Scroll untuk membaca artikel
Fabiola Febrinastri | Fabiola Febrinastri
Ilustrasi tinggi badan anak, tubuh pendek atau stunting. ( Shutterstock)

Institusi pendidikan kedokteran Indonesia, termasuk FKUI, harus mengatisipasi dan melakukan upaya-upaya yang lebih konstruktif atas arahan Presiden Terpilih, Joko Widodo. Presiden menekankan beberapa hal utama dalam penyampaian visi 5 tahun ke depan, yaitu pemberantasan stunting, kurang gizi, keselamatan ibu hamil saat melahirkan, dan program imunisasi.

Presiden melihat, ini betul-betul harus menjadi fokus dalam pembangunan sumber daya manusia. Saat ini, FKUI memiliki hampir 5000 peserta didik, yang terdiri dari mahasiswa S1 fakultas kedokteran, profesi dokter, program pendidikan dokter spesialis 1 dan program pendidikan dokter spesialis 2, program pendidikan magister, dan program pendidikan doktor, yang terus akan membantu pemerintah untuk program peningkatan kualitas sumber daya ini.

Institusi pendidikan kedokteran harus menyiapkan para dokter untuk bisa aktif di tengah masyarakat, baik dalam pelayanan maupun penyuluhan untuk kesehatan ibu dan anak. Begitu pula untuk para spesialis, khususnya para dokter spesialis yang berkompeten untuk mengurus kesehatan ibu,anak, gizi dan persiapan remaja, untuk bisa mengatasi permasalahan yang terjadi, agar mampu menekan angka kesakitan dan kematian.

Program S3 FKUI yang terdiri dari S3 Kedokteran, Gizi dan Biomedik, juga mengarahkan diri untuk menghasilkan produk yang mampu memperbaiki kebijaksaan maupun produk-produk penyuluhan, serta inovatif yang meningkatkan kemandirian bangsa. Untuk pemberantasan stunting, kurang gizi, keselamatan ibu hamil saat melahirkan, dan program imunisasi, memang harus dipersiapkan dari hulu sampai hilir.

Anak-anak dan remaja harus disiapkan dengan baik untuk menjadi orang tua dan mendapat amanah untuk hamil, punya anak dan mempersiapkan anak-anak dengan baik. Angka unwanted baby atau perkawinan dini akibat terjadi kehamilan di luar pernikahan, harus ditekan sedemikian rupa, agar kehamilan dan persalinan dapat dipersiapkan dengan baik.

BKBBN harus menjadi lembaga yang memegang peranan untuk para keluarga Indonesia, bisa merencanakan keluarga dengan baik. Perkawinan dan persalinan harus disiapkan, pre - marital skrining harus dilakukan, sehingga jika ada masalah kesehatan, bisa ditanggulangi dengan tepat.

Pendidikan reproduksi sudah harus diperkenalkan sejak anak-anak kita remaja, sehingga mereka tidak jatuh pada seks bebas.

Sarana pelayanan kesehatan terkecil di Puskesmas sampai rumah sakit tersier juga harus siap menjadi pusat pelayanan ibu dan anak. Para bidan, terutama yang bekerja di daerah, harus ditingkatkan kualitasnya. Mereka harus terampil melakukan antenatal care, perawatan ibu hamil sampai melahirkan.

Termasuk juga penyuluhan dan memberikan pelayanan KB, bukan saja untuk pemberian pil atau suntik, tetapi juga terampil melakukan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan pemasangan dan pencabutan susuk KB. FKUI telah mempersiapkan modul-modul pelatihan bagi para petugas, agar bisa memotivasi perempuan usia subur untuk ikut pengaturan kehamilan dengan metode kontrasepsi jangka panjang yang reversibel, seperti AKDR dan implan (susuk).

Selain itu, staf FKUI juga turut membantu mengembangan aplikasi yang dapat di- download untuk mempermudah dalam pelayanan keluarga berencana, yaitu Kriteria KeLayakan Medis KOntrasePsi (Klop KB) dan beberapa aplikasi lain. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini, informasi bisa di-share melalui gadget.

Dalam hal inovasi, salah satu S3 kita, Dr.Irvan Adenin membuktikan bahwa AKDR lipper loops masih efektif dan bisa digunakan untuk MKJP, tentu dengan biaya murah, dengan melihat penggunaan AKDR saat ini, yang berjumlah 8 juta orang.

AKDR model lama ini bisa mengurangi pembiayaan ratusan miliar rupiah.

Mengenai stunting, stunting bukan saja masalah asupan dan intake makanan, tetapi yang penting adalah soal kemiskinan, kemampuan untuk membeli makanan yang bergizi, baik untuk ibu atau calon ibu dan asupan makan untuk balita. Untuk mengatasi stunting, masalah kemiskinan juga harus diatasi.

Stunting juga bicara soal kematangan ibu saat menikah dan hamil. Selain itu, stunting juga berhubungan dengan fasilitas kesehatan, khususnya untuk kesehatan ibu dan anak.

Hal ini terkait kondisi si calon ibu, baik sebelum menikah, saat menjadi ibu hamil, dan juga proses melahirkan sampai perawatan bayi baru lahir, termasuk program imunisasinya.  Semua permasalahan bangsa yang menjadi perhatian pemerintah saat ini, harus dilakukan dari hulu dan hilir, dengan tujuan untuk mempersiapkan perkawinan, kehamilan, persalinan, dan perawatan 1000 kehidupan dengan sebaik-baiknya.

Salam sehat,

Ari Fahrial Syam, Dekan FKUI.
#gerakanantihoakskesehatan
#SayaPeduliAndaPeduliKitaPeduli untuk Indonesia yang lebih baik

Array