Setiap langkah kaki yang seharusnya terasa ringan saat berolahraga, bagi sebagian perempuan justru dibebani oleh rasa takut dan kewaspadaan. Ruang publik yang semestinya menjadi tempat semua orang merasa aman, kerap berubah menjadi arena penuh tatapan mengintimidasi, siulan menggoda, bahkan pelecehan verbal yang menyakitkan.
Bagi banyak perempuan, keinginan sederhana untuk menjaga kesehatan harus berhadapan dengan risiko catcalling yang mengganggu kenyamanan fisik dan mental. Di balik pakaian olahraga dan semangat berlari, tersimpan keresahan yang sering kali diabaikan, apakah hari ini aman untuk keluar rumah?
Ketika Ruang Publik Tak Lagi Netral bagi Perempuan
Ruang publik seharusnya menjadi tempat di mana siapa pun, tanpa memandang gender, dapat bergerak bebas dan merasa aman. Namun, bagi banyak perempuan, ruang tersebut justru menjadi medan penuh ancaman yang tak terlihat mata.
Pelecehan dalam bentuk catcalling, komentar seksual, bahkan pengambilan gambar secara diam-diam masih sering terjadi saat mereka berolahraga di taman, jalan kompleks perumahan, hingga trotoar dekat kampus atau kantor.
Yang menyedihkan, kejadian ini tidak hanya menimpa perempuan dewasa, tetapi juga remaja perempuan yang baru belajar mencintai tubuhnya dan ingin hidup sehat.
Fenomena ini bukanlah kejadian satu dua kali, melainkan realitas sosial yang berulang dan merata di berbagai kota di Indonesia.
Perempuan yang menjadi korban sering kali tidak mendapat ruang untuk bersuara, karena ketika mereka melapor atau marah, respons masyarakat justru menyalahkan mereka, seperti "Pakaiannya terlalu terbuka," atau "Kenapa olahraga sendirian?"
Padahal, masalah utama bukan terletak pada pilihan pakaian atau waktu olahraga, melainkan pada norma sosial yang membiarkan pelaku merasa bebas melakukan pelecehan tanpa konsekuensi.
Ketidakamanan ini membuat banyak perempuan terpaksa menghindari olahraga di luar ruangan, mengorbankan kesehatan demi rasa aman yang seharusnya dijamin negara dan masyarakat.
Olahraga Jadi Pilihan Berat: Antara Sehat dan Selamat
Ironisnya, di tengah kampanye hidup sehat dan peningkatan kesadaran akan pentingnya kebugaran, masih sangat sedikit perhatian diberikan pada keselamatan perempuan saat menjalankan aktivitas fisik di ruang terbuka.
Pilihan untuk berolahraga, yang bagi sebagian orang tampak sederhana, justru menjadi keputusan rumit bagi perempuan. Mereka harus memikirkan banyak hal, Apakah rute ini cukup aman? Apakah aku akan dilecehkan kalau memakai legging? Haruskah aku membawa alat pertahanan diri?
Bahkan, beberapa di antaranya memilih berolahraga larut malam atau dini hari, berharap bisa menghindari sorotan mata dan komentar yang tak diinginkan.
Situasi ini menciptakan tekanan mental tersendiri. Perempuan harus mempertimbangkan risiko setiap kali ingin keluar rumah untuk bergerak. Rasa cemas dan tidak nyaman ini, dalam jangka panjang, bisa berdampak pada motivasi untuk hidup sehat dan memperburuk kondisi kesehatan mental.
Padahal, olahraga seharusnya menjadi aktivitas yang membebaskan, menyegarkan, dan menguatkan. Sayangnya, dalam realitas yang dihadapi banyak perempuan, olahraga justru menjadi beban baru, karena menjaga keselamatan diri kini menjadi bagian dari rutinitas yang seharusnya ringan. Ini bukan lagi soal niat atau komitmen hidup sehat, tapi soal bertahan di ruang publik yang belum sepenuhnya aman.
