Ramadan baru sepuluh hari berjalan, tapi jadwal bukber sudah mengular panjang. Ajakan bukber ini bisa datang dari mana saja, reuni sekolah, kumpul komunitas, teman, keluarga, hingga acara bukber bersama kolega kantor.
Tidak hanya sekadar ritual makan bersama saat Ramadan, bukber (buka bersama) merupakan salah satu cara untuk mempererat hubungan sosial antarsesama.
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, bukber menjadi salah satu cara untuk menjaga tali silaturahmi yang mungkin sempat merenggang karena kesibukan masing-masing, sehingga jarang untuk bisa bertemu dan bertukar kabar.
Bukber memberikan kesempatan bagi setiap yang hadir untuk berbicara dan bercerita tentang hal-hal yang sudah dilewati dan yang sedang dinantikan.
Di tengah pertemuan yang penuh kehangatan itu, tak jarang kita bisa mendengar cerita-cerita pribadi yang mengharukan, yang kehangatannya mengalir melegakan.
Namun, meskipun bukber sering kali dipenuhi dengan percakapan penuh kehangatan dan kebersamaan, tak jarang di tengah jalan, bukber justru berubah menjadi ajang untuk memamerkan pencapaian peribadi.
Dari undangan yang mengharuskan kita datang dengan pakaian tertentu hingga lokasi bukber yang dilaksanakan di restoran fancy atau hotel mewah, semuanya seakan menandakan seberapa tinggi pencapaian orang-orang yang hadir di acara bukber tersebut.
Jika kita menyelami foto-foto bukber yang diunggah oleh teman-teman maya kita di berbagai media sosial, kita akan melihat orang-orang berlomba-lomba menunjukkan betapa meriahnya acara bukber mereka.
Foto meja yang penuh dengan hidangan mewah, suasana tempat bukber yang instagramable, hingga padu padan outfit yang mereka pakai pun tak luput dari hal-hal yang harus mereka bagikan di media sosial mereka.
Selain memamerkan foto-foto makanan dan suasana bukber di media sosial, bukber juga menjadi kesempatan bagi sebagian orang untuk memamerkan pencapaian pribadi kepada teman-teman lain yang hadir.
Tak jarang, obrolan hangat tentang nostalgia masa lalu tiba-tiba berubah menjadi ajang pamer pencapaian karier yang melesat, bisnis yang berkembang pesat, gelar pendidikan yang diraih, perjalanan liburan ke luar negeri yang mewah, hingga investasi yang menguntungkan, semua menjadi bahan pembicaraan yang seolah-olah wajib untuk dibagikan kepada semua yang hadir dalam bukber tersebut.
Di kota-kota besar, muncul fenomena bukber dengan pamer lanyard. Mereka yang ikut hadir dalam bukber seolah sengaja mengenakan lanyard mereka dengan alasan langsungan dari tempat bekerja.
Lanyard seolah menjadi lambang status dan prestige yang secara tidak langsung menjadi simbol untuk menunjukkan kedudukan mereka dalam hierarki sosial.
Bahkan, seseorang bisa dengan sengaja mengenakan lanyard mereka saat bukber untuk menunjukkan dan menonjolkan perusahaan tempat mereka bekerja sebagai cara untuk memberi tahu orang lain yang hadir tentang keberhasilan mereka.
Dari kasus-kasus bukber unik yang sering kita dengar atau bahkan kita alami sendiri, esensi bukber sebagai ajang silaturahmi dan temu kangen seolah tergeser oleh ambisi untuk menunjukkan status dan pencapaian pribadi. Setiap orang yang hadir saling bersaing menunjukkan seberapa baik hidup mereka.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Perlukah Kebijakan Libur Panjang Selama Ramadan?
-
Nastar dan Budaya Lebaran di Indonesia
-
Digital Nomad: Revolusi Gaya Bekerja Modern yang Nir Batas
-
Doom Spending: Pemicu Masalah Finansial pada Milenial dan Gen Z
-
Selebriti di Era Cancel Culture dalam Budaya Pop: Dilema Kebebasan Berbicara vs Tanggung Jawab Sosial
Artikel Terkait
-
3 Kesalahan UMKM saat Ramadan yang Bikin Omzet Merosot Drastis!
-
Diskon Listrik Tak Cukup Dongkrak Daya Beli: Kenapa Ramadan Tahun Ini Justru Deflasi?
-
Semangat Kepedulian Jelang Ramadan dengan Berbagi Dukungan kepada Sesama
-
Aksi Kekerasan Ormas di Garut saat Razia Rumah Makan, Guru Besar Fikih UIN: Mereka Bukan Wilayatul Hisbah
-
Jaga Mobilmu Tetap Gahar Selama Ramadan: 6 Tips Jitu yang Wajib Kamu Tahu
Kolom
-
Kurikulum yang Berpihak pada Anak: Apakah Sudah Terwujud?
-
Sekolah Negeri Kok Bayar? Pungutan Liar yang Merusak Kepercayaan Publik
-
Mengapa Anak Butuh Literasi Digital untuk Masa Depannya?
-
Antropogenik dan Banjir Jabodetabek: Mengapa Kita Harus Menjaga Alam?
-
Review Anime Silver Spoon, Realita Kehidupan di Sekolah Pertanian
Terkini
-
3 Rekomendasi Lagu Boyband Why Don't We Selain '8Letters', Ear Catchy!
-
5 Inspirasi Outfit ala Kim Min Ju, Tampil Girly dan Feminin!
-
PanggilanTimnas Indonesia, Justin Hubner dan Amarahnya kepada Bahrain yang Selalu Menyala
-
Ulasan Novel Dua Dini Hari: Misteri Pembunuhan Berantai Anak-Anak Jalanan
-
Tiga Member Dreamcatcher Hengkang dari Agensi, Kegiatan Grup Tetap Berjalan