Scroll untuk membaca artikel
Rendy Adrikni Sadikin | Naufal
BTS.[Instagram.com/@bts.bighitofficial]

Remaja perempuan di Afghanistan mengaku takut membayangkan masa depan mereka di bawah pemerintahan Taliban. Mereka takut tidak lagi memiliki kebebasan seperti yang mereka rasakan sebelumnya.

Dalam laporan JTBC News yang disadur dari Koreaboo, seorang remaja, sebut saja namanya A, bahkan mengaku tidak pernah keluar dari rumah sejak Taliban mengambil alih Afganistan.

“Saya sangat takut dan terkejut ketika mendengar bahwa Taliban telah datang. Saya merasa takut mendengar bahwa Taliban menculik gadis-gadis,” ungkap A.

“Sejak Taliban mengambil alih, saya selalu berada di dalam rumah,” lanjut A.

A kemudian menambahkan, dirinya merasa takut untuk sekadar melihat ke arah jendela. Selain itu, A mengungkapkan bahwa ia tidak bisa lagi mendengarkan musik yang biasa ia dengar.

“Saya tak bisa lagi mendengarkan musik yang biasa saya dengar di jalanan sebelum Taliban mengambil alih. Sepanjang hari, saya hanya mendengar musik aneh milik Taliban,” tutur A.

Seorang pelajar berusia 18 tahun yang merupakan penggemar BTS atau biasa disebut ARMY, mengalami ketakutan hingga memaksanya harus memusnahkan album kesayangannya.

BTS. Sumber: Soompi

“Situasi yang kami alami, memaksa kami untuk membakar atau menyembunyikan foto dan album BTS,” ungkap pelajar itu.

Pelajar tersebut mengaku terpaksa melakukan hal demikian. Sebab, ketika Taliban berkuasa di masa lalu, penduduk Afghanistan tidak diperbolehkan mendengar musik.

Para remaja itu kemudian menyampaikan harapan agar seluruh dunia mau melakukan tindakan yang nyata, bukan sekadar mengawasi situasi.

“Semua orang melihat kami mati. Saya berharap masyarakat internasional tidak meninggalkan Afghanistan sendirian dalam situasi seperti ini,” kata Remaja A.

Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan, muncul ketakutan kelompok militan itu akan menerapkan hukum yang menekan kebebasan individu dan hak-hak asasi manusia.

Kaum perempuan di Afghanistan bahkan memiliki ketakutan jika ke depannya mereka tidak bisa lagi pergi ke sekolah ataupun bekerja.

Beberapa waktu lalu, melansir dari Aljazeera, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menjamin bahwa mereka akan tetap menghargai hak yang dimiliki oleh perempuan.

“Kami akan mengizinkan perempuan untuk bekerja dan belajar. Kami tentu telah memikirkan hal tersebut. Perempuan akan memiliki peran yang aktif dalam masyarakat dengan tetap mengikuti pendekatan Islam,” ungkapnya.***

Naufal