Menuntut Ruang Aman: Bukan Sekadar Privilege, tapi Hak
Keamanan dalam berolahraga bukanlah kemewahan yang hanya boleh dinikmati segelintir orang, melainkan adalah hak dasar setiap individu. Perempuan berhak untuk merasa nyaman saat berlari di trotoar, bersepeda di taman, atau sekadar melakukan yoga di ruang terbuka tanpa takut diganggu.
Oleh karena itu, perlu ada kesadaran kolektif untuk menciptakan ruang publik yang lebih inklusif dan aman. Peran pemerintah dalam menyediakan pengawasan yang memadai, edukasi tentang pelecehan, serta keberanian masyarakat untuk menegur pelaku menjadi langkah awal yang penting.
Lebih dari itu, penting juga bagi laki-laki untuk menjadi sekutu, bukan penonton, dalam memperjuangkan kenyamanan perempuan di ruang publik.
Perempuan tidak seharusnya hidup dalam ketakutan setiap kali ingin bergerak, berkeringat, atau sekadar menikmati udara pagi. Catcalling dan bentuk pelecehan lainnya bukan hanya merampas rasa aman, tetapi juga merenggut hak dasar untuk hidup sehat dan bebas.
Sudah saatnya masyarakat berhenti membebankan tanggung jawab kepada korban, dan mulai fokus pada edukasi, perlindungan, serta perubahan budaya yang lebih menghargai perempuan sebagai individu, bukan objek.
Karena ruang publik yang aman bukan hanya akan memberi manfaat bagi perempuan, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih manusiawi bagi semua. Mari kita mulai dari hal sederhana: percaya, dengarkan, dan berdiri bersama mereka yang selama ini terpaksa diam.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Mainan Anak dan Stereotip Gender: Antara Mobil-mobilan dan Boneka
-
Ulasan Don Quixote: Perjalanan Ksatria Gila dan Khayalannya
-
Ulasan Novel Black Cake: Rekaman Suara dan Sejarah Pilu Eleanor
-
Makna Kurban dalam Kehidupan Modern: Antara Ibadah dan Kepedulian Sosial
-
Citra Gender dalam Makanan: Dekonstruksi Stereotip antara Seblak dan Kopi
Artikel Terkait
-
7 Rekomendasi Sepeda Motor untuk Remaja Perempuan: Model Stylish dan Nyaman, Mulai Rp19 Jutaan!
-
Binusian Fun Run 2025: Hadirkan Energi Positif untuk Bumi dan Sesama
-
Tak Lagi Pahit, Ini Inovasi Jamu Herbal Rasa Buah untuk Kesehatan Reproduksi Perempuan
-
Sherley Hadipurnomo: Kisah Inspiratif Perempuan yang Membawa Seafood Indonesia Mendunia
-
Berkat Olahraga Basket, Ibnu Jamil Kantongi Beasiswa saat Kuliah
Kolom
-
Mainan Anak dan Stereotip Gender: Antara Mobil-mobilan dan Boneka
-
Qurban di Zaman Digital: Tantangan dan Harapan Generasi Muda
-
Makna Kurban dalam Kehidupan Modern: Antara Ibadah dan Kepedulian Sosial
-
Menembus Batas Budaya, Strategi Psikologis Mahasiswa Rantau
-
Anggaran Perpustakaan dan Literasi Menyusut: Ketika Buku Bukan Lagi Prioritas
Terkini
-
Jackson Wang Ungkap Rasa Sakit Jalani Hubungan Toksik di Lagu Hate To Love
-
Curug Balong Endah, Pesona Air Terjun dengan Kolam Cantik di Bogor
-
Sutradara Pastikan Doctor Doom Tak Muncul di Fantastic Four: First Steps
-
Wonwoo SEVENTEEN Ungkap Pesan Cinta yang Tulus Lewat Lagu Solo 99,9%
-
Jalan Panjang Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026 Usai Kalahkan Tim China