Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Dhiya Salma
Ilustrasi media sosial (Pexels)

Apakah kamu pernah merasa cemas ketika ketinggalan informasi di media sosial? atau malah merasa biasa saja jika jauh dari sosial media? Ternyata, hal tersebut ada istilahnya, yaitu FOMO (Fear of Missing Out) dan JOMO (Joy of Missing Out). Mungkin kedua istilah ini sudah terdengar tidak asing lagi untuk kamu. Akan tetapi, mari berkenalan lebih jauh mengenai dua kondisi ini, yuk!

Seperti yang kita ketahui bahwa di era globalisasi, masyarakat tidak akan jauh dari yang namanya media sosial. Bahkan media sosial menjadi sesuatu hal yang wajib dimiliki untuk sebagian masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan seseorang dapat mengalami sindrom FOMO atau bisa saja sindrom JOMO.

Apa itu FOMO dan JOMO?

FOMO (Fear of Missing Out) adalah kondisi di mana seseorang merasakan kegelisahan, ketakutan, bahkan kecemasan apabila tertinggal informasi yang beredar di media sosial. Biasanya, orang yang mengalami sindrom ini akan memiliki gejala-gejala, seperti tidak dapat melepaskan diri dari ponsel, terobsesi terhadap status dan postingan orang lain, dan dirinya merasa wajib untuk mengunggah sesuatu di sosial media. Lamanya seseorang dalam mengakses media sosial juga dapat menjadi faktor pemicu sindrom FOMO.

Adanya sindrom FOMO dapat mendorong seseorang untuk menciptakan kehidupan virtual yang tidak kalah menarik. Ketika seseorang tersebut tidak ingin tertinggal, ia akan mengunggah apa pun di media sosial seperti kehidupan pribadinya. Apabila seseorang yang mengalami sindrom ini tidak mengunggah apa pun, mereka akan merasa ada sesuatu yang salah di dalam dirinya. Jika hal ini terus diabaikan maka akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan.

Selain sindrom FOMO, ada istilah yang berlawanan dengan sindrom ini, yaitu JOMO (Joy of Missing Out). JOMO adalah kondisi di mana seseorang bisa jauh dari ponselnya dan lebih berfokus pada kegiatannya di dunia nyata. JOMO mendorong seseorang untuk merasa lebih santai dalam menjalani hidupnya dengan tidak ketergantungan terhadap sosial media.

Selain itu, gaya hidup ini akan melatih seseorang untuk tidak terobsesi pada sosial media sehingga tanpa sosial media, mereka bisa tetap bahagia. Gaya hidup JOMO dapat membawa pengaruh baik bagi kesehatan tubuh maupun psikis. Jadi, apakah kamu mengalami sindrom FOMO atau justru JOMO?

Dhiya Salma