Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Wahyu Panca Handayani
Ilustrasi orang yang tengah bahagia. (Unsplash/AntoninoVisalli)

Belum menikah di atas usia 25 tahun di tengah situasi konstruksi sosial seperti Indonesia, memang kerap membuat tekanan tersendiri, terutama bagi perempuan. Meskipun kalian santai dan tak terlalu merisaukan hal tersebut, tetapi orang-orang di sekitar akan terus memborbardir dengan pertanyaan “kapan nikah” di hampir setiap kesempatan seolah merekalah penentu hidup kalian.

Tak jarang juga, ada saja keluarga atau bahkan tetangga yang akan seenaknya menjodohkan kalian tanpa mempertimbangkan pendapat kalian. Belum lagi, kalian juga harus berhadapan dengan berbagai komentar-komentar miring seperti enggak laku, terlalu mengejar karier, jual mahal, pendidikannya terlalu tinggi, atau bahkan ketempelan jin. Miris, bukan?

Padahal sejatinya, yang namanya menikah tidak ada kata telat. Semua punya waktunya masing-masing. Kata "telat" dibersamai dengan "menikah" bisa ada,  tentu karena stigma buatan masyarakat. Belum lagi stigma yang mengatakan bahwa semua orang harus dan wajib menikah dengan mengatasnamakan agama. Lantas, mereka (terutama perempuan) akan dijadikan bahan gunjingan jika memilih untuk tidak menikah atau telat menikah di usia yang dikotakkan konstruksi sosial.

Pada akhirnya, tanpa disadari, kita ikut terjerumus menargetkan usia pernikahan sesuai konstruksi sosial yang ada dan menjadikan sebuah pernikahan sebagai pilihan akhir dari kebahagian dalam hidup, meskipun jauh di dalam sana belum siap atau mengerti apa sebenarnya itu pernikahan. Kalau kalian menjalaninya hanya karena mengikuti konstruksi sosial tanpa mengetahui sebenarnya apa itu pernikahan bahkan alasan di balik kalian menikah, tentu berbagai permasalahan akan muncul menyelimuti. Lalu, siapa yang akan paling merasakan kerugiannya? Tetangga yang kerap menggunjingmu? Orang tua? Konstruksi sosial? Stigma? Tentu bukan, tapi kalian sendiri.

Oleh karena itu, janganlah selalu mau hidup di bawah kontruksi sosial atau titah orang lain. Kamu berhak bahagia dan merdeka. Teruntuk kalian, yang belum siap menikah dan saat ini tengah berjuang melawan segala pertanyaan "kapan menikah?," ketahuilah bahwa kalian tidak salah apa pun. Tidak perlu risau! Sebab nyatanya, telat menikah (setidaknya begitu yang dikatakkan konstruksi sosial) sebenarnya tidak semengerikan itu, lho. Justru, kalian akan memiliki banyak keuntungan yang mungkin saja membuat mereka yang sudah menikah iri pada kalian. Apa saja keuntungan telat menikah? Simak ulasannya berikut ini!

1. Dapat Menyiapkan Diri Secara Finansial

Sebelum terburu-buru melepas masa lajang, ada baiknya kalian memberi waktu pada diri sendiri untuk mengumpulkan pengalaman kerja dan tabungan yang cukup. Meskipun rezeki bisa datang dari berbagai arah yang tak terduga, kesiapan finansial tetap saja perlu dipersiapkan secara matang-matang.

Bagaimanapun juga, masalah keuangan kerap menjadi batu sandungan terbesar dalam rumah tangga. Tak jarang, hubungan yang sebelumnya harmonis bisa tiba-tiba retak dan berakhir ke perceraian hanya karena masalah finansial.

Dengan mengumpulkan sedikit tabungan, kalian akan memiliki modal awal untuk berumah tangga nantinya. Kalaupun pada akhirnya keuangan kalian masih belum mencukupi, paling tidak kalian sudah memiliki pengalaman kerja yang cukup yang bisa saja membantu menstabilkan masalah keuangan rumah tangga.

