Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani
Ilustrasi perempuan merasa stres dan depresi (Shutterstock)

Depresi merupakan isu sosial yang perlahan berkembang di masyarakat. Depresi mungkin tersembunyi dibalik senyuman, ketawa, atau sapaan hangat seseorang. Terdapat banyak kasus bunuh diri yang disebabkan oleh depresi, pertanda bahwa depresi itu nyata dan dapat membahayakan kehidupan seseorang.

Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2017, terdapat 300 juta orang di seluruh dunia yang mengidap depresi. Lalu sebenarnya, apa itu depresi? Depresi adalah gangguan mental yang ditandai dengan perasaan sedih dan kehilangan minat dalam melakukan aktivitas secara berkepanjangan dalam jangka waktu dua minggu atau lebih.

Pengidap depresi akan kesulitan dalam berkonsentrasi dan melakukan aktivitas sehari-harinya. Gejala lain yang dirasakan penderita depresi yaitu cepat lelah, gelisah, timbul perasaan tidak berharga, dan mengalami gangguan tidur atau nafsu makan.

Dilansir dari Alodokter, penyebab dari depresi berhubungan dengan faktor genetik, senyawa kimia otak, dan hormon. Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terkena depresi, yaitu mengalami kejadian traumatis, perubahan gaya hidup, stres, atau kepribadian yang rendah diri.

Perawatan untuk pengidap depresi memiliki banyak jenis dan berbeda-beda untuk setiap individu. Bantuan profesional sangat dibutuhkan jika depresi sudah kronis, serta cenderung mengarahkan seseorang untuk menyakiti dirinya. Tetapi, terdapat cara lain yang dapat dilakukan seseorang untuk mengatasi depresi, yaitu melalui strategi self-help.

Self-help adalah suatu cara bagaimana seseorang menolong dirinya untuk keluar dari suatu masalah. Self-help disini lebih terfokus untuk mengatur diri sendiri serta menghindari faktor pemicu depresi. Strategi ini membantu seseorang untuk mengatasi serta meringankan gejala depresi melalui perubahan gaya hidup yang lebih baik.

Menurut studi BMC Psychiatry, selain faktor genetik, kepribadian dan kognisi, dan stressor lingkungan, gaya hidup juga memiliki peran penting dalam kaitannya sebagai faktor pemicu depresi. Maka dari itu, masyarakat tidak dapat mengabaikan gaya hidupnya begitu saja. Seseorang yang menerapkan gaya hidup yang tidak seimbang dapat memiliki risiko terkena depresi yang lebih tinggi.

Perubahan gaya hidup ke arah produktif dapat memberikan dampak positif terhadap depresi. Gaya hidup yang baik juga dapat berperan sebagai pengalihan seseorang dalam meluapkan perasaan sedih dan emosi negatif yang meliputi pengidap depresi. Berikut gaya hidup yang dapat diterapkan sebagai upaya dari strategi self-help.

1. Aktif Berolahraga

Melakukan olahraga secara rutin memiliki dampak yang baik untuk kesehatan fisik maupun mental. Olahraga dapat menghasilkan hormon endorfin yang dapat membuat seseorang merasa senang dan bersemangat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harvard T.H. Chan School of Public Health, menemukan bahwa berlari selama 15 menit atau berjalan selama 1 jam dapat mengurangi risiko terkena depresi mayor sebanyak 26%. Maka dari itu, olahraga dapat dijadikan opsi yang efektif dalam mengatasi depresi.

2. Menulis Jurnal (Journaling)

Menulis jurnal merupakan salah satu cara yang sederhana untuk melepas stres dan beban pikiran. Menurut studi dari University of Rochester, journaling bermanfaat untuk mengurangi stress, mengatasi depresi, dan mengontrol kecemasan. Dengan menulis jurnal, seseorang dapat mengekspresikan perasaannya di atas medium kertas sehingga emosi negatifnya dapat tersalurkan.

3. Konsumsi Makanan Sehat

Nutrisi yang seimbang sangat diperlukan seseorang untuk menunjang kesehatan fisik dan mental. Selain itu, makanan dapat mempengaruhi perasaan seseorang, sehingga konsumsi makanan sehat sangat penting bagi kesehatan mental.

Dilansir dari Alodokter, mereka yang terbiasa mengonsumsi makanan kaya sayuran, buah, ikan, daging tanpa lemak, dan gandum utuh, diketahui memiliki tingkat risiko depresi 25 hingga 35 persen lebih rendah dibanding yang terbiasa mengonsumsi makanan kemasan.

4. Bersosialisasi

Mendapatkan dukungan sosial sangat penting bagi penderita depresi. Sosialisasi dengan teman dan sahabat dapat menjadi pengalihan dari rasa sedih dan mengembalikan perasaan bahagia.

Menurut penelitian yang dilansir dari International Journal of Mental Health Systems, dukungan sosial memiliki peran penting dalam kaitannya dengan stres dan depresi karena dapat memberikan solusi pemecahan masalah, sehingga dapat menurunkan tingkat stres dan depresi.

5. Tidur yang Cukup

Kualitas tidur sangat menentukan efektivitas seseorang dalam berpikir dan dapat mempengaruhi emosi. Maka dari itu, seseorang yang kurang tidur akan kesulitan untuk fokus dan mudah mengalami mood swings. Menurut laman Healthline, kurang tidur dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan mental dan keadaan emosi seseorang. Dengan demikian, tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk mencegah depresi.

Dengan mengimplementasikan strategi self-help melalui perubahan gaya hidup, risiko terkena depresi dapat terminimalisir serta dapat mengurangi gejala depresi yang muncul. Jika upaya self-help sudah dijalankan tetapi gejala depresi tidak kunjung reda, penanganan medis sangat diperlukan sebagai langkah selanjutnya dalam mengatasi depresi.

Pengirim: Salinas Alsadila / Mahasiswi London School of Public Relations Jakarta
E-mail: salinasalsadila@gmail.com