Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Shafira Candra Dewi
Ilustrasi Pasangan. (Pexels.com//Luis Fernandes)

Jodoh memang sudah digariskan oleh Tuhan. Entah itu jauh atau dekat rumahnya dengan kita. Besar kemungkinan jodoh kita berada di kota lain, atau bahkan di negara lain. Hanya Tuhan yang dapat mempertemukan kita dengan jodoh kita, tidak terbatas waktu dan tempat kita berada.

Terkadang Tuhan mempertemukan kita dengan jodoh kita ketika sedang kuliah di luar kota ataupun di luar negeri. Bisa juga ketika kita bekerja di luar kota atau luar negeri, tiba-tiba jodoh menghampiri. Entah di belahan dunia mana jodoh kita sebenarnya, kita semua pasti akan dipertemukan dengannya pada waktu dan tempat yang tepat. 

Tidak lepas dari pendapat orang tua, yang seringkali tidak ingin berpisah dengan anaknya. Para orang tua tentu menginginkan anak-anaknya memiliki jodoh yang masih satu kota dan satu negara dengan mereka. Karena dimasa tua, para orang tua tentu ingin berkumpul dengan anak cucunya dalam waktu yang relatif lama. Jika masih satu kota dan satu negara, peluang bertemu semakin besar dan sering. Berbeda dengan anak-anak mereka yang memutuskan untuk ikut bersama pasangannya ke luar kota atau bahkan luar negeri. 

Demi alasan kebahagiaan anak, para orang tua pasti mengharapkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Sehingga banyak orang tua yang terpaksa harus berpisah dengan anaknya yang sudah berstatus suami/istri orang. Namun, mayoritas anak perempuan-lah yang pergi meninggalkan orang tua mereka untuk ikut suaminya. 

Yang namanya jodoh memang tidak bisa kita sangka-sangka. Ada yang datang dari jauh, bahkan bisa saja tetangga kita adalah jodoh kita. Akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menjalin komitmen untuk hidup bersama dengan pasangan kita. Apabila sang suami berasal dari luar kota atau luar negeri, masih dimungkinkan terjadi kesepakatan bersama antara para pihak. Misalnya membangun rumah di satu kota yang sama dengan orang tua si istri. Dengan begitu orang tua istri dapat berjumpa dengan anaknya yang sudah menikah dengan mudah. Tidak perlu menunggu lebaran setahun sekali untuk bisa bertemu anaknya tersebut. Semua bisa dibicarakan dengan pasangan, asalkan pasanganmu bisa mengerti dan memahamimu sebagai anak perempuan. 

Shafira Candra Dewi