2. Punya Wawasan yang lebih Luas

Belum menikah di usia kepala tiga justru memberi kalian kesempatan untuk memperluas wawasan dalam banyak hal. Wawasan tersebut tentu saja bisa kalian dapatkan dalam berbagai bentuk, baik pendidikan maupun pengalaman hidup.

Selagi tak terikat dengan status sebagai seorang istri ataupun ibu, kalian bebas menjelajahi banyak tempat untuk mengembangkan keterampilan dan melanjutkan sekolah setinggi mungkin. Kalian juga akan melalui berbagai pengalaman dan pelajaran hidup yang mungkin saja tak akan bisa kalian pelajari jika kalian menikah di usia muda.

Selain itu, kalian juga dapat belajar banyak dari orang lain yang telah lebih dulu menikah. Dengan mempelajari pengalaman dan permasalahan rumah tangga teman dan kerabat, kalian akan memiliki pandangan yang lebih jelas dan nyata tentang sebuah pernikahan.

3. Bebas Jadi Diri Sendiri

Keuntungan dari telat menikah yang tentunya bakal bikin kalian bangga adalah kalian bebas menjadi diri sendiri. Harus diakui, menikah merupakan keputusan yang sama sekali tak mudah, dan tak semua orang dapat menjalaninya di usia yang sama.

Menikah artinya kalian akan memiliki tanggung jawab besar sebagai seorang istri dan ibu. Belum lagi, kalian juga harus mengikuti tradisi keluarga dan juga terjun ke masyarakat. Karena itulah, tak ada salahnya jika kalian memanfaatkan waktu lajang kalian untuk sepenuhnya menjadi diri sendiri.

Dengan tidak terburu-buru menikah, kalian bebas menikmati masa muda kalian sepuas mungkin, melakukan banyak hal yang ada di bucket list kalian, ataupun traveling mengelilingi Asia atau bahkan Eropa tanpa khawatir meninggalkan kewajiban kalian di rumah.

4. Lebih Dewasa dan Matang Secara Emosi

Meskipun sering dianggap terlambat atau telat, menikah di usia 30-an nyatanya justru dapat membuat kehidupan rumah tangga kalian lebih harmonis, lho. Bukan tanpa alasan, di usia tersebut kalian akan lebih dewasa dan matang berkat semua pengalaman hidup yang pernah kalian lalui.

Setelah melewati krisis identitas di usia seperempat abad, kalian akan lebih mengenal diri kalian sendiri dan apa yang kalian inginkan. Kalian juga sadar bahwa tidak baik terlalu menggantungkan harapan pada pasangan, yang pada akhirnya hanya akan menuntun pada pertengkaran.

Jika di awal usia 20 tahunan kalian cenderung meledak-ledak, kini kalian dapat mengendalikan emosi dengan lebih baik. Cara kalian dalam menyelesaikan konflik rumah tangga juga semakin bijak. Dengan demikian, kecekcokan dalam rumah tangga juga dapat lebih diminimalisir, dan hubungan kalian juga akan lebih hangat dan langgeng.

5. Dapat Berbakti Pada Orang Tua

Memang, hampir semua orang tua tak menuntut balas budi apa pun dari anak-anak mereka. Bahkan, mereka juga tak masalah meskipun pada akhirnya harus hidup kesepian begitu anak-anak mereka menikah dan sibuk dengan keluarga kecilnya sendiri-sendiri.

Nah, dengan menikah lebih telat dari orang-orang pada umumnya, kalian akan memiliki lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama kedua orang tua kalian. Selain itu, kalian juga dapat menyisihkan sebagian penghasilan kalian untuk memenuhi kebutuhan mereka dan bahkan menyenangkan mereka.

Itulah lima keuntungan dari telat menikah. Tidak menyeramkan seperti anggapan orang-orang, bukan? Justru, kalian punya lebih banyak kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lho. Lagipula, semua orang memiliki waktu mereka masing-masing sehingga tak perlu terlalu terburu-buru mengikuti orang lain. Apabila kalian bertanya bagaimana cara memberitahukan ke orang-orang bahwa perempuan tidak berhak dijuluki label-label hina hanya karena memilih untuk telat menikah, yakni buktikan bahwa kamu berdaya.

Wahyu Panca Handayani