Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Sapta Stori
Ilustrasi seseorang yang memberi kepada orang lain (Unsplash.com/Elaine Casap)

Sebagai manusia, sudah sepatutnya kita senantiasa berusaha untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik. Berbuat kebaikan menjadi salah satu bukti bahwa kita memiliki perangai yang elok, juga rasa kasih sayang dan empati kepada sesama.

Namun, tak hanya sekadar berbuat baik, ada hal penting yang harus senantiasa menyertai kebaikan yang kita lakukan, yakni ketulusan. Ketulusan harus kita latih dan tanamkan dalam diri kita saat berbuat kebaikan, karena ketulusan yang kita miliki akan membawa manfaat bagi diri kita sendiri, beberapa di antaranya sebagai berikut.

1. Hati menjadi lebih ringan dan lapang

Berbuat kebaikan kepada orang lain memang terasa menyenangkan, apalagi jika disertai dengan hati yang tulus. Dengan begitu, kita tidak akan menganggap bahwa berbuat kebaikan adalah sebuah beban untuk kita, tapi justru menjadi suatu kebutuhan tersendiri dalam diri kita. Kebaikan yang tulus akan melahirkan hati yang ringan dan lapang.

2. Tidak merasa orang mesti berterima kasih atau membalas kebaikan kita

Ketika kita tulus dalam berbuat kebaikan, kita tidak akan merasa bahwa kebaikan yang kita lakukan menjadi tanggungan bagi orang lain. Karenanya, kita tidak akan merasa bahwa orang yang menerima kebaikan kita berkewajiban untuk berterima kasih kepada kita atau membalas kebaikan kita.

Pamrih dalam berbuat baik hanya akan menghasilkan kekecewaan, terlebih jika kita tidak menerima ucapan terima kasih atau orang yang menerima kebaikan kita tidak membalas dengan hal serupa. Akibatnya, kita tidak akan lagi semangat dalam berbuat kebaikan, karena tidak menerima respon yang kita inginkan dari orang lain.

3. Terhindar dari mengungkit-ungkit kebaikan diri

Ketika kita tulus dalam berbuat baik, kita terhindar dari mengungkit-ungkit kebaikan yang telah kita lakukan kepada orang lain. Mengungkit apa yang telah kita berikan hanya akan menyakiti penerimanya dan membuat kebaikan yang kita lakukan menjadi tidak berarti.

Hendaknya kita senantiasa berusaha tulus dan ikhlas saat berbuat kebaikan, agar kebaikan itu kembali kepada diri kita. Sebab, kita pun berbuat kebaikan bukan semata-mata karena kemampuan diri kita sendiri, melainkan Tuhan yang memampukan kita untuk melakukannya.

Sapta Stori