Wakulovers, kumaha damang?
Begitulah sapaan mainstream bagi pembelajar Bahasa Sunda pemula kalau bertemu orang. Siapa nih yang pernah mengunjungi Kota Lautan Api alias Bandung?
Kota yang terkenal dengan perempuan yang geulis-geulis ini memiliki daya tarik yang kuat untuk membuat wisatawan datang. Mulai dari banyaknya pemain bisnis fashion lokal dengan produk berkualitas, obyek wisata alam hingga segudang pilihan kuliner yang menggoda yang sayang jika dilewatkan.
Bandung terkenal dengan kuliner batagornya, colenak, surabi, lotek dan ada banyak lagi. Nah, kali ini kita akan memberi informasi 4 tempat makan suatu kuliner legendaris Bandung yang tidak kalah spesial yakni mie kocok! Dimana saja ya lokasinya?
Yuk kita simak:
1. Mi Kocok SKM
Mi Kocok SKM sendiri sudah ada sejak tahun 1970-an. SKM merupakan singkatan nama sang pendiri yakni Sukirman. Dari gerobak dorong, ia membeli sebuah rumah sebagai tempat usaha sekaligus tempat tinggal. Nama Mi Kocok SKM semakin mengudara keluar wilayah Bandung.
Kini usaha Pak Sukirman dilanjutkan oleh anaknya dan masih mempertahankan resep asli yang dibuat sang ayah. Secara kasat mata tak ada yang berbeda dari tampilan Mi Kocok SKM dengan mi kocok lainnya. Isiannya sama, berupa mi gepeng kuning, tauge, kuah kental, dan taburan bawang goreng.
Namun keunggulan mi kocok Sukirman ini terletak pada kuahnya. Kuahnya terlihat lebih ringan. Dalam artian bening, tak kelebihan lemak seperti panganan serupa lainnya. Aroma dan rasanya lebih gurih dan kaya rempah.
Kuah tersebut memang merupakan air kaldu hasil rebusan tulang kaki sapi yang dicampur beragam rempah, seperti ketumbar. Kikilnya pun kenyal, empuk, dan tidak berbau karena merupakan kikil kaki sapi asli.
2. Mi Kocok Persib
Mi Kocok Persib berdiri sejak tahun 1957 dan saat ini sudah diteruskan ke generasi Ke-2. Citarasa mi kocok yang lezat membuat mie kocok persib bertahan hingga lebih dari setengah abad lho!
3. Mi Kocok Semar
Mi Kocok Semar sudah berdiri sejak tahun 2006. Yang unik dan berbeda dari mi kocok lainnya adalah penambahan tulang berisi sumsum. Itulah yang menjadi salah satu ciri khas mi kocok yang dijualnya. Tidak hanya itu saja, mi kocoknya bisa disajikan bersamaan dengan bakso.
4. Mi Kocok Karapitan
Mi Kocok Karapitan berdiri sejak 1979. Mi kocok di sini ditambah kikil, namun kalau tidak suka kikil, bisa pilih pakai bakso.
Itu dia 4 pilihan mi kocok legendaris di Kota Bandung. Kalau sekali coba langsung doyan, silakan datangi keempatnya ya, supaya merasakan variasi rasa mi kocok yang berbeda-beda, namun dijamin enak semua.
Baca Juga
-
Mau ke Singapura Lewat Batam? Silakan Nikmati Es Bencong yang Melegenda
-
Nasi Goreng Legendaris dalam Penggorengan Gede Ini Sudah Ada Sejak 1958
-
Sate RSPP, Warung Legendaris yang Berdiri Sejak 1960-an
-
Kota Batu di Malang Ternyata Pernah Disebut Swiss Kecil di Pulau Jawa
-
Jika ke Kota Pahlawan, Coba Nasi Campur Paling Terkenal di Surabaya Ini...
Artikel Terkait
-
Grup Band Legendaris Boyz II Men Konser di Jakarta, BRImo Berikan Diskon Tiket Sampai 20%
-
Terbaru! Kode Redeem FC Mobile 14 April 2025, Peluang Dapatkan Hadiah Makin Besar
-
Titiek Puspa Meninggal Dunia, Menbud Fadli Zon: Selamat Jalan Penyanyi Legendaris Indonesia
-
DANA Kaget Terbaru Hari Ini 7 April 2025, Tukarkan dengan Pemain Legendaris di FC Mobile
-
Liburan ke Pemalang, Jangan Lupa Cicipi 5 Kuliner Legendaris Ini sebelum Hengkang
Lifestyle
-
Biar Makin Fresh di Weekend, Sontek 4 Outfit Lucu ala Kim Hye Yoon!
-
Anti Ribet, Ini 4 Ide Outfit Harian Cozy ala Siyoon Billlie yang Bisa Kamu Tiru
-
4 Gaya Kasual Kekinian ala Choi Jungeun izna yang Menarik untuk Disontek
-
Anak Hukum tapi Stylish? 5 Look Simpel tapi Classy ala Ryu Hye Young
-
4 Look Girly Simpel ala Punpun Sutatta, Cocok Buat Hangout Bareng Bestie
Terkini
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
ASTRO & Friends 'Moon' Ungkapan Cinta dan Kerinduan untuk Mendiang Moonbin
-
Baru Tayang Raih Rating Tinggi, 5 Alasan The Haunted Palace Wajib Ditonton!
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo