Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Muhammad Hafizh Ramadhan
Ilustrasi artis dan jet pribadi [Suara.com/Ema Rohimah]

Baru-baru ini, tarif endorse (rate card) yang diduga milik Rachel Vennya viral. Tertulis tarif endorse Rachel mulai dari Rp 12 juta sampai Rp 150 juta, tergantung jenis platform dan fitur media sosial yang digunakan.

Hal ini lantas ditanggapi beragam oleh warganet. Harga endorse Rachel Vennya itu langsung menuai pro kontra. Beberapa mempertanyakan apakah endorse influencer itu penting, sehingga harganya bisa semahal itu.

 Influencer marketing (industri pemasaran lewat influencer) adalah salah satu strategi penjualan yang tren belakangan ini.  Ia memanfaatkan influencer yang mempunyai banyak pengikut di media sosial untuk mempromosikan sebuah barang atau brand.

Industri ini bahkan bernilai 13,8 miliar USD secara global per Oktober 2021. Namun, harga kerja sama di industri ini sangatlah bervariasi dan tidak ada ketentuan soal tarif standar yang dipakai. 

Menyadur dari Later Blog, Direktur Penjualan Influence.co, Shane McCloskey mengatakan cukup sederhana dan tergantung dalam pengalamannya mengobrol dengan agensi maupun mitra merek. Sama sekali tidak ada standarisasi tentang bagaimana influencer mengenakan biaya untuk kolaborasi kemitraan. 

Meskipun demikian, ada aturan dasar yang biasanya digunakan pemasar digital internasional, yakni $100 per 10 ribu pengikut. Ada pula faktor-faktor tambahan yang jadi pertimbangan dalam menentukan tarif, misalnya tingkat keterlibatan pengikut (jumlah suka, komentar, dan bagikan), persona si influencer, bakat, durasi, ide, dan biaya produksi konten. 

Makanya, tidak heran sejumlah influencer punya tarif endorse yang fantastis. Lantas, apakah strategi marketing lewat influencer ini efektif?

Studi mendapati 88 persen konsumen di Asia Tenggara masih mempercayai rekomendasi iklan dari mulut ke mulut (word of mouth). Berarti, influencers mempunyai potensi besar untuk memengaruhi target konsumen. 

Macro-influencers yang pengikutnya di atas 100 ribu umumnya lebih disukai karena dianggap bisa menjangkau khalayak yang lebih luas. Akan tetapi, studi lain dari NeoReach, baru-baru ini menyimpulkan semakin besar pengikut influencer, semakin rendah ROI (laba/keuntungan atas investasi) atau return on investment-nya.

Micro-influencers bahkan dilaporkan 30% lebih menguntungkan dan 20% lebih baik daripada influencer makro dengan 1 juta pengikut. Ketua Kampanye Pemasaran Later, Lexie Carbone mengatakan, semakin hari tingkat keterlibatan di akun Instagram Influencer makro terus menurun.

Akibatnya, semakin banyak pemilik bisnis bermitra dengan Influencer Instagram yang memiliki pengikut kecil (mikro), tetapi punya tingkat keterlibatan audience yang lebih tinggi.

Ia menambahkan. salah satu manfaat terbesar bekerja dengan Influencer mikro adalah mereka cenderung mempertahankan tingkat keterlibatan yang lebih tinggi daripada yang sudah papan atas.

Muhammad Hafizh Ramadhan