Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Vallencia Zhang
Ilustrasi Orang jatuh cinta. (Pixabay.com)

Ada kalimat yang mengatakan, cinta itu buta. Namun, yang lebih tepat mungkin, cinta itu membutakan setiap pikiran manusia yang merasakannya. Karena, banyak orang yang seketika menjadi bodoh hanya karena masalah cinta, seolah-olah semua akal budi yang diciptakan oleh Tuhan sia-sia. 

Tentunya, kita semua pernah berada di posisi ini, dibutakan oleh cinta. Contoh paling sederhana yang dapat diambil ialah ketika cinta kita sudah ditolak mentah-mentah oleh orang yang kita sukai, diacuhkan, bahkan dicampakkan, namun kita tetap setia dan tidak bisa melupakannya. Lihat, bagaimana cara cinta bekerja dalam membutakan pikiran manusia? 

Seorang penulis, antropolog, sekaligus ahli pengamat perilaku dari Amerika Serikat yang bernama Helen Fisher bersama dengan timnya melakukan penelitian dan berusaha mencari tahu alasan seseorang susah melupakan orang yang telah menolaknya. Penelitian yang dilakukan melibatkan 5 orang pria dan 10 wanita yang mengaku baru saja ditolak cintanya. 

Dalam Journal of Neurophysiology, penelitian ini dilakukan dengan cara scan otak. Peserta diminta untuk mengamati foto orang yang telah menolaknya, kemudian beberapa foto orang yang mereka kenal, namun tidak mereka cintai dan hasil riset membuktikan bila otak manusia lebih bisa bekerja aktif ketika melihat seseorang yang telah lama dikagumi. Sebaliknya, mereka dapat bersikap biasa-biasa saja ketika melihat foto orang yang tidak mereka sukai. 

Lebih lanjut, para peneliti kemudian menyampaikan beberapa teori yang sekiranya dapat memberi penjelasan sekaligus alasan kenapa kita cenderung susah melupakan sekaligus move on dari orang yang telah menolak cinta kita.

Melansir hellosehat.com, berikut 3 alasan kenapa susah move on walau sudah ditolak:

1. Rasa penasaran

Jika hasil penelitian yang tadi dilakukan dibandingkan, maka otak peserta cenderung lebih aktif bereaksi terhadap foto orang yang mereka cintai, meskipun mereka telah mengalami penolakan. 

Menurut Fisher dan rekannya, hal ini dikarenakan, penolakan yang terjadi merangsang bagian otak yang berkaitan dengan hasrat, motivasi, dan juga rasa keingintahuan. 

Sederhananya, ketika kita ditolak dan diabaikan oleh orang yang kita cintai, maka akan tumbuh rasa penasaran yang kemudian membuat kita bertanya-tanya, “Kenapa dia menolak dan mengabaikanku?” Ibaratnya, semakin ditolak, justru kita malah semakin dibuat penasaran. Hal inilah yang kemudian memacu kita untuk tetap mendekati orang tersebut, meskipun telah diberikan beberapa kali penolakan. 

2. Kecanduan 

Di dalam penelitian, ditemukan fakta unik adanya aktivitas bagian depan otak yang berkaitan dengan alasan kenapa kita sulit melupakan orang yang telah menolak kita. 

Bagian depan otak adalah tempat yang berperan mengatur naik-turun emosi dan reaksi candu akan sesuatu hal. Seperti seseorang yang kecanduan merokok atau mengonsumsi obat-obatan terlarang, maka orang yang sudah berkali-kali ditolak juga demikian. Mereka sudah kecanduan dengan rasa cinta yang mereka rasakan, sehingga mereka membutuhkan obat penawar. 

Dan, satu-satunya obat penawar yang mereka butuhkan ialah orang yang mereka cintai tersebut. Tanpa disadari, pikiran ini yang kemudian membuat kita semakin terlarut dan susah untuk menjauhi sosok tersebut, mengingat hati yang sudah terbiasa dipenuhi oleh sosoknya 

3. Semakin kita ditolak, maka kita menganggap kualitas orang tersebut semakin tinggi

Ketika kita ditolak, maka kita akan menganggap bila orang tersebut cenderung memiliki nilai dan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan orang lain. Sehingga, semakin dia menolak, maka kadar kesulitan untuk mendapatkannya juga semakin susah yang kemudian membuat kita semakin berselera untuk mengejarnya. 

Kesimpulan ini dianggap serupa dengan teori evolusi manusia yang di mana menjelaskan bahwa sudah menjadi sifat alami seseorang untuk mengejar pasangan yang dianggap lebih bernilai tinggi untuk mengisi hatinya. 

Itu adalah 3 alasan kenapa kita susah move on walau sudah ditolak berkali-kali. Apakah kamu juga merasakannya? 

Vallencia Zhang