Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Fathorrozi Ledokombo
Sumber: Pixabay.com/fathorrozi

Diera yang serba canggih ini, kita tidak mau tertinggal dari perkembangan zaman. Dalam komunikasi berjarak jauh pun kita dimanja oleh teknologi. Akhir-akhir ini kita sudah akrab dengan platform pengantar pesan yang terinstall di HP android, baik berupa Whatsapp, Messenger, Instagram, Twitter, Facebook, ataupun aplikasi lain. Lantaran hadirnya program-program tersebut, tidak lagi sulit kita berinteraksi bersama kerabat, saudara atau keluarga kita.

Kaitannya dengan beberapa program tersebut, ada norma dan adab yang perlu kita patuhi agar komunikasi berlangsung aman, sopan dan terkendali. 

Apa saja adab dalam bermedia sosial itu? Berikut penjelasannya.  

1. Hindari sebar berita hoaks

Tanpa bisa kita hindari, berita datang silih berganti begitu saja di depan kita. Berita satu dengan kabar lainnya datang silih berganti. Kadang pula bertumpang tindih sebab datangnya berita tersebut bersamaan dari sumber yang bermacam-macam. Dari satu persoalan ke persoalan yang lain. Bahkan, satu persoalan disorot dari arah yang berbeda sehingga melahirkan kabar yang juga berbeda. 

Dari itu, kita perlu bijak menanggapi kabar yang beredar. Kita perlu saring dulu sebelum sharing. Harus melewati cek & ricek sebelum kabar tersebut kita sebar. Sebab, sadar atau tidak, kita yang menyebar berita hoaks, telah menyebarkan berita yang tidak benar, dan menyebarkan berita yang tidak benar termasuk perbuatan dosa. 

2. Jauhi ujaran kebencian

Mulutmu harimaumu. Itu bagi kita yang sering berbicara tanpa kendali. Memang kita harusnya berpikir seribu kali dulu sebelum mengucapkan perkataan kita kepada orang lain. Harus melewati pertimbangan yang panjang. Harus memikirkan maslahat dan mafsadatnya terlebih dahulu. Harus banyak memperhitungkan, mana yang lebih banyak antara manfaat dan bahayanya. Jika lebih banyak manfaat, maka katakanlah. Jika hanya memunculkan kebencian dan keresahan, maka lebih baik diam saja.

Seiring perkembangan zaman, mulut kita yang berkata diganti dan diambil alih oleh jari kita yang menari lincah di layar handphone. Maka, adagium “mulutmu harimaumu”, otomatis berubah menjadi “jarimu harimaumu”. Kita harus berhati-hati saat di depan layar handphone, jangan sekali-kali menulis kalimat yang mengandung ujaran kebencian, dendam atau fitnah, sebab hal tersebut akhirnya akan mengakibatkan pertengkaran, bahkan permusuhan yang panjang masanya. 

3. Komentar yang baik atau abaikan saja

Saat tanpa sengaja mata kita membaca status atau story teman yang alay, lebay, bucin atau semacamnya, kita abaikan saja. Cukup baca saja tanpa harus mengomentari. Jika terpaksa, tidak tahan untuk berkomentar, maka berilah komentar sewajarnya yang tidak sampai mencenderai hati. Sebab, jika itu terjadi, maka luka akan terbalas luka. Dari itu, bijaklah dalam berkomentar. Jika tidak bisa berkomentar yang baik, maka lebih baik tidak usah komentar, cukup lewati saja, atau biarkan orang lain saja yang menanggapi.

Ketika orang lain mengomentari status kita dengan komentar pedas memedihkan hati, mending kita cari aman saja, mengalah saja. Tak selamanya mengalah pertanda lemah. Mengalah adalah sebuah langkah mencari selamat, agar tidak jatuh di jurang yang sama.

Inilah tiga adab atau tatakrama bersosial media yang perlu kita terapkan demi kemaslahatan pribadi, golongan dan khalayak pengguna media sosial. Mari kita mulai dari kita. Mari kita mulai dari sekarang. Kalau bukan kita, siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi.

Fathorrozi Ledokombo