Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Harrafi Mulki
Ilustrasi Menikah (Pexels/Tien Dung)

Nikah muda menjadi tren generasi milenial masa kini. Meskipun banyak dari orang tua kita dulu juga menikah di umur 17 tahun bahkan ke bawah, tetapi tren itu kini kemudian banyak kembali digaungkan. Massifnya peredaran video tentang asyiknya nikah muda atau hal-hal positif yang akan diterima setelah menikah banyak tersebar luas di media sosial.

Instagram, Facebook dan YouTube menjadi platform terbanyak yang dilihat oleh generasi milenial zaman sekarang. Motivasi itu datang dan berangkat dari apa yang mereka lihat, dengarkan, dan pahami. Sebagai disclaimer, bahwa tulisan ini sama sekali tidak menyinggung atau menyalahkan banyaknya anak muda yang sudah menikah di usianya. 

Namun, jika kamu termasuk salah satu orang yang ingin menikah muda, artikel ini adalah cocok untuk karena bisa membantu mempertimbangkan matang-matang. Lalu, apa saja yang harus kamu refleksikan sebelum menikah di usia muda?

1. Untuk Apa Kamu Menikah?

Sebelum melakukan ijab qobul, perjanjian pernikahan, ataupun penyerahan dan peresmian pernikahan pada agama masing-masing, kamu harus tau dulu untuk apa tujuan menikah. Kamu harus memastikan bahwa dirimu telah siap untuk menikah. Menikah bukan hanya sekedar 1-2 tahun saja. Menikah bagai mengarungi luasnya samudra. Kamu menggunakan kapal untuk menjelajahi luasnya lautan yang tidak berujung.

Cari tahu terlebih dahulu untuk apa kamu ingin mengarungi luasnya samudra bersama pasangan. Apa yang kamu cari dan inginkan atas sebuah pernikahan. Ketika sudah berfikir matang, maka mungkin kamu sudah siap menikah. Menikah harus punya visi agar tak karam.

2. Kematangan ekonomi, fisik, dan mental

Tahukah kamu, bahwa tingginya tingkat perceraian disebabkan oleh faktor ekonomi? Faktor ekonomi sangat memengaruhi kualitas rumah tangga. Apakah kamu sering mendengar keluh kesah istri dari teman-teman mu tentang kebutuhan rumah tangga yang harus selalu terpenuhi. Coba refleksikan kepada dirimu bahwa kamu sudah siap secara ekonomi. 

Lalu, apakah kamu tahu juga bahwa kematangan fisik dan mental ikut memengaruhi kualitas rumah tangga? Untuk fisik, maka kamu sudah harus siap bekerja banting tulang untuk keluarga. Dari bekerja, hingga kepada hubungan seksual antar suami istri. Kalian sudah harus menyiapkan diri kalian untuk itu. Kesiapan mental juga akan menjadi penentu bertahan dan berakhirnya keluarga. Ibaratnya, mental akan menentukan ketahananmu untuk selalu bertahan atau tidak ketika menghadapi masalah bersama pasangan. Karena tentunya pernikahan tidak akan selalu mulus layaknya rencana-rencana yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

3. Menikah bukan sekedar bermain

Menikah adalah ritual sakral yang menjadi turning point (titik balik) di mana kamu dituntut untuk mengurus segala sesuatunya sendiri. Kamu tidak bisa lagi bergantung kepada orang tua tentang apa-apa saja yang tengah kamu hadapi bersama keluarga. 

Menikah muda tidak masalah jika memang sudah siap secara fisik, mental, keuangan, dan sebagainya. Namun, perlu kembali dipikirkan matang-matang tentang apa yang akan kamu hadapi ke depannya jika sudah berkeluarga ya. Siapkah kamu memikul tanggung jawab rumah tangga?

Harrafi Mulki