Jatuh cinta adalah hal yang membahagiakan. Dicintai maupun mencintai, keduanya akan membawa diri layaknya terbang ke awan.
Tapi bagaimana jika hal tersebut hanya sekedar delusi dan termasuk ke dalam gangguan mental erotomania?
Erotomonaia adalah gangguan yang membuat seseorang percaya atau sangat yakin bahwa ada orang yang jatuh cinta kepadanya.
Penderita eretomania memiliki keyakinan kuat bahwa dirinya sedang disukai oleh seseorang yang belum pernah bertemu baik diberbagai tempat dan kesempatan.
Dalam kebanyakan kasus, erotomania sering dikaitkan dengan gangguan bipolar, yakni gangguan mental yang menyebabkan seseorang mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem.
Penyakit mental lain yang mungkin juga dimiliki oleh sang penderita adalah gangguan kecemasan, kecanduan obat atau alkohol, memiliki gangguan makan seperti bulimia atau anoreksia, serta ADHD.
Kondisi ini ditandai dengan munculnya delusi yang semakin parah secara tiba-tiba, munculnya energi berlebih, berbicara sangat cepat, sulit tidur, hingga berani melakukan tindakan berbahaya demi orang yang diyakini mencintainya.
Selain ciri-ciri di atas, mengutip dari alodokter.com — Berikut gejala penderita eretomania diantaranya:
- Seringkali membicarakan dengan orang lain atau teman tentang orang diyakini mencintainya.
- Membicarakan kebohongan tentang orang yang dianggap mencintai dirinya
- Menghabiskan waktu untuk mencari tahu informasi dan memikirkan orang yang diyakini mencintainya secara terus menerus.
- Merasa cemburu pada orang lain yang dianggap memiliki hubungan dengan orang yang diyakini jatuh cinta padanya dan berpikiran bahwa orang tersebut akan menganggu hubungannya dengan orang yang diyakini memiliki perasaan terhadapnya.
- Merasa orang yang dianggap mencintainya berusaha berkomunikasi secara rahasia dengan mengirimkan kode melalui pandangan, gerak-gerik, termasuk status di media sosial.
- Merasa kemanapun ia berada, gerak geriknya diawasi oleh seseorang yang diyakini mencintainya.
- Menguntit (stalking) atau bersikap obsesif terhadap orang yang dianggap mencintainya.
Erotomania bisa saja menjadi sulit ditangani karena penderitanya terkadang tidak sadar terkena sindrom tersebut. Beberapa dampak buruk sering ditemukan akibat penderita sindrom erotomania yang tidak kunjung mendapatkan pengobatan.
Umumnya, perawatan difokuskan untuk mengatasi gejala delusi dan psikosis. Hal yang paling tepat adalah mengunjungi ahli kejiwaan untuk mendapatkan pengobatan baik psikoterapi atau pemberian obat-obatan.
Sumber:
alodokter dan hellosehat
Baca Juga
-
Makin Blak-blakan, Aaliyah Massaid Akui Bucin Ke Thariq Halilintar: Kamu Juara di Hati Aku
-
Mengenal Li Ran, Princess Eropa dari Asia Pertama, Istri dari Pangeran Charles Belgia
-
Fans Fuji Kecewa Konten Eksklusif Tersebar: Jadi Percuma Bayar
-
Nyanyi 'Cundamani' di Hadapan Happy Asmara, Celetukan Niken Salindry Bikin Ngakak Satu Venue
-
ARMY Next Level! Wanita Ini Pamer Rumah Berkonsep BTS, Semua Serba Ungu
Artikel Terkait
-
Awas! Media Sosial Picu Stres hingga Gangguan Mental, Kemenkes Ingatkan Soal Ini
-
Lebih dari Sekadar Pamer Alat Kelamin, Apa Itu Eksibisionis?
-
Diduga Diderita Aaliyah Massaid, Apa Saja Ciri-Ciri Gangguan Mental ADHD?
-
Biaya Hidup Mahal, Warga Jakarta Banyak Mengidap Gangguan Mental
-
Sedih Dengan Kondisi Indonesia Sampai Ingin Jadi WNA? Psikolog Sebut Itu Tanda Gangguan Mental
Lifestyle
-
3 Acne Spot Gel Ampuh Meredakan Jerawat Mendem dengan Cepat, Ada Favoritmu?
-
3 Varian Serum dari Hada Labo, Ampuh Hidrasi Kulit Kering dan Atasi Penuaan
-
3 Moisturizer Lokal yang Berbahan Buah Blueberry Ampuh Perkuat Skin Barrier
-
5 Manfaat Penting Pijat bagi Kesehatan, Sudah Tahu?
-
4 Pilihan OOTD Hangout ala Park Ji-hu yang Wajib Dicoba di Akhir Pekan!
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua