Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Habil Samsuri
Ilustrasi pengguna Instagram (Pexels/cottonbro)

Pada zaman sekarang dengan teknologi yang semakin berkembang, media sosial adalah bagian integral dari kehidupan digital manusia. Khususnya untuk usia remaja, yang menjadikan media sosial sebagai kebutuhan sehari-hari yang bisa menjadi menimbulkan dampak buruk.

Hubungan yang dimiliki remaja dengan platform media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Twitter berkontribusi pada krisis kesehatan mental yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut Psikolog Universitas New York, kesehatan mental remaja telah memburuk dengan cepat sejak 2010, bertepatan dengan munculnya media sosial.Krisis ini khusus terjadi pada gangguan perasaan seperti kecemasan dan depresi. Remaja yang menggunakan ponsel mereka empat sampai lima jam sehari secara signifikan lebih mungkin mengalami depresi daripada remaja yang menggunakan ponsel mereka satu jam atau kurang per hari. Berikut 3 cara Instagram mengubah cara pandang remaja terhadap pikiran diri sendiri.

1. Menyebabkan penurunan kepercayaan diri

Salah satunya penyebab karena dampak selfie pada kepercayaan diri dan kesejahteraan fisik remaja. Suatu penelitian menemukan bahwa selfie, posting, dan melihat memiliki efek negatif pada suasana hati dan kepercayaan tubuh remaja. Ini karena mengunggah foto diri sendiri terutama digunakan sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan dan validasi teman sebaya. Semakin penting orang menempatkannya, semakin tinggi peluang mereka untuk merasa tidak mampu.

Para ilmuwan juga mencatat bahwa melihat selfie bisa sama buruknya dengan mengunggahnya. Ini karena apa yang dilihat oleh remaja hampir selalu bentuk wajah yang dipentaskan dan diedit secara strategis, tetapi remaja menganggapnya seolah-olah itu adalah hal yang nyata. 

2. Menyebabkan peningkatan objektivitas diri

Belajar mengevaluasi diri sendiri dari sudut pandang orang ketiga yang berfokus pada penampilan adalah proses yang dikenal sebagai objektivitas diri. Proses ini mendorong orang, terutama wanita, untuk mengidealkan jenis tubuh tertentu dan berusaha mencapainya. Perspektif orang-orang terhadap tubuh yang ideal yaitu harus kurus. 

Ditemukan dari suatu penelitian bahwa remaja, terutama perempuan lebih menghargai penampilan daripada kompetensi. Itu semua dapat disimpulkan bahwa media sosial dapat berkontribusi pada masalah citra tubuh lebih dari media tradisional karena melihat dan berbagi gambar seksual tubuh menjadi pengalaman yang dibagikan secara sosial pada platform media sosial.

3. Menanamkan suasana pengawasan

Remaja yang menjadi pengguna media sosial terlibat dalam proses timbal balik yang dikenal sebagai "pengawasan sosial" di mana mereka tidak hanya mengelola posting mereka sendiri dengan hati-hati, tetapi juga memeriksa konten yang diunggah orang lain di profil dan pembaruan mereka atau bisa disebut stalker. Naluri pengawasan ini sering lebih kuat di kalangan remaja karena kebutuhan mereka akan umpan balik dari teman sebayanya serta kecenderungan mereka untuk terlibat dalam perbandingan sosial.

Itulah tiga cara Instagram mengubah cara pandang remaja terhadap pikiran diri sendiri. Pengawasan sosial dapat berdampak negatif pada remaja yang menggunakan media sosial karena mendorong mereka untuk mengejar apa yang dianggap normal dan populer di komunitas online alih-alih mewakili diri mereka yang sebenarnya.

Habil Samsuri