendiri sering makan dengan tangan, terutama kalau makanannya tidak berkuah. Entah kenapa, rasanya lebih nikmat. Mungkin karena tangan langsung bersentuhan dengan makanan, sehingga ada sensasi yang lebih nyata dan alami.
Tradisi makan dengan tangan tidak hanya berlaku di Indonesia. Di banyak negara seperti India, Afrika, dan Timur Tengah, cara ini masih menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya mereka. Filosofinya pun beragam. Di India, misalnya, makan dengan tangan dianggap sebagai cara menghormati makanan. Seperti yang diungkapkan dalam artikel The Indian Express, makan dengan tangan tidak hanya membantu pencernaan tetapi juga dipercaya memperkuat hubungan antara manusia dan makanannya.
Sementara dilansir dari Africa.com, The Cultural Significance of Eating with Hands in Africabeberapa, cara ini melambangkan kehangatan dan solidaritas saat makan bersama.
Di Indonesia, makan dengan tangan sering dihubungkan dengan tradisi sederhana seperti makan nasi liwet, tumpeng, atau hidangan khas lainnya. Ada kenikmatan tersendiri ketika nasi panas, sambal, dan lauk berpadu di ujung jari. Selain itu, suasana makan bersama dengan tangan biasanya lebih santai dan penuh keakraban. Tradisi ini juga masih sering ditemui pada acara keluarga atau upacara adat tertentu yang bertujuan untuk mempererat hubungan sosial.
Namun, tradisi ini tidak lepas dari kritik. Di era modern, makan dengan tangan sering dianggap kurang higienis atau tidak praktis. Padahal, menurut penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Food Science, makan dengan tangan membantu merangsang saraf sensorik di ujung jari, yang dapat meningkatkan pengalaman makan secara keseluruhan. Jika dilakukan dengan tangan yang bersih, cara ini sebenarnya lebih sehat daripada menggunakan peralatan makan yang mungkin tidak steril.
Bagi sebagian orang, makan dengan tangan bukan hanya soal tradisi, tetapi juga efisiensi. Kita tidak perlu repot mencuci peralatan makan setelah selesai. Selain itu, ada kontrol yang lebih baik terhadap porsi makan, karena tangan memberikan sinyal langsung kepada otak tentang seberapa banyak makanan yang diambil. Penelitian yang diterbitkan oleh National Library of Medicine juga menyebutkan bahwa makan dengan tangan dapat meningkatkan kesadaran akan makanan yang kita konsumsi, sehingga membantu mencegah makan berlebihan.
Namun, tak bisa dipungkiri, tantangan tetap ada. Dengan gaya hidup yang semakin sibuk, makan dengan tangan mungkin terasa kurang cocok di lingkungan kerja atau restoran formal. Meski begitu, tradisi ini tetap bertahan dan menjadi pengingat akan akar budaya kita. Banyak restoran tradisional di Indonesia bahkan masih mempertahankan cara ini untuk menjaga keaslian pengalaman makan.
Seni makan dengan tangan adalah perpaduan antara tradisi dan efisiensi. Ia mengajarkan kita untuk lebih menghargai makanan dan suasana makan bersama. Jadi, sesekali cobalah makan dengan tangan. Siapa tahu, kamu menemukan kembali kenikmatan sederhana yang selama ini terlupakan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Detak di Pergelangan! Bagaimana Smartwatch Merawat Jiwa Kita?
-
Dari Layar Lebar ke Layar Kecil! Transformasi Hiburan di Era Streaming
-
Wabah Digital! Menelusuri Fenomena Konten Viral pada Budaya Populer
-
Cermin Keberagaman! Saatnya Merangkul Kecantikan Inklusif di Era Modern
-
Malam Tanpa Layar! Seni Menjaga Kesehatan Tidur di Era Digital
Artikel Terkait
-
Cara Dapat Modal Usaha Rp 500 Juta Mitra MBG, Cukup Daftar Online!
-
Lebih Baik Beli Telur Ketimbang Rokok? Ini Kata Ahli Gizi
-
Diajak ke Kota, Momen Anak Papua Makan Bakso Pertama Kali Viral Tuai Sorotan
-
Menteri Agama Dihujat Pegang Tangan Celine Evangelista, Begini Hukum Jabat Tangan dengan bukan Muhrim
-
Tak Disangka! Ini 5 Tradisi Isra Miraj yang Masih Lestari di Indonesia
Kolom
-
Budaya Me Time: Self-Care, Self-Reward, atau Konsumerisme Terselubung?
-
Dekonstruksi Stereotip Gender Perempuan: Antara Menjadi Cantik atau Pintar
-
Desain Kebijakan yang Lemah: Pelajaran dari Program Makan Bergizi Gratis
-
Tragedi Sunyi Pendidikan Indonesia: Saat Nikel Lebih Viral dari Siswa SMP Tak Bisa Baca
-
Raja Ampat di Simpang Jalan: Kilau Nikel atau Pesona Alam?
Terkini
-
Ulasan Lagu Answer oleh ATEEZ: Pesan Kuat dari Perjalanan Mencari Jati Diri
-
Tragisnya Pemain Keturunan Malaysia, Dinaturalisasi Hanya untuk Bermain di JDT!
-
Dampak Nikel terhadap Ikan Pari dan Penyu: Raja Ampat Sudah Tak Aman
-
Debut 23 Juni, THEBLACKLABEL Perkenalkan Member Grup Co-ed ALLDAY PROJECT
-
Review Film Love and Leashes, Eksperimen Cinta yang Unik di Dunia Kerja