Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Raysazahra A.M
Film Have a Song on Your Lips (JFF Theater)

Pengen nonton film Jepang yang seru tanpa harus keluar biaya? Mulai 1 Agustus hingga 31 Oktober 2025, JFF Theater kembali hadir dengan enam film pilihan yang bisa kamu tonton secara legal dan gratis langsung dari situs resminya.

Kali ini, film-film yang ditayangkan mengusung tema drama sekolah yang penuh lika-liku, serta potret kehidupan yang menenangkan lewat hangatnya sajian makanan.

Semuanya bisa kamu akses dengan mudah, cukup daftar dan login ke akun JFF di laman https://id.jff.jpf.go.jp/, lalu pilih film yang ingin kamu nikmati.

Biar nggak bingung mau mulai dari yang mana, berikut ini sinopsis singkat keenam film yang bisa kamu tonton gratis di JFF Theater pada bulan Agustus 2025.

1. The Scoop (2024)

Film The Scoop (JFF Theater)

Film The Scoop mengikuti kisah Tokoro Yui, seorang kutu buku sastra sekaligus penggemar berat penulis remaja misterius dengan nama pena Midorimachi Konoha.

Namun harapannya untuk bergabung dengan Klub Sastra di sekolah barunya kandas karena klub tersebut dikuasai oleh kelompok siswa elite yang tertutup bagi orang luar.

Satu-satunya peluang datang dari sang ketua klub, Saionji Mari yang mengizinkan Yui boleh bergabung dengan syarat ia harus berhasil mengungkap identitas asli sang penulis misterius.

Mengetahui bahwa Klub Surat Kabar yang beroperasi secara tidak resmi pernah mewawancarai Midorimachi, Yui pun menyusup dan mulai bekerja sebagai reporter pemula di sana. Namun, aksinya ini justru membuka tabir rahasia yang jauh lebih besar.

2. Have a Song on Your Lips (2015)

Film Have a Song on Your Lips (JFF Theater)

Diangkat dari novel karya Enichi Nakata, Have a Song on Your Lips menampilkan Yui Aragaki sebagai Yuri Kashiwagi, seorang mantan pianis jenius.

Suatu hari, ia diminta kembali ke kampung halamannya di Kepulauan Goto, Prefektur Nagasaki, untuk menggantikan teman semasa sekolahnya sebagai pembina klub paduan suara yang sedang bersiap mengikuti lomba nasional.

Padahal Yuri sendiri memiliki sikap dingin dan gaya mengajar yang jauh dari kesan guru pada umumnya.

Saat bergabung dengan klub paduan suara, ia memberi tantangan kepada para siswa dengan menulis surat untuk diri mereka sendiri di masa depan, tepatnya 15 tahun mendatang.

Seiring waktu, Yuri mulai mengenal para siswa satu per satu yang diam-diam menyimpan luka dan pergumulannya masing-masing. Dari situlah, Yuri tanpa sadar dipaksa menghadapi masa lalunya sendiri.

3. The Zen Diary (2022)

Film The Zen Diary (JFF Theater)

The Zen Diary terinspirasi dari esai karya sastrawan Tsutomu Mizukami. Disutradarai dan ditulis oleh Yuji Nakae, film ini bukan sekadar adaptasi, melainkan sebuah kisah orisinal yang lahir dari kekayaan alam dan filosofi hidup dalam buku tersebut.

Ceritanya mengikuti Tsutomu, seorang penulis yang memilih hidup menyendiri di sebuah rumah terpencil di pegunungan Nagano.

Ia mengisi hari-harinya dengan menulis, memasak hasil panen sendiri, sembari menikmati perubahan musim lewat rasa dan aroma.

Sesekali, kekasihnya dari Tokyo yang juga berprofesi sebagai editor, Machiko datang berkunjung. Bagi mereka, memasak dan makan bersama menjadi momen berharga, lebih dari sekedar mengisi perut.

Namun di balik itu, Tsutomu rupanya menyimpan beban batin, di mana ia belum mampu menguburkan abu istrinya yang telah meninggal 13 tahun lalu.

4. Come Back Anytime (2021)

Film Come Back Anytime (JFF Theater)

Selama lebih dari 40 tahun, Ueda Masamoto bersama sang istri telah mengelola sebuah kedai ramen legendaris Bizentei yang berlokasi di Chiyoda, Tokyo.

Lewat racikan ramen yang sederhana nan menggugah, kedai ini jadi bagian penting dari kehidupan banyak pelanggannya.

Tak hanya merekam rutinitas dapur dan kisah dari balik meja makan, film dokumenter ini menelusuri perjalanan panjang Bizentei sejak pertama berdiri, hingga momen penting saat mereka harus pindah lokasi, dan akhirnya bersiap untuk tutup.

Penonton juga diajak ikut dalam akhir pekan sang pemilik, mulai dari berburu rebung di pegunungan, menggali ubi liar, serta menunjukkan bagaimana hasil alam itu kembali diolah dan disajikan di kedai.

Disutradarai oleh pembuat film asal Amerika, dokumenter ini menyuguhkan potret hangat tentang dedikasi, kebersahajaan, dan hubungan manusia yang terjalin lewat semangkuk ramen.

5. Takano Tofu (2023)

Film Takano Tofu (JFF Theater)

Berlatar di kota pelabuhan Onomichi, Prefektur Hiroshima, film ini menyajikan kisah heartwarming antara seorang ayah pekerja keras yang menjalankan usaha tahu tradisional, dengan putrinya.

Tatsuo Takano, dan putrinya, Haru, menjalani hari-hari mereka dengan masuk ke dapur toko tahu sebelum matahari terbit dan memproduksi tahu berkualitas dari kedelai pilihan.

Dalam rutinitas itu, mereka juga berbagi tawa dan cerita bersama para pelanggan dan rekan-rekan lama yang telah menjadi bagian dari komunitas kecil mereka.

Suatu hari, Tatsuo didiagnosis mengidap penyakit jantung. Merasa khawatir akan masa depan sang putri, ia pun meminta bantuan teman-temannya untuk mencarikan pasangan yang bisa mendampingi Haru kelak.

6. Mottainai Kitchen (2020)

Film Mottainai Kitchen (JFF Theater)

Film dokumenter ini mengikuti perjalanan pembuat film dan aktivis makanan asal Austria, David Gross, yang menunjukkan bagaimana cara menyelesaikan masalah food waste.

Berangkat dari fakta bahwa sepertiga makanan yang diproduksi di dunia terbuang sia-sia sebelum sempat disantap, David Gross datang ke Jepang yang setiap tahunnya membuang sekitar 6,43 juta ton makanan.

Bersama rekannya, Niki, ia memulai perjalanan keliling Jepang menggunakan food truck modifikasi yang dijuluki kitchen car.

Dalam setiap perhentiannya, David Gross membuka Mottainai Kitchen, dapur keliling yang menyajikan hidangan lezat dari bahan makanan yang seharusnya dibuang.

Dengan menggandeng para koki lokal, ia menyulap makanan sisa menjadi sajian menggoda sekaligus mengajak masyarakat melihat isu food waste dari sudut yang lebih positif sekaligus kreatif.

Raysazahra A.M