Keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik adalah hal yang wajar. Itulah mengapa banyak orang Indonesia mulai melirik peluang di luar negeri, entah untuk berkarier atau menetap.
Berdasarkan survei dari JobStreet by SEEK, 67 persen masyarakat Indonesia ingin bekerja di luar negeri. Angka ini bukan sekadar statistik, tetapi cerminan dari keresahan yang dirasakan banyak orang.
Ada yang merasa pekerjaannya di Indonesia tidak dihargai dengan layak, baik dari segi gaji maupun kesempatan berkembang. Profesi di bidang sains, teknologi, dan penelitian, misalnya, sering kali dipandang sebelah mata.
Mereka yang ingin melakukan inovasi terhambat oleh minimnya dukungan, sementara birokrasi yang berbelit justru mempersulit mereka untuk maju. Akhirnya, negara lain yang lebih menghargai kompetensi menjadi pilihan.
Selain soal pekerjaan, ada juga faktor kesejahteraan. Banyak yang bermimpi hidup di negara dengan sistem transportasi publik yang nyaman, layanan kesehatan yang mudah diakses, serta lingkungan kerja yang lebih adil.
Di Indonesia, masalah ketimpangan sosial, kemacetan, dan ketidakpastian hukum masih menjadi tantangan sehari-hari. Wajar jika ada yang bertanya: Apakah masa depan lebih terjamin di negeri ini?
Namun, fenomena ini juga membawa dilema. Jika terlalu banyak orang berbakat yang pergi, Indonesia bisa kehilangan tenaga kerja terbaiknya. Kita bukan hanya kehilangan individu, tetapi juga kehilangan ide, inovasi, dan potensi besar untuk membangun negeri.
Sementara itu, mereka yang memilih tinggal dan berjuang di dalam negeri mungkin merasa makin sulit menemukan lingkungan yang mendukung perkembangan mereka.
Yang lebih ironis, bukannya mencari solusi, sering kali ada anggapan bahwa mereka yang pergi tidak nasionalis atau hanya mengejar materi. Padahal, keputusan untuk merantau sering kali datang dari kekecewaan dan ketidakberdayaan. Mereka ingin berkembang, tetapi merasa Indonesia tidak memberikan cukup ruang.
Tagar #KaburAjaDulu yang sempat ramai di media sosial adalah bukti nyata bahwa banyak anak muda mulai kehilangan harapan.
Mereka lelah dengan janji-janji perubahan yang tak kunjung terasa. Jika kondisi ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin makin banyak generasi berbakat yang memilih membangun masa depan di negeri orang.
Pemerintah juga masyarakat perlu melihat fenomena ini sebagai tanda bahaya, bukan sekadar tren yang bisa dibiarkan begitu saja. Jika Indonesia ingin mempertahankan talenta terbaiknya, maka harus ada perubahan nyata—bukan sekadar janji.
Pekerja harus dihargai, kesempatan berkembang harus terbuka, dan sistem harus lebih berpihak pada mereka yang ingin maju.
Sebab jika tidak, negeri ini akan terus kehilangan orang-orang terbaiknya, sementara mereka yang memilih tinggal hanya bisa bertanya-tanya: Apakah aku sebenarnya juga harus pergi?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Ketika Pekerjaan Sulit Dicari, tapi Janji Politik Mudah Diberi
-
Review Novel 'Kotak Pandora': Saat Hidup Hanya soal Bertahan
-
Review Novel 'Totto-chan': Bukan Sekolah Biasa, Tapi Rumah Kedua Anak-anak
-
Benarkah 'Kerja Apa Aja yang Penting Halal' Tak Lagi Relevan?
-
Review Novel 'Jane Eyre': Ketika Perempuan Bicara soal Harga Diri
Artikel Terkait
-
Bukan Evaluasi! Erick Thohir Sebut Kegagalan Indra Sjafri sebagai Pelajaran Berharga
-
Pemerintah Diminta Selidiki Izin Tenaga Kerja Asing di Tambang Emas CPM
-
Indra Sjafri Gagal! Kapten Timnas Indonesia U-20 yang Minta Maaf
-
Manuver Prabowo, Koalisi Permanen Jegal Gibran di Pilpres 2029?
-
Gagal Tembus Piala Dunia, Akankah Indra Sjafri Mundur dari Timnas U-20?
Kolom
-
Bukan Sekadar Coretan, Inilah Alasan Poster Demo Gen Z Begitu Estetik dan Berpengaruh
-
Budaya Trial and Error dalam Kabinet Indonesia
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
-
Demokrasi Digital, Kuasa Influencer dan Krisis Kepakaran
-
Protes Gen Z di Nepal: Refleksi Kritis tentang Empati dan Keadilan Sosial
Terkini
-
Lebih dari Sekadar Keponakan Prabowo, Ini Profil Rahayu Saraswati yang Mundur dari DPR
-
Nabung Itu Wacana, Checkout Itu Realita: Melihat Masalah Nasional Gen Z
-
Bukan Cuma Anak Menkeu, Ini Sumber Kekayaan Yudo Sadewa yang Dihujat Netizen
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Ironis! Hanya Indonesia, Tim Semifinalis yang Gagal Lolos ke Putaran Final AFC U-23