Salah satu gaya hidup modern yang tengah menjadi tren di kalangan anak muda adalah doom spending. Sayangnya, gaya hidup ini bukanlah gaya hidup yang berdampak positif bagi hidup mereka. Justru, doom spending diyakini menjadi salah satu pemicu masalah finansial di kalangan Milenial dan Gen Z.
Istilah doom spending awalnya muncul di platform media sosial yang kemudian mendapat perhatian masyarakat internasional berkat berbagai survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survei Amerika terhadap kebiasaan expense generasi Milenial dan Gen Z di negaranya.
Secara sederhana, doom spending dapat diartikan sebagai perilaku mengeluarkan uang secara implusif atau berlebihan saat individu sedang merasa stres atau cemas terhadap ketidakpastian akan masa depan.
Milenial dan Gen Z dengan perilaku doom spending ini menghabiskan uang yang dimilikinya untuk kepuasan instan atau kenikmatan sementara, alih-alih menabung untuk masa depan atau investasi.
Kepuasan instan yang didapat dari doom spending ini memiliki efek jangka panjang terhadap kondisi finansial seseorang. Pengeluaran yang berlebihan, terlebih untuk hal-hal yang tidak terlalu diperlukan, dapat meningkatkan risiko utang dan mempersempit ruang gerak finansial seseorang.
Lebih jauh, ketergantungan pada doom spending sebagai emotional coping mechanism bisa menyebabkan lingkaran setan kondisi keuangan seseorang, makin banyak pengeluaran makin besar pula tekanan finansial yang dirasakan.
Dalam banyak kasus, fenomena doom spending dapat berujung pada penurunan tabungan, peningkatan kredit pribadi, dan berakhir pada kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.
Tidak hanya itu, kecemasan berkelanjutan pada kondisi finansial yang terganggu dapat berdampak pada kesehatan mental dan meningkatkan stres. Selain itu, terjebak dalam masalah finansial akibat doom spending dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk berpikir jernih dalam membuat keputusan finansial.
Sebagai generasi yang tidak lepas dari media sosial, media sosial memainkan peran besar sebagai pemicu perilaku doom spending pada Milenial dan Gen Z.
Media sosial sering kali menampilkan beragam tren gaya hidup mewah dan kekinian yang mampu mendorong Milenial dan Gen Z mengikuti tren demi tren tersebut agar mendapat pengakuan sosial.
Ketika seseorang merasa tidak berada dalam satu lingkaran tren baru tersebut, mereka akan cenderung melakukan konsumsi implusif untuk menyamakan diri mereka dengan orang lain.
Menghadapi kenyataan dari fenomena doom spending ini, penting bagi kita untuk belajar mengenali pemicu doom spending, seperti stres, kecemasan, atau perasaan tidak puas dan kebutuhan pengakuan sosial yang sering kali mendorong kita untuk melakukan pengeluaran implusif.
Dengan mengidentifikasi pemicu tersebut, kita bisa mulai mengembangkan kesadaran diri dan menemukan cara-cara alternatif untuk mengatasi keinginan doom spending.
Carilah cara-cara alternatif yang lebih sehat dalam mengelola emosi dan pengeluaran kita, seperti merencanakan anggaran, menabung secara rutin, dan carilah dukungan profesional apabila tingkat doom spending kita sudah cukup mengganggu.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Melestarikan Budaya: Transformasi Jamu dari Gendongan ke Kafe Instagramable
-
Dominasi Konten Video Pendek dalam Aktivitas Digital Gen-Z
-
Di Balik Pintu Kelas: Refleksi Pembelajaran di Hari Pendidikan Nasional
-
Bahasa Zilenial: Upaya Generasi Muda Berkomunikasi dan Mendefinisikan Diri
-
Menakar Untung-Rugi Penjurusan di Jenjang SMA
Artikel Terkait
-
Survei: Milenial Rela Rogoh Kocek Lebih Dalam untuk Rumah Modern Minimalis
-
Mengapa Gen Z Suka Menulis dengan Huruf Kecil? Ini Alasannya
-
Bukti Gen Z Belum Tertarik dengan Industri Keuangan Syariah
-
Rekomendasi Kafe Hits di Jakarta: Tempat Nongkrong Nyaman untuk Gen Z
-
Mengapa Generasi Z Lebih Rentan Terhadap Depresi?
Kolom
-
Menari Bersama Keberagaman: Seni Pembelajaran Diferensiasi di Kelas Modern
-
Koperasi Merah Putih: Antara Harapan dan Ancaman Pemborosan Dana Rakyat
-
Tugas dan Status: Membedah Jebakan Ganda yang Menguras Mental Pelajar
-
Gaji UMR, Inflasi Gila-gilaan: Mimpi Kemapanan Generasi Z yang Terjegal
-
Gen Alpha Beda dari Kita! Pola Asuh Zilenial Ubah Segalanya
Terkini
-
Ulasan Novel Summer in the City:Cinta Tak Terduga dari Hubungan Pura-Pura
-
Kulit Glowing Bebas Noda Hitam! 4 Moisturizer yang Mengandung Symwhite 377
-
Semifinal Piala AFF U-23: 3 Pahlawan Skuat Garuda saat Mengempaskan Thailand, Siapa Saja?
-
4 OOTD Soft Chic ala Kang Hanna, Bisa Buat Ngampus Sampai Ngopi!
-
Review Anime Tasokare Hotel, Kisah Sebuah Penginapan Antara Dua Dunia