Cara pengasuhan tiap orangtua berbeda-beda. Selain tergantung dari karakter anak yang juga beragam, perbedaan pola asuh tersebut juga dapat disebabkan pengetahuan mengenai ilmu parenting di tiap orangtua yang enggak sama.
Salah satu cara pengasuhan anak yang sering diterapkan ke anak adalah sikap otoriter. Berikut akan diulas beberapa alasan kenapa cara pengasuhan seperti ini sebaiknya dihindari. Ada banyak dampak buruk yang bisa terjadi. Mari disimak!
1. Anak jadi enggak dekat dengan orangtuanya
Hal buruk pertama yang bisa terjadi apabila kamu bersikap otoriter terhadap anak, yakni hubungan antara anak dan orangtua jadi enggak dekat. Siapa, sih, yang bakal nyaman berada di lingkungan yang selalu bikin stres? Itulah yang terjadi bila segala kemauanmu ingin selalu dituruti oleh anak tanpa memberi ruang kebebasan untuknya.
Sebagai orangtua tentunya menginginkan yang terbaik bagi anak. Hanya saja, yang perlu kamu sadari, baik bagimu belum tentu baik bagi anak karena itu tadi, tiap anak bisa punya karakter serta keinginan yang berbeda-beda.
2. Salah pergaulan
Anak yang selalu tertekan akibat sikap otoriter orangtua bisa membuatnya salah jalan. Ia akan memilih teman-teman yang bisa membuatnya bahagia, nyaman, serta merasa bebas.
Sayangnya, kebebasan ini yang sering kali kebablasan. Anak jadi salah pergaulan, misalnya bergaul dengan mereka yang suka menggunakan narkoba. Alasannya, hal itu bisa bikin bahagia.
3. Anak jadi pembangkang
Salah satu masalah yang sering dikeluhkan orangtua, yakni anak susah banget nurut. Nah, coba evaluasi kembali bagaimana pengasuhannya.
Pengasuhan yang terlalu otoriter bisa membentuk anak jadi pembangkang, lho. Bertahun-tahun harus didikte orangtua membuatnya jadi jengah, dan kamu enggak lagi dihormati sebagai orangtua. Jadinya susah dibilangin, deh.
4. Anak tak bahagia
Sebagai orangtua yang baik, tentunya kamu ingin agar anak bisa hidup bahagia, kan? Semua yang kamu lakukan selama ini bahkan tujuan sebenarnya demi melihat dia bahagia tentunya?
Sayangnya, justru dengan bersikap otoriter anak jadi enggak bahagia. Ia harus selalu menuruti kemauan orangtuanya, bahkan sampai mematikan keinginannya sendiri.
Dari uraian tadi bisa disimpulkan bahwa pola pengasuhan otoriter sebaiknya dihindari. Memang, anak bisa jadi lebih disiplin, tapi harus dibayar dengan harga yang mahal, salah satunya anak jadi tak bahagia menjalani kehidupannya.
Baca Juga
-
Hottest Merapat! Lee Jun Ho 2PM Umumkan Tur Konser pada Januari 2025 Mendatang
-
Min Hee-jin Mantap Ambil Langkah Hukum Usau Tinggalkan ADOR
-
Sejarah Baru! ATEEZ Jadi K-Pop Artist Ketiga dengan Album No. 1 Billboard
-
Jeongnyeon: The Star Is Born, Puncaki Peringkat Drama Korea dan Aktor Terbaik
-
Nantikan! Ji Seung Hyun dan Jung Hye Sung Siap Menghibur di Film Aksi Komedi Baru
Artikel Terkait
-
Persija Jadi Alasan Jakmania Pilih Pram-Rano di Pilkada DKI? Ini Kata Pentolannya
-
Intervensi Dini: Kunci Pengembangan Anak Neurodivergent Menurut Para Ahli
-
Bisa Melawan Koalisi Jahat, Pentolan Garis Keras Jakmania Senang Pramono Menang: Jangan Remehkan Anak Jakarta
-
Berapa Anak Asri Welas? Kini Gugat Cerai Suaminya Galiech Ridha Rahardja
-
6 Anak Artis yang Dapat Kado Mobil Mewah, padahal Masih Balita
Lifestyle
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat
-
Gambarkan Kepribadian Ceria dan 'Ekstrovert' Lewat Aroma Parfum yang Tepat
-
3 Serum Korea Mengandung Ekstrak Beras, Bikin Kulit Cerah dan Awet Muda
-
Pilihan Hemat nan Bijak! 4 Jenis Barang yang Aman Dibeli Preloved
Terkini
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Review Gunpowder Milkshake: Ketika Aksi Bertemu dengan Seni Visual
-
Memerankan Ibu Egois di Family by Choice, Kim Hye Eun: Saya Siap Dihujat
-
Alfan Suaib Dapat Panggilan TC Timnas Indonesia, Paul Munster Beri Dukungan
-
Berbau Seksual, Lirik Lagu Tick Tack English Ver. Karya ILLIT Dikecam Penggemar