Instagram, TikTok, dan YouTube merupakan tiga jenis platform media sosial yang menduduki puncak paling banyak diakses Gen-Z. Laporan survei Talker 2024 yang dikutip dari goodstats.id menunjukkan bahwa Instagram telah diakses Gen-Z sebanyak 81%, TikTok 70%, dan YouTube sebanyak 69%.
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa aktivitas digital harian Gen-Z didominasi oleh media sosial berbasis visual, terutama konten video pendek.
Bentuk dominasi ini bukan hanya menyoal popularitas platform-platform yang memang namanya sudah besar tersebut, melainkan juga bagaimana bentuk konten yang dikonsumsi mengalami transformasi besar sejalan dengan gaya hidup cepat dan instan yang melekat pada diri Gen-Z.
Sebagai generasi yang tumbuh bersama internet dan smartphone, membuat Gen-Z secara organik lebih tertarik pada bentuk konten yang padat dan interaktif dibandingkan dengan teks panjang ataupun video yang berdurasi penuh.
Kehadiran konten video pendek kemudian menjadi bentuk komunikasi digital yang paling digemari, karena mampu menyampaikan pesan dengan cepat didukung dengan visual yang menarik dan durasi yang tidak menguras waktu.
Sifat instan dari konten video pendek sejalan dengan karakteristik Gen-Z yang mengutamakan kecepatan dan efisiensi. Gen-Z tidak terlalu suka menghabiskan waktu menonton video dengan durasi panjang jika pesan yang sama bisa didapat dalam video berdurasi 15 sampai 30 detik saja. Hal tersebut menjadikan konten video pendek menjadi pilihan utama dalam mendapatkan informasi ringan sehari-hari.
Popularitas konten video pendek juga dipicu oleh algoritma yang dimiliki oleh setiap media sosial. TikTok misalnya, menggunakan sistem rekomendasi berbasis kecerdasan buatan untuk menampilkan video-video yang relevan dengan minat pengguna berdasarkan data preferensi di masa lampau. Hal tersebut menciptakan pengalaman bermedia sosial yang sangat personal dan adiktif, di mana pengguna akan terus menggulir video-video dalam platform tersebut tanpa henti.
Keberadaan konten video pendek yang mendominasi aktivitas digital Gen-Z bukan hanya mencerminkan cara Gen-Z mengakses hiburan, melainkan juga menunjukkan bagaimana mereka membangun identitas, berinteraksi, hingga memperoleh informasi.
Konten-konten video pendek telah menjelma layaknya bahasa visual baru yang digunakan Gen-Z untuk mengekspresikan diri. Dalam konteks ini, Gen-Z bukan hanya konsumen pasif, tetapi juga produsen aktif. Mereka memanfaatkan kreativitas dan akses teknologi untuk menciptakan video yang unik, autentik, dan sering kali viral.
Kemudahan alat editing yang tersedia langsung di aplikasi ditambah dengan banyaknya kemunculan tren baru, seperti challenge hingga penggunaan sound viral, membuat siapa saja berkesempatan untuk menjadi kreator.
Hal ini kemudian menciptakan siklus berkelanjutan; makin banyak yang membuat konten video pendek, makin beragam konten video pendek yang tersedia, dan makin kuat pula dominasi video pendek sebagai format utama dalam berkomunikasi dan berekspresi di kalangan Gen-Z.
Tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, konten video pendek juga menjadi media informasi dan advokasi yang cukup berpengaruh di lingkup Gen-Z. Konten video pendek merupakan sarana penting dalam membentuk opini publik dan tren sosial di kalangan Gen-Z.
Isu-isu yang sedang hangat dan viral, mulai dari kampanye sosial, isu lingkungan, hingga debat politik, banyak disebarkan dalam bentuk video singkat yang mudah untuk dikonsumsi dan dibagikan.
Dominasi konten video pendek dalam aktivitas digital Gen-Z telah membuat ekosistem digital secara keseluruhan mulai beradaptasi. Platform media sosial yang awalnya tidak berfokus pada video pendek, seperti Facebook dan YouTube, kini memberikan perhatian yang lebih pada fitur video pendek mereka melalui Reels dan Short agar tetap relevan dengan generasi muda, terutama Gen-Z.
Dominasi ini membentuk sebuah lanskap digital di mana video pendek bukan lagi hanya salah satu pilihan sajian video, melainkan pusat gravitasi yang menarik perhatian, interaksi, dan sumber daya ekonomi di dunia digital di kalangan Gen-Z.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Melestarikan Budaya: Transformasi Jamu dari Gendongan ke Kafe Instagramable
-
Di Balik Pintu Kelas: Refleksi Pembelajaran di Hari Pendidikan Nasional
-
Bahasa Zilenial: Upaya Generasi Muda Berkomunikasi dan Mendefinisikan Diri
-
Menakar Untung-Rugi Penjurusan di Jenjang SMA
-
Fenomena Pengalihan Isu: Senjata Rahasia Elite Politik untuk Lolos dari Kontrol Publik?
Artikel Terkait
-
PHK Massal Industri Media: Apakah Salah Media Sosial dan AI?
-
11 Kenyataan Pahit Jadi Orang Dewasa, Sulit Diterima Gen Z?
-
Hidup Ikut Standar Konten Media Sosial: Antara Hiburan dan Racun Sosial
-
Generasi Layar, Ketika Game Online Mengganti Dunia Nyata
-
11 Kebiasaan Gen Z yang Dianggap Kurang Ajar oleh Baby Boomer Padahal Benar
Kolom
-
Epilog Sendu Semangkuk Mie Ayam dan Segelas Es Teh di Bawah Hujan
-
Generasi Urban Minimalis: Kehidupan Simpel untuk Lawan Konsumerisme
-
Bandara Husein Sastranegara Ditutup, Wisata Bandung seperti Dibunuh Pelan-Pelan
-
Pekerja Lepas di Era Gig Economy: Eksploitasi Ganjil di Balik Nama Kebebasan Moneter
-
Mahar, Peran Gender, dan Krisis Kesetaraan dalam Pernikahan
Terkini
-
Piala AFF U-23: Indonesia Turunkan para Pemain Lokal, Vietnam Kejar Sejarah di Bumi Pertiwi
-
Drama Korea Splendid Days Umumkan Jajaran Pemeran Pendukung
-
Media Belanda Soroti Karir Mees Hilgers di Klub, Sebut Performanya Stagnan!
-
FIFA Tunjuk Jakarta Jadi Pusat Bola di Asia, Indonesia Bisa Diuntungkan?
-
Review Film Angel Pol: Ada Kritik Sosial di Antara Musik Dangdut Koplo